webnovel

Liontin

Ia melihati benda itu dengan takjub sampai kemudian, wussshhhh……!!! Pemandangan mendadak terasa gelap. Clara terhuyung. Nyaris jatuh kalau saja ia tidak berpegangan pada gagang lemari tua yang kebetulan berdiri di sana. Kepalanya pening. Dunia terasa berputar sehingga ia butuh dua atau tiga menit sendiri sebelum kemudian tersadar kembali.

Ia mencek kotak perhiasan. Kosong. Ia melihati ke bawah karena menduga benda itu pasti terjatuh ketika ia tadi terhuyung. Dengan senternya ia mencoba mencari. Tak ada. Tak diketemukan. Namun ketika sinar senter sempat sedetik menyinari cermin yang menempel di lemari, ia terkejut. Ia melihati lagi bayangan cermin. Ada bayangan dirinya di sana. Berdiri terpaku dengan tatap bergidik keheranan dan kengerian.

Betapa tidak, liontin itu kini terpasang dengan indah di lehernya, dengan rantai yang bersih tanpa setitik pun karat. Siapa yang melakukannya? Apakah ia yang tidak sengaja melakukannya?

Perlahan ia membuka dan menaruhnya kembali dalam kotak perhiasan. Setelahnya ia mengambil senter, melangkahkan kaki dan keluar gudang sambil membawa kotak kayu tadi. Saat ia baru saja menutup pintu, Clara merasa ada sesuatu yang aneh di lehernya. Ia meraba lehernya dan bergidik ngeri setelah tahu bahwa ada sebuah benda yang mendadak ada dan tersangkut di lehernya.

Liontin itu lagi!

*

Melalui Lyn, malam itu untuk pertamakalinya Velove dipertemukan Kevin di sebuah diskotik di daerah Mangga Besar. Di tengah hingar bingar suara musik, kerlip cahaya laser, dan asap rokok, mereka berdua kenalan. Tentu, tidak bisa langsung akrab karena Velove masih banyak malu-malu kucingnya. Tapi itu adalah kelebihan Lyn yang bisa dengan mudah mengurai kebuntuan dialog antara mereka berdua.

Dari gestur tubuh, Lyn merasa bahwa Kevin harus sedikit provokatif untuk membuat Love merasa nyaman dengan dirinya. Dinasehati begitu, Kevin hanya tertawa dan mengangguk setuju. Ia lalu berinisiatif membelikan satu gelas whiskey untuk masing-masing mereka. Harapannya tentu satu yaitu agar Love jangan terlalu ja-im ketika berada di suasana seperti itu.

Ternyata baik Kevin maupun Lyn memang sangat jago merayu. Kalau mulanya Kevin yang berhasil membujuk Love untuk mulai mencicipi whiskey, maka berikutnya Lyn yang merayu Love untuk mulai belajar menghisap rokok. Tidak enak karena kebaikan kedua orang itu, dan melihat bahwa semua orang termasuk gadis sepertinya banyak yang minum dan merokok, Love pun mengikuti. Velove malam itu memakai gaun malam berwarna gelap dengan belahan dada rendah sehingga cukup banyak menampilkan belahan dadanya yang putih, indah, dan kenyal. Lalu, potongan gaun dibuat hingga sedikit di atas mata kaki. Namun gaun itu memiliki belahan sangat dalam yang dimulai dari pangkal paha kanan hingga lurus ke bawah. Ini membuat tiap kali Love melangkah maka kaki kanannya akan menyembul keluar mulai dari pangkal paha sampai ke tumit. Dengan stiletto warna yang sama, dan riasan wajah sedikit ekstra, Love jadi tampak bitchy dan sangat luar biasa menarik.

Love mulai pening akibat Kevin membujuknya menghabiskan gelas whiskey kedua ketika mendadak terdengar sebuah musik lincah dan energik. Kevin dengan senyum mautnya mengajak Love turun ke lantai dan berdansa. Wajah Love merah akibat menahan malu. Tapi karena sedikit didorong-dorong oleh Lyn, akhirnya ia pun melangkah ke lantai dan dan ikut menari. Mulanya menari malu-malu, tak lama ia meliukkan tubuh dengan kedua tangan terangkat. Bokong, pinggul, pahanya ikut bergerak.

