webnovel

Ingin Ada Dalam Setiap Rencana

Arabella tetap menampilkan raut datar, tak ingin membuat Julian tau bahwa dirinya saat ini sedang takut.

"Saya tau, Anda pasti punya banyak rencana sendiri sehingga selalu tampil dan menjalani hidup dengan penuh rencana seperti itu. Tapi.."

Mata merah gelap Julian menatap lurus pada Arabella, "saya ingin ada dalam setiap rencana Anda, Lady Arabella."

"Maksud Anda?" tanya Arabella cepat.

Apa maksudnya ingin ada dalam setiap rencana Arabella? Dalam arti positif atau negatif? Namun sebelum Arabella bertanya lebih jauh, Julian sudah menyadari pemikiran wanita di depannya.

"Dalam arti yang baik, Lady. Saya akan membantu Anda,"

"Maaf menyela, tapi saya tidak membutuhkan bantuan siapapun, Grand Duke" sela Arabella. Tak ingin terlibat lebih jauh dengan Julian, seperti tujuannya sejak awal.

Julian mengangkat sudut bibirnya membentuk senyuman tipis, "tidak ada yang tau masa depan kan, Lady? Anda ini.. tidak menyadari nilai saya ya?" tanya Julian, ingin meledek.

Orang bodoh mana yang menolak dibantu dan diberi dukungan oleh Julian Malven Kingston? Putra pertama dari Duke Kingston, sekaligus keponakan Raja kerajaan Malven. Orang penting dan berkuasa nomor dua setelah Baginda Raja, dan digadang-gadang akan menjadi pewaris takhta.

"Saya tau. Anda itu orang yang sangat hebat dan berpengaruh, Grand Duke. Tapi keputusan saya tetap sama, saya tidak ingin rencana yang sudah saya susun sedemikian rupa berantakan karena ikut campur pihak lain yang baru saya kenal. Dan juga, Anda tidak akan pernah membayangkan rencana macam apa yang sedang saya jalankan" tukas Arabella.

Tatapan lekat Julian sama sekali tak lepas dari wajah Arabella, "hmmm.. saya penasaran, rencana apa yang sedang dijalankan oleh Lady yang saya sukai ini," gumamnya.

Arabella meremas kipasnya, terlalu geram dengan tingkah Julian yang keras kepala.

"Lagi pula, orang bodoh mana yang tidak mau dibantu oleh saya, Lady? Anda bukan orang bodoh seperti itu yang tidak menyadari seberapa besar kekuasaan saya di kerajaan ini, kan?" tanya Julian, agak pamer karena ia pikir Arabella sama sekali tak menyadari nilai dirinya.

Bibir Felix berkedut, menahan tawa. Seorang Julian yang selama ini ia layani sama sekali tak pernah memarkan kekuasaan, kekayaan, atau apapun. Tapi lihat sekarang, Julian melakukan hal itu saking tak menyangka akan ada seseorang menolak bantuannya.

'Harga diri Grand Duke pasti terluka,' ringis Felix dalam hati.

"Orang bodoh yang menolak bantuan Anda itu adalah saya, Grand Duke," tegas Arabella.

Pecah sudah tawa Felix. Tak tahan melihat pemandangan di depannya. Arabella yang mengaku dirinya bodoh, dan wajah terperangah Julian, mereka berdua terlihat sama gilanya ternyata.

"Apakah pemandangan ini selucu itu di matamu, Felix?" desis Julian. Sudah ditolak mentah-mentah oleh Arabella, malah ditertawakan oleh bawahannya. Lengkap sudah penistaan harga diri Julian hari ini.

'Kenapa aku malah terlihat seperti orang konyol sejak bertemu dengan Lady Arabella?' pikir Julian.

"Maafkan saya, Tuan." Felix berdeham, berusaha meredakan tawanya.

