webnovel

Hilang Satu, Muncul Seribu

Hari ini benar-benar sangat melelahkan bagi Tania, di mana ia harus ikut ulangan harian mendadak dengan berbagai macam rumus fisika yang sangat menguras kondisi otaknya, dan sekarang ia harus ikut olahraga di lapangan terbuka dengan terik matahari yang sangat panas tentunya. Kini Tania berjalan melewati berbagai jenis kelas, untuk menuju toilet dengan tujuan untuk mengganti pakaiannya dengan baju olahraga.

Namun, saat Tania melewati UKS ada sebuah suara yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Brak!

Sebuah suara benda jatuh terdengar jelas di telinga Tania yang berasal dari ruangan UKS. Tania yang dari kecil mempunyai sifat penasaran yang sangat tinggi, segera berjalan mendekati UKS. Semakin Tania berjalan mendekat ke sana, semakin jelas ia mendengar suara kikikkan perempuan yang sangat sering ia dengar jika malam hari di dekat pohon rindang. Sontak Tania sedikit terlonjak kaget saat melihat sosok wanita rambut panjang, jubah hitam dan juga wajah yang sangat seram yang kini berada di depannya.

"Hihihi, kamu bisa liat aku, hihihi," ucap sosok tersebut yang kini melayang untuk mendekat ke arah Tania.

"Iya, gue bisa liat lo," jawab Tania yang kini berjalan mundur agar menjauh dari sosok seram itu.

"Hihihi," suara kikikkan tersebut terus menghantui Tania membuat tubuhnya sedikit merinding.

"Jangan dekati gue," teriak Tania yang mundur agar menjauh dari sosok tersebut.

"Hihihi, kamu harus ikut aku," ucap sosok tersebut.

"Apa sih, gue gak mau ikut lo!" teriak Tania.

Tak sengaja beberapa siswi lewat dan melihat Tania yang marah-marah sendiri.

"Kenapa lagi tu anak, bangkit lagi deh kayanya," ucap salah satu siswi.

"Udah ah, mending pergi aja, takut gue liatnya," ucap teman sampingnya.

Jon yang melihat Tania segera menghampirinya.

"Kakak," panggil Jon yang kini berada di samping Tania.

"Jon, bantu gue," ucap Tania pelan.

Jon, yang melihat sosok tersebut segera melaksanakan tugasnya untuk menyelamatkan Tania.

"Eh, Mbak Rosma! gak boleh ganggu kak Tania lagi, dia baik kok jangan ganggu dia lagi! Awas aja ganggu kak Tania, ntar liat aja pembalasan aku," ucap Jon.

"Hihihi," Kikikkan tersebut tak henti-hentinya untuk bunyi.

"Kak, mending kita pergi aja dari sini," ucap Jon yang memegang tangan Tania.

Kini Jon membawa Tania menjauh dari UKS, dan kini mereka berada di taman sekolah.

"Jon, lo ngapain bawa gue ke sini," ucap Tania yang tiba-tiba berhenti menyelesaikan langkahnya.

"Emang kenapa kak? Emang kakak mau bakal digangguin sama yang tadi?" sahut Jon.

"Ya kaga lah, tapi gue kan mau ke toilet tuker baju, soalnya gue mau olahraga," ucap Tania.

"Terus gimana nih kak? Kakak mau ke toilet dulu?" ucap Jon.

"Iya, tapi temenin gue. Takut, ntar yang tadi gangguin gue lagi," ucap Tania.

"Ya udah ayo kak, Jon temenin," balas Jon yang kembali menarik tangan Tania untuk segera menuju toilet.

"Jon, tapi ntar lo nunggunya di luar ya, malu lah gue kalo lo ikut masuk," ucap Tania.

"Kenapa harus di luar?" tanya Jon, yang langsung mendapat tatapan tajam oleh Tania.

"Iya kak, hahaha, serem ih," sahut Jon.

***

Tak terasa kini mereka telah berada di depan toilet.

"Ya udah, kakak ganti baju aja. Jon tunggu di sini," ucap Jon yang berhenti di depan pintu toilet.

"Okey, tungguin gue, jangan pergi duluan," ucap Tania yang masuk ke dalam toilet tersebut.

"Cepetan ya kak," teriak Jon.

"Iyaa," sahut Tania.

Tak berapa lama, akhirnya pintu toilet tersebut terbuka juga dan memperlihatkan Tania yang kini telah selesai dengan baju olahraganya.

"Udah kak?" tanya Jon.

"Bentar gue kaca bentar," sahut Tania yang berjalan ke arah kaca.

Kini Tania mendengar suara isakan seperti orang menangis, yang membuat Tania sedikit merinding untuk mendengarkannya.

