Setelah solat Magrib berjam'ah... Kang Subur mengajari Panji membaca Al qur'an.
"Panji... Apa kamu pernah membaca Al qur'an?" tanya Kang Subur seniornya.
"Belum Kang," jawab Panji.
"Apakah kamu mengerti huruf hija'iyyah?" tanya Kang Subur.
"Tidak Kang," jawab Panji.
"Terus kamu dari kecil ngapain saja...? Emang tidak pernah ngaji di musolla kampung mu!" tanya Kang Subur.
"Dari kecil sampai sebesar ini gak pernah ngaji Kang," jawab Panji,
"Kalau mabuk, pacaran, main ke moll, ngamen hampir tiap hari Kang."
"Panji... Kamu mabuk itu minun apa?" tanya Kang Subur pelan,
"Coba sebutkan merk minuman yang memabukkan."
"Kang... !engapa kita membahas merk minuman keras? tanya Panji," Terus kapan belajar ngajinya?"
"Hussst... Masalah ngaji gampang," kata Kang Subur,
"Aku kan tidak pernah mabuk, jadi aku ingin tau merk minuman apa saja yang bisa memabukkan, biar aku tidak penasaran."
Ketika enak - enak ngobrol di kamar sambil menghadap Al qur'an di meja belajar... Tiba - tiba datang Ustad Bakrie mengontrol para santri yang lagi belajar ngaji.
Karena terkejut dengan kedatangan Ustadz Bakrie Lurah pondok... Kang Subur dengan cepat berkata,
"Aaaaliiif, coba tirukan!"
"Aaaliif," kata Panji menirukan Kang Subur.
"Kang Subur... Ajari Panji hingga hafal huruf hija'iyyah," seru Ustadz Bakrie kemudian berlalu.
"Iya Ustadz," jawab Kang Subur sambil mengelus dada,
"Untung saja tidak terdengar obrolan kita.... Ayoo Panji, jawab pertanyaan ku tadi."
"Minuman yang memabukkan itu merk-nya ada Topi Miring, Mensen, ada Vodca, pek bie chu, Drum, ada merk Arak. Arak itu juga macam - macam jenisnya, ada arak Bali, arak Tuban, arak Madiun dan banyak lagi Kang," jawab Panji polos.
"Yang paling enak dan memabukkan itu merk apa," tanya Kang Subur penasaran.
"Yang enak dan memabukkan itu Mensen 1 botol, di campur dengan bir bintang 2 botol, lalu di kasih lemon dikit Kang, jawab Panji polos,
"Setelah tercampur di dalam teko... Terus di kasih es batu sedikit biar dingin. Hemmmm... Mantap Kang! Rasanya gurih - gurih gimana gitu! Apalagi rokoknya marlboro atau danhil."
"Kang Subur apa belum pernah minum minuman keras?!!" tanya Panji.
"Belum pernah Panji, dari kecil aku berada di pondok pesantren," jawab Kang Panji,
"Jadi tidak pernah mengenal dunia luar... Apalagi Moll seperti yang kamu sebutkan tadi."
"Hehehe... Ndeso kamu itu Kang, ketinggalan jaman," kata Panji sambil tertawa,
"Kang Subur kepingin tau rasanya minuman keras yaa?"
"Hussttt jangan keras - keras...! Nanti terdengar santri lainnya," kata Kang Subur sambil menempelkan jarinya ke bibirnya.
"Kapan - kapan kalau liburan pondok main kerumah ku, kita mabuk bersama, biar kau tau rasanya dan tidak penasaran lagi," kata Panji.
Adzan Isak berkumandang.
"Panji... Ngajinya besok lagi yaa... Ayo kita solat isak dulu," kata Kang Subur kemudian berdiri.
***
Setelah solat Isak... Panji pergi ke dapur ndalem, ketika berada di dapur, karena belum terbiasa... Panji tengok kanan tengok kiri akhirnya menuju sumur untuk cuci piring.
"Panji," pangil Bu Nyai Shinta.
"Iya Bu Nyai," jawab Panji kemudian mendekat.
"Kamu makan dulu yaa... Pak kyai nya sudah makan barusan," ujar Bu Nyai Shinta,
"Kamu makan seperti apa yang di makan oleh Pak Kyai dan saya. Kalau selesai makan... Kamu cuci piring terus kembali ke pondok untuk belajar. Kalau malam habis isak, tugas mu hanya makan dan cuci piring saja."
"Iya Bu Nyai," jawab Panji kemudian menuju meja makan.
Setelah mengambil makan satu piring dan segelas air putih... Panji duduk di bangku dekat sumur. Sambil menikmati makan malam... Panji berkata dalam hati,
"Lapar sekali aku... Hemmmm makanan-nya enak sekali!
Ada kuah, ada daging dan udang, juga tempeh."
Setelah mencuci piring... Panji kembali ke pondok.
Begitu sampai di depan musolla... Panji melihat Kyai Nuruddin sedang mengajar ngaji. Banyak santri senior yang duduk di dalam maupun di luar musollah.
"Seeettt," Kang Salim memberi kode, sambil tangannya melambai ke arah Panji.
Panji pun mendekat kemudian duduk di luar musollah bersama Kang Salim.
"Ada apa Kang?" tanya Panji lirih.
"Duduk sini sama aku, dengerin Kyai Nuruddin menerangkan kitab ihya ulumuddin," kata Kang Salim pelan.
"Aku gak punya bukunya Kang," ujar Panji,
"Lagian aku belum tau huruf hija'iyyah."
"Sudah... Duduk saja, dengerin saja, lama - lama juga tau," kata Kang Salim.
