webnovel

First Sight

Setiap malam, Miyeon selalu mendapatkan mimpi buruk yang pernah terjadi pada dirinya dan berakhir dengan perasaan was-was terhadap apapun yang ada disekitarnya. Itulah mengapa apartemen miliknya selalu menjadi bahan perbincangan orang diluar sana.

Suara aneh, teriakan misterius membuat para tetangganya berspekulasi bahwa apartemen itu telah ditinggal oleh sang pemilik yang masih gentayangan dan adapun suara seorang gadis yang selalu terdengar itu adalah anaknya yang selalu terhantui oleh hantu sang ayah. Tak ada yang berani mengganggu. Semua mereka serahkan pada Minhee, sahabat pemilik apartemen itu.

"Benar-benar mereka itu yah, ada ada saja yang menjadi bahan gosip. Ayo kita perlihatkan bahwa kau akan sembuh sebentar lagi" Ungkap Minhee bersemangat.

Sudah pertengahan tahun, Miyeon yang dulunya tak ingin mengikuti kata dokter Harin kini tengah menjalankan proses penyembuhannya dengan sangat giat. Namun, gosip para tetangga yang menyebar begitu membuat telinga Minhee menjadi panas dan akhirnya memberitahu apa yang terjadi diluar sana pada sahabatnya.

"Entahlah aku tak yakin. Kata dokter Harin aku sudah melaksanakan beberapa tips dengan baik karena tips-tips itu tidak ada kaitannya dengan dunia luar tapi kali ini dia mengatakan aku harus memilih. Katanya aku harus mempelajari tentang cinta, membaca cerita cinta pokoknya aku harus mendapat feel-nya"

"Loh bagus dong, pasti menyenangkan"

"Bagimu, tapi bagiku itu sulit. Lalu jika aku belum siap melakukan itu maka pilihanku yang lainnya adalah aku harus keluar melihat dunia luar, dan itu lebih menyulitkan lagi. Aku tak tau harus memilih apa" Timpa Miyeon kebingungan.

"Terus bagaimana? Itu tergantung padamu, atau mungkin kau harus memikirkan terlebih dahulu yang mana paling kecil tingkat resikonya"

Setelah memperbincangkan hal tersebut akhirnya Miyeon telah memilih. Dihari-hari berikutnya, dia mencoba dengan sangat giat walaupun ia seperti tidak bisa mendapatkan perasaan khusus pada novel-novel cinta yang ia telah baca, namun ia tak patah semangat memang sulit mendapatkan perasaannya pada novel tapi mungkin saja ia bisa mendapatkannya jika dalam bentuk komik dengan genre romance, oleh karena itu ia sekali lagi memesan beberapa buku komik untuk dibaca.

Hari berikutnya.

"Nona Miyeon, kau begitu membuatku sibuk akhir-akhir ini apalagi kau selalu membeli barang-barang dalam jumlah besar" Hyunsik dengan susah payah mengangkat satu kardus besar berisikan komik-komik koleksi Miyeon dan menurunkannya tepat didepan pintu apartemen.

Ia membunyikan bel tapi tak ada jawaban. Beberapa kali bahkan terkadang ia memencet tombol apartemen Minhee namun kedua apartemen itu sama sekali tak ada jawaban.

"Maaf, Minhee Unnie sedang tidak ada" Sahut seorang bocah yang melihat Hyunsik yang sedang kebingungan.

"Benarkah? Apa kalian tahu dia kemana?" Tanya Hyunsik.

"Kemarin katanya ia akan pergi beberapa hari diluar negeri" Hyunsik hanya mengangguk kemudian berterima kasih pada bocah itu.

Setelah bocah itu pergi, Hyunsik terduduk disalah satu kursi panjang tepat didepan apartemen Miyeon. Ia tak mungkin meninggalkan barangnya disini, lagipula orang-orang disini juga tak ada yang berani mendekat pada apartemen misterius ini.

Tiba-tiba Hyunsik teringat pada kejadian saat ia melihat seorang gadis cantik tengah mengintip melihatnya. "Aku tak mungkin salah lihatkan? Apa benar seperti kata orang-orang disini ia adalah gadis gila yang terhantui oleh hantu ayahnya? Tapi melihat penampilannya dia sepertinya sangat menikmati hidupnya. Semua barang yang kubawakan untuknya, semuanya barang mahal" Gumamnya seorang diri.

Hyunsik berdiri dan mendekati pintu itu, jari-jarinya menekan tombol yang ia ketahui sebagai sandi dari apartemen ini. Hyunsik tertawa, walaupun Minhee menyuruhnya untuk melupakannya namun entah kenapa ia sangat menghafal angka-angka yang sangat mudah diingat itu.

