webnovel

Pola pikir

Ketika melihat lukisan Ard, Willy semakin kesal karena hal yang dilukisnya justru bertolak belakang. Kemudian, Willy menarik kepala Ard dan dipaksa melihat tampilan Guru Rixa di depan. Namun, Ard justru menutup mata dan memberontak untuk melihat.

"Kau ini pria normal, kan?! Harusnya kau senang jika ada wanita dewasa yang tampil seksi di depan matamu!" tegur Willy sembari memaksa Ard membuka kedua matanya.

"Jangan bercanda! Aku tak berani jika yang tampil adalah Wali Kelas ku sendiri!" bantah Ard sembari melawan paksaan Willy.

"Ho? Jadi kau tak puas dengan bentukku, Ard? Hatiku sakit. Jadi aku harus bagaimana agar kau mau melihatku?" tanya Guru Rixa sembari tersenyum sinis.

Sembari lanjut melukis, Ard mengungkapkan bahwa Guru Rixa diharuskan tampil dengan pakaian biasa saja. Seusai mengungkapkannya, Willy kembali mencaci maki karena Ard diduga tak memahami seni.

"Justru dengan berpenampilan seperti itu, kau bisa melatih imajinasimu untuk lebih tajam lagi! Jika seperti ini saja kau tak mampu, bagaimana caramu menghadapi Nona Uehara?!" tanya Willy dengan kesal.

Seketika, Ard terdiam kaku karena tersadar dengan kalimat Willy. Kala itu, Ard menyadari bahwa ia sangat payah dalam bertindak profesional. Tanpa berpikir panjang, Ard menguatkan tekadnya dengan merobek lembaran kertas yang sedang dilukisnya. Kemudian, Ard bergeser sedikit dan memanggil Guru Rixa. Dengan lantang dan percaya diri, Ard meminta Guru Rixa untuk melepas seluruh busananya.

Seketika, seisi ruangan menatap Ard sembari terdiam kaku untuk beberapa saat. Lalu, Guru Rixa memanggil Ard dan Willy untuk membersihkan seluruh toilet di sekolah. Kala itu, Ard dan Willy menerima hukuman dari Guru Rixa dengan berat hati.

"Ini salahmu," ujar Ard sembari mengepel lantai toilet pria di lantai satu.

"Otakmu yang salah, idiot!" bantah Willy sembari menggosok kloset.

Dikala Ard dan Willy sedang menjalani hukuman, Guru Roumi memperhatikan berbagai hasil lukisan dari para murid. Ketika melangkah ke belakang Hiruma, Guru Roumi terkejut hebat hingga memancing rasa penasaran Guru Rixa. Sembari tersenyum tipis, Guru Rixa menanyakan yang terjadi karena ekspresi Guru Roumi tampak tak biasa. Dengan ekspresi canggung, Guru Roumi menanyakn Hiruma perihal yang ia lukis. Hiruma mengungkapkan, bahwa ia sedang melukis Guru Rixa.

"I-Iya ... Tapi ... Guru Rixa itu wanita, Hiruma," tegur Guru Roumi.

"(Ah, sial. Kurasa ada murid gila lainnya selain mereka berdua.)" keluh Guru Rixa dalam hati sembari tersenyum sinis.

Dengan perasaan pasrah, Guru Rixa meminta Hiruma untuk menunjukkan hasil lukisnya. Tanpa pikir panjang, Hiruma menuruti permintaan Guru Rixa. Seusai ditunjukkan, Guru Rixa berhasil menduganya karena yang dilukis Hiruma adalah Guru Rixa versi laki-laki. Kemudian, Guru Rixa menanyakan Hiruma yang justru menggambarnya dalam versi lain. Dengan ekspresi datar, Hiruma mengungkapkan bahwa ia tak bisa melukis wanita.

"(Oh, tuhan. Jika aku menikah dengannya, kuajukan surat cerai di malam harinya.)" ujar Guru Rixa dalam hati.

Seusai melihat hasil lukis Hiruma, Guru Rixa berpikir sejenak dalam memberikan keputusan pada Hiruma. Beberapa saat kemudian, Guru Rixa menyatakan bahwa Hiruma lulus dalam pelajaran melukis. Seketika, seluruh murid terkejut karena hasil lukis Hiruma masuk kriteria. Guru Rixa pun mengungkapkan, bahwa ia merasa puas dengan akurasi, kerapihan dan proporsinya.

Mengenai lukisan Hiruma yang terbentuk ke versi lain, Guru Rixa menganggap bahwa Hiruma memiliki kelainan yang harus dipertimbangkan. Kemudian, Guru Rixa mempersilahkan Hiruma untuk keluar dan beristirahat. Ketika dipersilahkan, Hiruma menuturkan terima kasih dan berjalan keluar.