"Saya sangat berterima kasih atas niat baik Anda, Grand Duke. Tapi maaf, saya tidak bisa menempatkan Anda dalam rencana saya," tutur Arabella. Berusaha menyadarkan Julian bahwa dirinya tidak berniat melibatkan Julian sedikitpun.

"Lady.."

Pria yang dijuluki iblis haus darah atau penggila perang itu kehabisan kata-kata, karena seorang Arabella.

"Yah.. maafkan saya," ucap Julian tiba-tiba.

"Kenapa Anda meminta maaf, Grand Duke?" tanya Arabella bingung.

'Sebenarnya, apa sih yang sedang dia lakukan saat ini? Aku sama sekali tidak paham apa yang Julian inginkan. Sudah kuduga, tidak sebaiknya aku terlibat dengan orang sepertinya, terlalu tidak tertebak dan cukup berbahaya karena berpotensi membuat rencanaku tidak berjalan lancar,' batin Arabella.

"Saya meminta maaf karena membuat Anda di posisi yang sulit."

Alis tebal nan indah Arabella terangkat, ekspresi keheranan tercetak jelas di wajah rupawan ya.

"Saya tadi tidak peka, karena semua rencana yang ingin Anda jalankan pasti sangat penting dan sudah Anda rencanakan dengan amat hati-hati. Tapi saya, orang yang baru kenal dengan Anda malah ingin ikut campur," lanjut Julian.

"Hm, bagus kalau tau" ucap Arabella tanpa sadar.

Sontak, Felix dan Julian tertawa. Oh, ayolah. Kenapa Arabella bisa sesarkas itu pada Julian? Apakah Arabella tidak takut?

"Oh, maafkan saya Grand Duke. Kadang mulut saya ini agak jujur," kekeh Arabella riang. Tak merasa takut karena tau Julian merasa terhibur.

"Tidak masalah. Lanjutkan saja, saya malah semakin suka dengan Anda karena Anda satu-satunya Lady dan orang yang berani sejujur itu pada saya," kekeh Julian.

Mata Arabella membulat, 'sial, tau begini aku lebih baik diam saja.'

"Dan jangan berpikir untuk merubah sifat Anda saat di depan saya Lady, saya sudah terlanjur tau sifat asli Anda," lontar Julian ketika melihat ekspresi Arabella yang sangat mudah dibaca.

Arabella frustasi. Demi Boba rasa Baygon, Arabella ingin guling-guling di lantai saja. Terlalu lelah menghadapi si gila satu ini.

"Intinya, saya paham kenapa Anda tidak ingin saya ikut campur. Tapi Anda bisa tenang, Lady. Karena saya hanya akan membantu Anda di saat Anda benar-benar butuh atau darurat. Sebisa mungkin saya tidak akan mengacaukan rencana Anda, saya akan meminta izin pada Anda terlebih dahulu. Dan untuk cerita apapun yang Anda rahasiakan dari semua orang, saya tidak masalah. Saya akan menunggu sampai Anda siap menceritakannya pada saya. Tidak cerita pun tidak apa, saya tulus ingin membantu Anda, Lady cerdas yang saya kagumi sekaligus saya.. sukai," terang Julian.

Entah kenapa, ucapan Julian yang penuh pengertian itu mendadak membuat rasa hangat aneh merasuki hati Arabella. Sepertinya Arabella menjadi luluh, karena ekspresi tulus dan ucapan penuh kelembutan dari Julian.

"Ya.. terima kasih, Grand Duke. Saya serius," lirih Arabella.

Julian tak menjawab, ia hanya memberikan senyum lembut pada Arabella. Senyum yang kembali ia ukir, setelah kematian ibunya.

'Senyum itu, sudah lenyap sejak kematian Duchess Kingston,' batin Felix sendu.

'Tapi, aku senang melihat Grand Duke bisa sedikit manusiawi karena Lady Arabella. Sepertinya beliau memang benar-benar menyukai Lady Arabella,' pikir Felix.

Nächstes Kapitel