webnovel

Bab 10

"Sialan, harusnya aku menolak rencana Panglima yang tidak masuk akal ini," gerutu Pengawal Zakir. Ia sudah siap berada di dalam sebuah kamar di dalam penginapan.

Sudah cukup lama ia menunggu kedatangan Cik Mira. Wanita cantik penari ronggeng itu.

Suara derit pintu yang terbuka membuat jantung pengawal Zakir berpacu lebih cepat. Sedikitpun ia tidak berani menoleh ke belakang punggungnya. Suara derap langkah kaki yang semakin mendekat ke arah rajang, semakin mempercepat aliran darah pengawal Zakir yang sedang dilanda kegugupan.

"Tuan!" Sebuah tangan menyentuh lembut bahu Pengawal Zakir setalah terdengar gadis itu sedang melepaskan sesuatu dari tubuhnya. Tubuh Pengawal Zakir terasa beku untuk sesaat. Beberapa kali Zakir menghela nafas panjang untuk menghilangkan rasa gugup yang mendera.

"Siapa nama Tuan, aku denger Tuan sudah membayar mahal untuk tidur bersamaku?"

Jemari lentik itu kian menari membelai rambut cepak pengawal Zakir hingga ke punggung bidangnya. Suaranya yang mendayu membuat jiwa kelaki-lakian pengawal Zakir hampir tergoda.

Pengawal Zakir memutar tubuhnya. Menangkap pergelangan tangan yang begitu liar menjelajahi tubuhnya.

Mira tercekat, "Maafkan saya Cik Mira bukan ini yang saya inginkan dari anda?" ucap pengawal Zakir menatap tajam pada wanita muda dengan dada besar yang menonjol dari baju yang ia kenakan.

"Lalu, untuk apa kamu membayar mahal malam ini bersamaku?" sahut Cik Mira dengan nada datar. Binar mata indah itu mampu menenggelamkan siapa saja yang menatapnya.

"Apakah kamu sudah terlalu banyak uang, hingga mudah sekali untuk membuang-buangnya?" Cik Mira memicingkan matanya pada Pengawal Zakir. Nada suaranya terdengar sangat ketus sekali.

Pengawal Zakir perlahan melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Cik Mira. "Semua itu tidak lebih karena saya menginginkan sebuah informasi penting yang hanya Cik Mira ketahui," desis Pengawal Zakir membalas tatapan tajam Cik Mira.

"Tolong, katakan kepada saya, di mana keberadaan Tuan Fred?" ucap Pengawal Zakir penuh penekanan.

Sesaat Cik Mira menjatuhkan tatapan tajam pada Pengawal Zakir yang masih duduk di bibir ranjang. Wanita yang hanya mengenakan pakaian kemben atau kain jarik yang dililitkan pada tubuhnya hingga di bawah lutut itu segera meraih bajunya yang berada di atas ranjang. Cik Mira bergegas mengenakannya kembali.

"Tunggu Cik Mira!" pengawal Zakir kembali meraih pergelangan tangan Cik Mira yang berjalan ke arah pintu.

"Tolong katakan di mana keberadaan Tuan Fred? Saya ada urusan yang sangat penting sekali dengan beliau," ucap Panglima Zakir.

Cik Mira menepis kasar pergelangan tangan Pengawal Zakir. Wajahnya terlihat kesal pada lelaki itu. "Jangan tanyakan keberadaan Fred kepadaku! Karena hubunganku dengan lelaki itu sudah berakhir," cetus Cik Mira berlalu.

Panglima Zakir berusaha mengejar Cik Mira. Namun wanita itu berjalan sangat cepat sekali menuju sebuah kereta yang sudah menunggunya di depan penginapan.

"Bagaimana, apa yang dia katakan, Zakir?" Panglima Zubair yang sedari tadi menunggu di luar penginapan menghampiri pengawal kepercayaannya.

"Dia mengatakan jika hubungannya dengan Fred sudah berakhir!" jelas Pengawal Zakir.

"Sialan!" decih Panglima Zubair dengan kesal. Lelaki gagah dan tampan itu bergegas menaiki kuda putihnya.

"Panglima!" seru Pengawal Zakir. Lelaki itupun bertugas menghampiri kudanya yang masih menunggu di halaman penginapan.

"Tuan, tunggu!" Pria muda itu muncul menghadang di depan kuda pengawal Zakir.

Ihik ...

