"Celaka, celaka," kata kakek tua itu bicara di sebuah meja yang berisikan empat pria tua yang hampir sebaya dengannya.
"Apanya yang celaka?" tanya rekanya yang mempunyai janggut sedada.
"Daerah perbatasan kita telah diserang,"
"Apakah kau serius?" tanya rekan yang lainnya.
"Apakah aku terlihat sedang berbohong?" tanya balik kakek tua yang baru datang itu.
Empat pendekar tua langsung berubah wajahnya ketika menyadari bahwa rekannya itu tidak sedang berbohong. Tubuh mereka tampak sedikit bergetar. Mungkin hal itu diakibatkan karena kekagetannya.
"Siapa yang berani menyerang daerah perbatasan?"
"Pasukan Mongol (Mongolia)," jawabnya dengan cepat.
"Keparat. Kenapa mereka menyerang daerah perbatasan? Bukankah sebelumnya kedua belah pihak sudah menyatakan untuk damai?"
"Benar. Aku sendiri merasa heran kenapa hal seperti ini bisa terjadi,"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com