"Hiks, hiks," suara tersebut terus memenuhi telinga Tania.

Karena sifat penasaran Tania yang selalu ada dan tak pernah hilang, ia segera berjalan ke arah toilet paling pojok dan ingin melihatnya.

"Kenapa kak?" tanya Jon yang membuat langkah pertama Tania terhenti.

"Ooh, gak kok. Gak apa-apa," sahut Tania yang kini berjalan untuk kembali berkaca.

'Udah lah, mungkin cuma halusinasi gue doang kali. Lagian Jon juga gak denger suara itu,' batin Tania yang melanjutkan aktivitasnya.

Namun, lagi dan lagi suara tersebut kembali berbunyi. Membuat seorang Tania semakin penasaran mendengarnya dan ingin segera melihatnya.

"Jon," panggil Tania.

"Hah? Iya kak," jawab Tania.

"Lo nangis?" tanya Tania.

"Ya kali aku nangis, ada-ada aja deh kak Tania, hahaha," balas Jon.

"Gue serius Jon," ucap Tania.

"Iya kak, aku serius, gak nangis," ucap Jon.

"Emang kenapa kak?" tanya Jon.

"Huussst," ucap Tania yang mengisyaratkan agar diam.

"Hiks, hiks, hiks," suara tersebut kini memenuhi ruangan tersebut.

Kini tubuh Tania benar-benar merinding dibuatnya.

"Denger gak?" tanya Tania.

"Iya denger kak, ada suara tangisan kan," tebak Jon.

"Nah itu, makanya gue nanya ke lo," ucap Tania.

"Tapi aku gak nangis kak," jawab Jon.

"Sini ikutin gue," ucap Tania yang berjalan ke arah toilet paling pojok.

Sontak Tania kaget, saat melihat seorang gadis sebaya dengannya yang kini terkulai lemas dengan wajah pucat, dan kini ia menangis.

"Hei," sapa Tania.

Gadis tersebut yang mendengar suara Tania, tiba-tiba berhenti untuk menangis, dan kini menatap dingin ke arah Tania.

"Hai," balas gadis tersebut.

Jon yang penasaran dengan suara yang tak asing baginya, ia segera melihatnya.

"Kak Lani," ucap Jon.

"Jon," balas gadis yang dipanggil Jon Lani.

"Kak, ini kak Tania dia baik kok. Dia bisa liat kita," jelas Jon.

"Kamu bisa liat aku?" tanya Lani pada Tania.

"Iya, gue bisa liat lo," jawab Tania.

"Kak Tania kenalin dia Lani, teman Jon juga, dia baik kok kak," ucap Jon.

"Iya," sahut Tania.

"Apa dia bakal baik seperti lo?" bisik Tania.

"Iya dia baik kok kak," sahut Jon.

"Gue takut, nanti dia bakal kaya sosok tadi yang jahat," ucap Tania.

"Gak kak, kak Lani baik kok orangnya, Jon udah kenal lama sama kak Lani," ucap Jon.

"Ya udah deh," sahut Tania.

"Kenalin gue Lani," ucap Lani yang mengulurkan tangannya yang kini telah pucat.

"Tania," balas Tania, yang kini membalas uluran tangan yang terasa dingin, kurus dan tampak pucat bagi Tania.

"Lo takut ama gue?" tanya Lani.

"Gak kok," sahut Tania.

"Tenang aja gue baik kok, gak jahat," ucap Lani.

"Iya," sahut Tania.

"Lo kenapa nangis di sini?" tanya Tania yang kini sangat penasaran dengan sosok di depannya.

"Gue kangen orang tua gue," ucap Lani.

"Terus orang tua lo kemana emang?" tanya Tania.

Namun, kini Lani kembali menangis dan tak menjawab sedikitpun ucapan Tania.

"Kak Lani, sangat terpukul kak," sambung Jon.

"Maksudnya?" tanya Tania yang kurang paham dengan ucapan Jon.

"Iya, kak Lani sangat terpukul dengan kondisi keluarganya pada saat itu," ucap Jon.

"Lo tau ceritanya?" tanya Tania pada Jon.

"Iya, waktu itu kak Lani pernah cerita sama aku dan teman-teman yang lain," jawab Jon.

"Oh ya udah, gue ga maksa lo kok buat cerita semuanya. Gue juga kasihan liat lo nangis kaya gini," ucap Tania yang melihat ke arah Lani.

"Ooh iya gue hampir lupa," ucap Tania yang kaget saat tak sengaja melihat jam tangannya.

"Gue harus olahraga, byee," ucap Tania.

***

Nächstes Kapitel