kisah Kim Jaejoong yang memasuki dunia novel, yang berbanding terbalik dengan dunianya sebelum meninggal.
Jaejoong mengernyitkan dahi, mengerjab beberapa kali saat mendengar suara-suara yang mencemooh dirinya. Sepasang mata bulatnya menatap dalam diam pemandangan didepannya, dimana beberapa siswa berpakaian sekolah mengerumuninya dan menatapnya dengan menyedihkan. Ia menoleh kekanan dan kekiri, merasa ini bukanlah rumah sakit dimana terakhir kali ia berada.
"Kim Jaejoong, sampai kapan kau mau berlutut disana. Apa kau belum terlalu rendah sampai berlutut padahal Yunho sunbae sudah menolakmu dengan jelas."
Ia menoleh, menatap sosok yang tidak ia kenal, ia berdiri dan terhuyung karena merasa kepalanya terasa berat hingga ia kembali terduduk. Dalam benaknya berputar sebuah ingatan-ingatan yang membuatnya pusing.
Ia ingat!
MY LIFE.
Itu adalah sebuah judul buku yang ia baca sebelum kematian menjemputnya. Kematian mengerikan yang tidak pernah ia duga sebelumnya disaat kehidupannya sudah sangat sulit untuk dijalani. Dia adalah anak yatim piatu— yang ternyata itu adalah yang ia pikirkan selama hidup belasan tahun, hidupnya sangat sulit karena orang tuanya membuangnya disebuah panti asuhan. Mereka enggan membesarkannya dan Jaejoong menjadi seperti anak sebatang kara. Ia hidup dari belas kasih orang lain, meski begitu ia masih mampu untuk menyelesaikan pendidikannya sampai SHS.
Ia hidup untuk sesuap nasi setiap harinya, sampai seorang pria mengaku sebagai ayahnya. Membawanya pulang dengan senyum ramah—yang membuat Jaejoong menyesal karena menuruti dan percaya ucapan pria itu. Yang nyatanya ia menjadi tumbal untuk kehidupan lain—adik tirinya yang memiliki kelainan jantung.
Putra pria itu memiliki kelainan jantung dan Jaejoong adalah satu-satunya orang yang cocok untuk menjadi pendonor bagi adik tirinya. Ia berusaha kabur, namun para penjaga rumah itu menangkapnya kembali dan menyeretnya masuk kedalam rumah kembali. Menyekapnya dan memberinya makan sampai hari dimana ia harus menyerahkan jantungnya pada orang yang tidak dikenalnya. Dalam pengurungan itu ia hanya membaca buku-buku yang ada didalam kamar yang disediakan untuknya.
"Jaejoong cepat berdiri, kau bisa membuat dirimu dalam masalah."
Lelaki itu mendongak, menatap sosok lelaki yang sebenarnya mirip dengannya. Ia ingat jika dalam novel itu kehidupan Kim Jaejoong memiliki kakak tiri yang cantik. Dikehidupan sebelumnya ia hidup dengan menyedihkan dan sekarang Jaejoong harus hidup kembali disebuah novel, dimana dirinya menjadi seorang yang memiliki kelainan jantung bawaan.
Tunggu!
Bukankah ini cukup aneh, karena Kim Jaejoong didalam novel tidak memiliki penyakit apapun. Justru saudara tirinya lah yang sakit, seorang protagonis yang memiliki tubuh lemah dan harus dijaga setiap saat.
Ia berdiri, dan menatap datar lelaki didepannya yang tingginya lebih pendek darinya. Ia ingat jalan cerita novel itu. Kim Jaejoong cemburu dan iri dengan Karam yang memiliki perhatian dari kedua orang tuanya dan juga sangat dekat dengan Jung Yunho. Bertengkar dan mencoba merebut semua yang dimiliki Karam sampai akhirnya ia harus mati karena kecelakaan yang dideritanya.
Namun kali ini ia tidak peduli, Jaejoong tidak akan menurut pada alur cerita. Meski alur agak menyimpang tapi jika dirinya tidak berurusan dengan Yunho, ia akan jauh dari serangan jantung. Ia tidak akan stress hanya untuk memikirkan bagaimana mendapatkan Jung Yunho.