Seusai melihat lukisan milik Hiruma, Guru Roumi melanjutkan langkah ke belakang Xion. Untuk kedua kalinya, Guru Roumi terkejut dan penasaran dengan sosok yang dilukis di sebelah kanan Guru Rixa. Ketika melihat ekspresi Guru Roumi, Guru Rixa kembali cemas dan penasaran dengan hal yang dilukis Xion. Tanpa pikir panjang, Guru Rixa memanggil Xion dan memintanya untuk menunjukkan hasil lukisnya.

Kemudian, Xion menunjukkan hasil lukisnya ke udara dan semakin membuat Guru Rixa penasaran. Sembari mencoba membuang dugaan negatif, Guru Rixa menanyakan sosok laki-laki yang dilukis bersebelahan dengan Guru Rixa. Xion mengungkapkan, bahwa laki-laki tersebut adalah kekasih Guru Rixa.

"Kau mengejekku, kah?! Cokelat berurat!" tanya Guru Rixa sembari berdiri di atas meja dan mengayunkan cambuk.

"Ah, tidak. Aku hanya ingin berduka cita," balas Xion dengan ekspresi datar.

Seketika seluruh murid terkejut hingga terdiam kaku. Sedangkan Guru Roumi memberanikan diri untuk menenangkan Guru Rixa. Ketika merasa semakin takut dengan kemarahan Guru Rixa, seluruh murid bergegas pergi keluar, karena takut jika Guru Rixa akan membabi buta.

"Memangnya kenapa jika tak memiliki kekasih?! Aku masih berusia 37 tahun! Xiooooon!" tanya Guru Rixa sembari melepaskan emosi.

Kala itu, sebagian murid Kelas 1-C pergi ke kantin, sebagiannya lagi pergi ke kelas. Di kedua tempat, mereka membicarakan perilaku Xion yang diluar dugaan, karena diduga sudah bertindak terlalu jauh. Ketika merasa bosan, Xion memutuskan untuk pergi ke kantin dan membeli makanan. Seusai memutuskan, Xion membeli dua buah Sandwich Daging dan satu minuman kola. Lalu, ia pergi ke halaman luar dari area kantin, serta duduk di bawah pohon besar.

"Mengejutkan. Tempat favoritku terkontaminasi," ujar Hiruma sembari berdiri dan menatap Xion.

"Aku bukan virus. Makan ini dan tutup mulutmu," balas Xion sembari menyodorkan salah satu Sandwich Daging.

"Tak perlu membayarnya. Aku malas melihatmu jika terlalu serius," bantah Hiruma sembari duduk bersandar pada pohon di depan Xion.

Sebagai basa-basi, Xion memulai perbincangan perihal kegilaan Hiruma yang melukis Guru Rixa ke versi lain. Sembari menatap dingin, Hiruma menanyakan penyebab Xion berminat dengan momen tersebut. Xion pun mengungkapkan, bahwa ia hanya penasaran karena Hiruma tampak menghindari komunikasi dengan seorang gadis.

Sembari membuka bekal, Hiruma mengungkapkan bahwa berbincang dengan gadis adalah hal merepotkan. Dikarenakan, memahami kemauan seorang gadis justru lebih rumit dibanding mempelajari rumus sains. Seketika, Xion menghela nafas dan menduga, jika otak Hiruma hanya dipenuhi dengan pembelajaran.

"Apakah kau ... tak pernah mencoba untuk mengoleksi berbagai jenis perasaan di hatimu?" tanya Xion sembari memakan Sandwich Daging.

Hiruma pun mengungkapkan, bahwa mengoleksi perasaan ialah sebuah kesalahan. Dikarenakan, hal tersebut hanya akan membuatnya lemah, ketika dihadapkan dalam mengambil keputusan. Seusai mendengar jawabannya, Xion kembali mempelajari pola pikir Hiruma. Dalam pandangan Xion, Hiruma diduga berniat menanggung semua rasa sakit sendirian, demi tindakan yang kokoh. Sosok Hiruma yang lebih mengutamakan logika dibanding perasaan, menjadi sosok yang bertolak belakang dengan Xion.

"Yah, jika kau menyakiti perasaan seorang pria ... Aku tak peduli. Lain hal ...." ujar Xion sembari menatap sedikit tajam pada Hiruma.

"Jika dengan wanita?" tanya Hiruma sembari menatap dingin dan menduga maksud Xion.

Seketika, Xion mencengkeram kerah Hiruma dengan tangan kiri dan mengangkatnya, hingga membuat murid lain terkejut. Sembari mencengkeram kerah, Xion memperingati Hiruma untuk tidak terlalu acuh dengan sekitar, hingga menyakiti perasaan mereka. Dikarenakan, Hiruma masih hidup dalam masyarakat. Xion lanjut menegur, bahwa sekalipun Hiruma mati membusuk, seseorang akan berusaha untuk menguburkan jasad Hiruma dengan layak. Hiruma pun diharuskan ingat, jika sekitar hanya ingin berteman dengan Hiruma.

Nächstes Kapitel