Kuda Pengawal Zakir meringik. "Ada apalagi?" decih Pengawal Zakir kesal.

"Anda tidak bisa pergi begitu saja. Anda harus membayar sesuai dengan perjanjian yang sudah kita lakukan!" cetus lelaki muda itu bersungut-sungut. Tidak terima jika dua lelaki yang memesan tubuh Cik Mira justru kabur.

Pengawal Zakir menatap lurus ke depan. Hampir saja bayangan Panglima Zubair menghilang di ujung jalan bersama pekatnya malam.

"Minggir, saya buru-buru!" sentak Pengawal Zakir.

Lelaki muda itu justru merentangkan kedua tangannya di depan kuda pengawal Zakir. "Tidak! Anda tidak akan bisa pergi kemanapun sebelum anda membayar uang itu," ucap lelaki muda itu penuh penekanan.

"Ah, sialan!" decih Pengawal Zakir.

"Berikan tanganmu!" titah Pengawal Zakir.

Dengan senang, lelaki muda itu memutar tubuhnya mendekati pengawal Zakir. Lalu menengadahkan tangannya kepada lelaki yang tengah duduk di atas kudanya.

Pengawal Zakir menotok lelaki muda itu hingga tubuhnya tidak dapat digerakkan. Lalu ia memberikan beberapa lembar koin emas yang ia ambil dari saku bajunya dan meletakan di atas tangan lelaki muda itu.

"Jika masih kurang, bekerja keraslah! Karena tidak ada orang yang kaya karena meminta," desis Pengawal Zakir dengan tersenyum sinis. Ia segera memacu kudanya menyusul Panglima Zubair yang lebih dulu meninggalkannya.

****

Bulan purnama bersinar sangat terang sekali. Mendung hitam yang terkadang berjalan sekedar untuk menutupi kini raib berganti menjadi binatang-binatang yang bertebaran di langit luas.

Panglima Zubair terus memacu kudanya mengikuti kereta yang membawa Cik Mira. Sepertinya Cik Mira tau jika Panglima Zubair sedang mengikutinya.

Tanpa Panglima Zubair sadari kini ia sudah berada di wilayah perbatasan dan kereta yang membawa Cik Mira pun menghilang bersama gelapnya malam.

"Sialan, kemana larinya wanita itu?" desis Panglima Zubair mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sinar purnama yang meredup membuat ia harus kehilangan Cik Mira.

Hos! Hos! Hos!

Nafas memburu Pengawal Zakir yang baru tiba menghampiri Panglima Zubair.

"Bagimana Panglima?"

"Sepertinya wanita itu berhasil mengalihkan perhatianku," rutuk Panglima Zubair kesal. Ia sama sekali tidak tau kemana larinya kereta kuda yang membawa Cik Mira.

Pengawal Zubair mendengus berat. Wajahnya terlihat kesal sama seperti halnya dengan Panglima Zubair.

Panglima Zubair turun dari atas kuda putihnya. Sorot matanya melihat jejak roda kereta kuda yang membawa Cik Mira.

"Sepertinya kita harus mengikuti jejak roda ini!" guman Panglima Zubair, sekilas ia menilai pada Pengawal Zakir yang masih berada di atas kuda.

Panglima Zubair memutuskan untuk meninggalkan kudanya. Ia berjalan menyusuri jejak roda kereta yang Cik Mira naikin bersama Pengawal Zakir.

Kedua lelaki itu sudah melangkahkan kakinya cukup jauh. Hingga jejak roda kereta itu berhenti di sebuah gubuk yang terletak di bibir pantai dekat sekali dengan hutan.

"Panglima, itu keretanya?" Pengawal Zakir menujuk pada sebuah kereta yang berhenti di depan sebuah gubuk.

Stt!!!

Panglima Zubair meletakkan jari telunjuknya ke dekat bibir. Memberikan perintah agar Pengawal Zakir memelankan suaranya.

Seorang wanita terlihat keluar dari dalam gubuk. Membawa beberapa barang dan menaikkannya ke atas kereta kuda. Wanita itu membawa sendiri kereta kuda tanpa ditemani disiapapun.

"Ayo, kita tangkap dia sekarang, Panglima!" seru Pengawal Zakir yang hendak bangkit dari persembunyiannya.

"Jangan! Jangan lakukan apapun kepada dia!" cetus Panglima Zubair menghalangi Pengawal Zakir.

****

Bersambung ...

Nächstes Kapitel