Keluarga Kim adalah keluarga terpandang, dan Jaejoong ingin menikmati kehidupan dalam novel ini dengan sederhana. Mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua dan memiliki banyak teman—suatu hal yang tidak pernah ia miliki dalam kehidupan yang lalu. Yah, ia hanya ingin menjadi orang yang mendapatkan perhatian dan kasih sayang kedua orang tuanya yang mungkin bisa ia dapatkan kali ini.
"Kau mau kemana Jaejoong?"
Lelaki itu menoleh pelan, menatap kerumunan yang mulai membubarkan diri satu persatu. Lalu melirik Karam yang masih menatapnya bingung, "Aku mau pulang saja."
"Apa kau tidak enak badan?" tanya Karam dengan ekspresi tenang, ia melirik sosok disampingnya yang mendelik padanya, "Aku hanya khawatir padanya, Junsu ah."
"Untuk apa khawatir padanya, Karam ah. Dia saja sangat kejam padamu." sahut Junsu dengan mata menyipit tajam, menatap Jaejoong dengan kesal.
"Hmm..sebaiknya kau masuk kelasmu. Aku akan pulang sendiri."
Dalam novel ini Karam adalah protagonis, wajahnya cantik dan menggemaskan. Sikapnya lembut namun ceria dan egois dalam waktu yang bersamaan. Meski begitu Karam memiliki banyak teman dan juga dekat dengan Yunho. Tapi, bagi Jaejoong lelaki ini sangat munafik dalam menyembunyikan sikapnya yang buruk. Ia tidak akan mendekati Yunho lagi dan menjadi batu loncatan untuk orang-orang dalam buku ini.
"Baiklah, hati-hati!"
***
Yunho menatap sosok yang kini berjalan sendiri dilorong kelas dua. Kim Jaejoong yang beberapa saat lalu ia tolak dihadapan banyak siswa, sekarang terlihat pucat dan juga menyedihkan. Ia berjalan dibelakang lelaki itu, yang bergumam lirih didepannya. Namun ia tidak mendengar apa yang ia ucapkan, "Kim Jaejoong."
Langkah lelaki itu terhenti, ia menoleh dan menatapnya dengan bingung. Membuat wajahnya yang pucat itu terlihat menggemaskan. Dalam satu detik itu Yunho segera menepis pemikirannya yang terdengar gila.
"Ada apa?" Jaejoong menatap dari bawah hingga atas sosok didepannya dan memikirkan siapa identitas pemuda tampan ini. Namun jika dipikirkan lagi, mungkin saja dia adalah Jung Yunho, "Ada perlu apa?"
"Sebaiknya kau pindah sekolah dari tempat ini."
Jaejoong mengernyit, menatap pemuda yang ia akui tampan ini dengan kesal, "Kenapa aku harus melakukannya, siapa kau menyuruhku."
"Apa kau tidak malu setelah aku menolakmu?" sahut Yunho dengan suara yang terdengar jengah. Menatap lelaki didepannya yang tampak kebingungan.
Jaejoong mengerjab beberapa kali, menatap dari ujung kaki hingga ujung kepala pemuda itu. Jika pemuda ini mengatakan tentang penolakanm, berarti dia adalah pemeran utama pria yang membuat si tubuh asli tergila-gila, "Jung Yunho?"
"Hm?"
"Tidak ada. Hanya saja, kau jangan khawatir karena mulai sekarang aku tidak akan mengganggumu lagi. Jadi tidak perlu kau menyuruhku pindah sekolah." Jaejoong melambaikan tangannya dan berbalik pergi. Baru saja ia memikirkan untuk menghindari pemuda ini, tapi nyatanya Jung Yunho sendiri yang mendekat, "Ah.. lelahnya aku.."
Sementara Jung Yunho mengernyitkan dahinya, menatap punggung sempit lelaki yang beberapa jam yang lalu baru saja ia permalukan didepan banyak siswa, "Sepertinya dia pura-pura untuk menarik perhatianku, huh!"
To be continued..