"Mam, aku sudah berusaha sekuat tenaga meminta kebijaksanaan kepala sekolah perihal Syasya. Namun kelakuan Syasya memang sudah melebihi batas kewajaran sehingga pihak sekolah sudah menutup pintu maaf," ungkap Rio.
Sejak awal Mira memang sudah menduganya, makanya dia sungguh mampu bersikap tegar tatkala putera dia sebagai wakilnya untuk menghadap pihak sekolah memberi pernyataan seperti itu.
"Ya sudahlah Rio, Mami sudah prediksi sebelumnya. Mami pasrah saja," lirih Mira.
Mata Rio pun celingukan ke seluruh ruangan sang Mami, dia tidak sedikitpun melihat sosok sang adik yang sebelumnya dia dengar pasa saat melakukan video call dengam Agnes.
"Lantas Syasyanya ke mana? Bau parfumnya masih ada nih," tanya Rio sambil mengenduskan hidungnya.
Diam tak memberi jawaban apapun, Mira hanya menatap kosong ke sembarang. Gerak cepat Rio memegang tangan Mira supaya batinnya tetap kuat.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com