Terdengar Kyai Nuruddin menerangkan,
"Orang yang membaca Al qur'an itu bisa mendapat pahala, juga bisa mendapatkan dosa. Kalau membaca Al qur'an dengan niat agar di puji, dan suaranya di buat - buat atau di enak - enakkan supaya merdu, agar di dengar orang lain, lalu supaya di sanjung... Orang itu di namakan pamer atau riyak. Orang yang ibadah seperti ini akan sia - sia, bahkan dia akan mendapatkan dosa.
Jika niat membaca Al qur'an lillah, apa adanya dan tidak berharap sanjungan atau pujian... Dia akan mendapat pahala."
Setelah mengajar kurang lebih 1 jam setengah... Kyai Nuruddin mengakhiri dengan kalimat,
"Wallahualam bishawab."
Setelah Kyai pergi... Para santri berhamburan keluar musolla. Ada sebagaian santri yang masak nasi, ada yang masih ngaji di kamar, bahkan ada yang jajan di warung kopi belakang pondok.
"Panji... Ayoo ngopi ke warung belakang pondok," ajak Kang Salim,
"Biar kamu tau keadaan lingkungan pondok."
"Baiklah," kata Panji,
"Tapi aku belum pernah minum kopi Kang."
"Lah! Biasanya minum apa kalau di warung?" tanya Kang Salim.
"Minum es teh," kata Panji.
Sambil berjalan... Kang Salim berkata,
"Panji, di pondok itu... Rata - rata para santri minumnya kopi, jadi kamu harus belajar minum kopi... Kalau Kyai dari aliran NU... Rata - rata suka minum kopi lalu merokok. Kalau kita meniru kyai NU minum kopi dan merokok... Maka kita akan mendapat barokahnya kyai."
"Baiklah, akan saya coba minum kopi," ujar Panji.
Setelah duduk di bawah pohon yang agak remang - remang... Panji dan Kang Salim menikmati kopi hitam dan kepulan asap rokok.
"Kang Salim... Tadi Kyai bilang pahala dan dosa... Pahala itu artinya apa? Dan dosa itu artinya apa?" tanya Panji.
"Orang yang telah melakukan kebaikan itu mendapat hadia dari Allah... Hadiah itu di namakan pahala. Dan
Pahala itu di berikan besok setelah kita mati di alam kubur dan di akhirat.
Kalau orang yang telah melakukan perbuatan salah... Itu dia mendapat hadiah dari Allah... Hadianya namanya dosa. Dosa juga di berikan ketika mati di alam kubur dan alam akhirat," jawab Kang Salim,
"Bagaimana rasanya minum kopi...?"
"Yaa lumayan enak! Cocok buat rokok an," jawab Panji,
"Kang Salim sudah berapa lama belajar di pesantren ini?"
"Sudah 2 tahun," jawab Kang Salim.
"Lama juga yaa," ujar Panji,
"Berarti Kang Salim sudah pintar yaa ngajinya?"
"Belum seberapa pintar Panji... Biasa - biasa saja," kata Kang Salim,
"Walau mondok di pesantren, kalau kitanya malas belajar yaa tetap bodoh! Walau kita di pesantren sebentar, kalau kita rajin ngaji yaa cepat alim."
"Assalamualaikum," ujar Kang Ujang,
"Aku cariin ternyata ada di pojok warung...! Pantesan dari tadi gak ketemu. Eeee... Ada Panji...! Gimana... Sudah hafal belum bacaan solatnya? Pak Radi... Biasa... Kopi hitam satu."
"Belum hafal Kang," jawab Panji,
"Kan baru sekali! Kang Salim ngajarin bacaan solat."
"Ngapain kamu cengas - cengeges, senyum - senyum sendiri," tanya Kang Salim.
"Sambil tertawa... Kang Ujang berkata,
"Gak papa... Hanya saja teringat solat duhur tadi... Si Panji meremas burungnya Ustad Bakri." 😅
Mendengar ucapan Kang Ujang... Salim dan Panji tertawa terbahak - bahak.
Malam itu... Panji dan teman barunya berbagi cerita, tertawa bahagia.
"Kang ujang... Kamu berasal dari mana?" tanya Panji.
"Dari sini saja Kang, dari Kecamatan Kramatwatu," jawab Kang Ujang.
"Kalau Kang Salim berasal dari mana?" tanya Panji.
"Aku dari Merak, satu jam dari sini," jawab Kang Salim,
"Kalau liburan pondok... Kamu jangan pulang ke Surabaya ya... Main ke rumah ku, nanti kita mancing di pantai."
"Ayoo kita balik ke pondok, sudah jam 11 Malam," ujar Kang Ujang."
Tak lama setelah di pondok... Panji masuk ke dalam kamar yang terletak paling ujung. Setelah berada di kamar... Panji membaca surat Al fatiha tulisan arab latin.
Panji menghafalkan Al fatiha hingga larut malam, hingga Panji tertidur sambil memegang secarik kertas betuliskan bacaan Al Fatiha.
Di saat Panji tidur... Panji bermimpi di datangi dua harimau yang duduk di sampingnya... Harimau itu seperti menjaga Panji.
Adzan Subuh bergema, para santri pun sibuk wudhu untuk bersuci.
"Panji...! Panji...! Bangun! Ayoo solat subuh," kata Kang Subur.
Setelah berjuang melawan rasa kantuk... Panji pun akhirnya bagun, kemudian cuci muka dan Solat berjamaah.
Setelah solat Subuh... Kang Subur mengajari Panji untuk menghafal tata cara wudhu beserta bacaan dan doanya.