Tubuh Love dan Kevin dalam sekejap hilang dibalik lautan manusia. Hanya suara music yang kini terdengar di telinga Lyn. Lyn menghirup whiskey di gelasnya, dan melihati lagi lautan manusia dimana tadi dua temannya hilang di sana.

Tak ada. Tak terlihat Kevin dan Love di sana. Mereka mungkin ada di tengah lautan manusia. Tapi bisa juga Kevin membawa gadis itu ke tempat lain. Baik Kevin maupun Lyn sudah sangat mengenal baik tempat ini. Di pojok timur ruang dansa ini ada sebuah pintu besi yang jadi penghubung ke tangga darurat.

Di ruang sempit itu biasanya ada pasangan-pasangan yang tidak sabaran untuk melampiaskan hasrat hewani mereka. Daripada menunggu hingga di rumah, hotel, atau bahkan kabin mobil, mereka lebih suka menuntaskannya di sana. Tak peduli bahwa di tempat itu ada pasangan-pasangan lain yang sangat bisa jadi akan menonton mereka, atau mereka pun balik menonton pasangan lain.

Pikir Lyn, kalau sampai Kevin tidak bisa membujuk dan mengajak Love malam ini untuk kemudian menidurinya, maka Kevin itu benar-benar adalah pecundang bodoh.

*

Clara berbaring di bak mandii, menikmati sensasi hangat yang indah dari air harum yang menerpa kulitnya, merasa dirinya rileks, tekanan dari hari yang panjang di kampus perlahan-lahan hilang. Dia mengalami mimpi buruk lagi tadi malam dan tidak bisa kembali tidur dan sekarang saat tubuhnya rileks, dia merasa dirinya mulai tertidur.

Dia memejamkan mata saat dia melayang dalam keadaan yang indah di tengah antara kesadaran dan tidur saat dia merasakan air hangat berputar-putar di sekitar kulit telanjangnya, membelai dia seperti tangan kekasih. Dia menutup matanya saat sensasi itu semakin kuat, sentuhannya semakin kuat.

Tiba-tiba, dia merasakan tangan, tangan kasar maskulin menarik pergelangan kakinya, menariknya ke bawah, pantatnya meluncur di sepanjang permukaan yang halus, teriakan panik keluar dari bibirnya saat dia tergelincir di bawah permukaan, jari-jarinya yang bersabun berjuang untuk mendapatkan pembelian di sisi kamar mandi yang mulus. Dia mendengar tawa mengejek saat dia merasa dirinya ditarik lebih dalam, tangan kasar menarik pergelangan kakinya dan meremas pantatnya dengan kasar. Dia ditarik ke bawah dan ke bawah ke dalam kegelapan, cahaya kamar mandi semakin kecil saat paru-parunya terbakar dan dia mulai panik, meronta-ronta dengan liar.

Ketukan pintu yang keras tapi dari jauh mengejutkannya dan tiba-tiba dia terbangun, air memercik ke tepi bak mandi saat dia mendorong dirinya kembali ke atas, menyapu helaian rambut keriting yang basah dari wajahnya saat dia terengah-engah.

"Apakah kamu baik-baik saja di dalam?" dia mendengar ibunya berteriak.

Dia melihat ke sekeliling kamar mandi yang kosong, matanya yang besar, mata cokelatnya terbuka lebar, jantungnya berdebar kencang di dadanya.

"Sayang, kamu baik-baik saja?" ibunya mengulangi sambil menggedor pintu.

"Ya, aku baik-baik saja, Bu. Maaf tentang kebisingan, aku pasti tertidur dan tidak sengaja tergelincir ke bak mandi," teriaknya kembali saat detak jantungnya perlahan kembali normal.

*

Ini hari Rabu. Sebuah hari dimana menjadi satu-satunya hari kerja dimana ia dan Cahyo tidak berangkat bersama. Ia akan berangkat ke Rumah Sakit lebih pagi dengan mobil pribadinya dan Cahyo dengan mobil dinasnya. Namun ada satu hal yang mengganggu. Ketika hendak memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci, ia mendapati bahwa kemeja yang dipakai suaminya memiliki aroma parfum yang berbeda. Aroma Cyphre, sejenis aroma parfum yang tidak pernah ia dan suaminya pakai. Kecurigaannya bertambah ketika ia menemukan noda lipstick di kemeja yang sama dimana warnanya merah pekat. Itu bukan lipstick yang kemarin dan kemarinnya lagi ia pakai.

Nächstes Kapitel