Tak lama, Ardina mengintip Rail dari jendela. Benar saja, Malaikat maut itu pergi setelah ia sudah benar-benar masuk. Hati Ardina sangat senang, ia tidak menduga dirinya Rail akan melakukan seperti di film-film romantis yang sering ia tonton selam hidupnya.
"Ya Tuhan, apakah ini nyata? Malaikat sedingin Rail mau menunggu aku masuk kedalam sebelum pergi?" Kata Ardina terlalu senang. Sampai-sampai itu tidak menyadari ketua asrama menatap tajam tanpa senyuman.
"Jadi kamu yang namanya Ardina? Referensi dari Raja Akhirat?" Tanya kepala asrama berwajah masam. Ia terlihat tidak ramah pada Ardina. Tak ada senyuman dan ekspresinya juga menakutkan. Ia melangkah menghampiri Ardina. "JAWAB! KENAPA JADI BENGONG?" Bentak kepala asrama, ia orang yang sangat tegas pada murid-murid yang bandel.
"Ma-maaf Bu, iya sa-ya Ardina!" Jawab Ardina gugup ia tidak bisa menatap jelas wajah wanita besayap ungu itu. Sayap berwarna ungu tandanya sebagai bidadari kepala.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com