300197

Hyunsik terkaget, benar itu berhasil. Ia akhirnya mengangkat kardus itu dan memasukkannya kedalam. Nuansa rumah itu berubah drastis. Semuanya terlihat lebih cerah dari sebelumnya. Hyunsik sedikit berputar-putar untuk melihat ruangan-ruangan lainnya bagaimanapun ia juga harus mencari seseorang untuk dapat menerima pesanan ini.

Ia terkadang mengetuk pintu dahulu untuk memasuki ruangan yang kemungkinan pemilik rumah ini berada, namun tetap saja semuanya kosong. Gadis itu tak ada, apa memang yang dikatakan Minhee memang benar? Bahwa pemilik apartemen itu sedang diluar negeri? Jika dipikir alasan Minhee keluar negeri pasti karena dia. Itu membuat dirinya ragu.

Tinggal satu ruangan lagi, jika ia tak ada disana akan Hyunsik pastikan ia akan segera dibentak habis-habisan oleh bosnya karena telah mengembalikan barang tanpa ingin mendengar penjelasan darinya. Sungguh merepotkan memang. Maka dari itu, Hyunsik sangat kokoh pada keputusannya. Seseorang harus menandatangani surat terima ini.

Ketika membuka pintu itu, matanya akhirnya menangkap seseorang yang daritadi ia cari-cari. Gadis cantik yang kini sedang tertidur dimeja kerjanya dengan laptopnya masih menyala.

"Nona" Panggilnya menggoyangkan sedikit bahu Miyeon agar terbangun.

Miyeon akhirnya terbangun, penglihatannya masih sedikit buram sehingga ia tak terlalu memperhatikan seorang lelaki tepat disampingnya. Tak ingin mengagetkannya, Hyunsik setia menunggu gadis berdress biru muda itu mengumpulkan nyawanya. Baru saja Miyeon ingin berdiri, ia terhenti tatkala melihat Hyunsik disampingnya.

Mata mereka terpaku satu sama lain.

Cuplikan-cuplikan singkat kembali melewati saraf-saraf dikepalanya yang mulai membuat gelagat aneh, dengan keringat yang bercucuran, dan kepala yang terasa sangat berat. Seketika suara teriakan yang begitu traumatik kembali terdengar.

"Aaaaaaaaaaaaaaaahh"

Sebuah benda tajam melayang kearah Hyunsik membuatnya reflek menghindar dari pisau itu. "Hyak kau hampir membunuhku" kesalnya sebentar namun tak berlangsung lama.

Perasaannya seketika meluluh saat Miyeon tiba-tiba terduduk, menangis kencang seraya terus mengatakan hal-hal yang tidak dimengertinya dan terus memintanya agar tak mendekatinya.

"Tenang nona, aku tak akan melakukan hal jahat padamu, aku datang memberimu hadiah ini" Katanya mencoba menenangkan Miyeon.

Perlahan ia melangkahkan kakinya mendekati gadis itu namun baru selangkah saja Miyeon kembali berdiri dan memecahkan sebuah gelas yang ada disampingnya kemudian menodongkan sebuah pecahan kaca agar Hyunsik tak mendekat.

Ekspresi Hyunsik melembut, baru kali ini ia melihat jelas gadis itu, wajah gadis itu sangat cantik, penampilannya juga sangat feminim, kulit putih yang terawat, bulu mata yang lentik. Dia mewakili semua ciri-ciri wanita idaman yang ia inginkan.

Jantungnya berdegup, Hyunsik berdehem sebentar, memang situasi ini sangat menegangkan dan membahayakan namun entah kenapa ia sangat ingin membuat gadis ini nyaman padanya, ia ingin melindunginya, ia ingin dipercaya olehnya.

Hyunsik mundur mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mencairkan situasi yang menegangkan itu. Ia meraih sebuah gitar yang tengah bersandar cantik diatas meja dibelakangnya.

Setelah menyamankan dirinya disebuah kursi, ia mulai memainkan jari-jarinya memetik senar gitar itu. dan menyanyikan sebuah lagu yang nada yang tenang, disertai suara merdunya dengan harapan Miyeon dapat merasakan ketenangan didalamnya.

Selama Hyunsik memperlihatkan bakat terpendamnya, Miyeon masih tak bergerak. Matanya masih terus menatap tajam pada pria tampan dihadapannya walaupun ia tak lagi merasakan getaran seperti biasanya.

Hyunsik tersenyum lembut kemudian mengulurkan tangannya "Perkenalkan aku Lim Hyunsik, kau boleh memanggilku Hyunsik"