webnovel

Disebut Peri Cantik

Kemesraan tidak habis dan bahkan malah semakin menjadi-jadi adanya.

Eleora dengan Gerry memang belum lama ini kenal, tetapi laki-laki itu sudah cukup berani mengumbar kemesraan di tempat umum.

Di hadapan seorang sahabat juga Eleora sudah berani blak-blakan mengenai keberanian dalam cinta.

'Uhuk, uhuk.'

"Aduh, pelan-pelan. Ini diminum dulu deh."

"Iya, terima kasih."

Meneguk minuman perlahan masih saja menjadikan Eleora semakin bingung sendiri.

Karena kedekatan yang semakin menjadikan jantung Eleora seakan berhenti sejenak.

Nafas telah diatur perlahan-lahan dan bahkan mencoba menaruh gelas malah menjadikan terjatuh.

Semua yang membuat serba salah akhirnya menjadikan Eleora bingung lagi.

"Sudah, Eleora bisa sendiri kok kak. Terima kasih semuanya."

"Iya, sama-sama."

Melirik waktu di jam tangan Eleora merasa saat ini dia tidak bisa berlama-lama di cafe.

Tempat ini tentu menjadikan Eleora akan ingat dalam sepanjang hidupnya dan bahkan juga tak mau dilupakan.

Pamit lebih dahulu telah menjadikan malu, akan tetapi ini harus dilakukan oleh keduanya.

"Sebelumnya terima kasih banget kak atas undangannya, tetapi lain kali jangan umbar kemesraan dong di depan Grace."

"Apaan sih? Santuy aja kali. Sering-sering enggak papa."

"Ya sudah kak, saya dan Grace pamit dulu. Terima kasih waktunya."

"Iya sama-sama, nanti aku chat lagi."

Pergi meninggalkan cafe dan baru saja di tempat parkir pesan telah masuk di ponsel Eleora.

Kak Gerry : Terima kasih ya, Eleora

Eleora : Terima kasih juga kak

Kak Gerry : Lain kali sendiri saja, aku sama sekali tidak apa-apakan kamu

Eleora : Iya

Kak Gerr : Ya sudah. Kamu hati-hati, emm sampai rumah kabarin langsung

Eleora : Iya

"Ehem."

"Maaf, kenapa Grace?"

"Dari tadi dicuekin, hadeh."

"Maaf. Oh iya, habis ini kita ke apartemen nyokapku dulu ya?"

"Mau apa?"

"Udah ikut saja deh."

Sahabatnya sama sekali tidak menolak dan mereka pun menuju ke apartemen.

Menunggu cukup lama bagi Grace telah menjadikan lelah.

Eleora yang mencari bukti lagi tentu sengaja menanti walau harus melawan waktu.

Langkah awal sudah dimulai dan mendapatkan clue tentu tidak ingin membuang secara sia-sia.

Waktu sudah berjalan menuju pukul sembilan, tetapi Eleora masih saja belum mendapatkan clue lagi.

Mata yang terasa lelah tetap ditahan oleh Eleora, tetapi tidak bisa pada diri Grace.

"Aku sudah lelah ini. Sebenarnya kita sampai kapan di sini sih?"

"Please, kamu sabar dulu ya? Aku ingin mencari bukti, ya cuman kamu yang bisa membantuku."

"Astaga, El. Jadi, kamu sama sekali tidak percaya dengan orang tua kamu?"

"Siapa sih yang enggak sakit mendengar orang tuanya melakukan hal menjijikkan itu? Aku butuh bukti Grace, aku malu jika itu benar adanya."

Tak dapat menjawab akan perkataan Eleora hanya berdiam.

Grace sangat tahu betapa terluka Eleora dan satu-satunya jalan hanya mencari kebahagiaan untuk sahabatnya.

"Oke, aku tidak tahu harus melakukan apa. Tapi, aku harap kamu jangan berlebihan akan mengenai ini."

"Iya aku tahu kok, tapi aku mohon lima belas menit lagi kita baru pulang. Aku mohon dengan kamu."

"Ya sudah iya."

Lima belas menit dari pukul sembilan malam telah datang.

Dalam waktu menunggu malah menjadi sama sekali tidak membuahkan hasil.

Grace yang malah justru ketiduran di mobil menjadikan Eleora bingung membangunkan.

'Clunting'

Papa : Di mana kamu?

Papa : Jangan sampai kamu bohongi papa

Eleora : Ini lagi di jalan mau pulang

Papa : Pulang cepat!

Eleora : Iya, pa

"Grace, Grace."

"Eh, Joong Hun! Astaga, kamu buat mimpiku hilang tahu. Gimana?"

"Sekarang kita pulang."

"Uh akhirnya, ya sudah kamu pindah sini ya? Aku benar ngantuk berat ini, lebih baik mobilnya kamu bawa."

"Iya, Grace."

Ketika bertukar tempat dengan Grace malah Eleora melihat pria tidak asing di matanya.

Tidak mungkin jika waktu dibuang sia-sia, namun juga dia tidak mau membuat temannya terbawa.

"Lebih baik besok lagi saja, Grace sudah begitu lelah karenaku. Maafkan aku Grace, maaf."

Menghentikan mencari bukti telah menjadi Eleora akhirnya mengendari mobil menuju ke rumah.

Dari kejauhan Eleora melihat sang papa sudah berdiri dengan raut wajah marah.

Kembali membangunkan Grace dia pun sedikit membisikkan sesuatu.

"Aku minta kamu bilang jika hari ini kita hanya pergi reuni sekolah."

"Oke siap!"

Keterpaksaan berbohong terus saja dilakukan oleh Eleora dan turun dari mobil Grace pun memberikan penjelasan.

Pernah terjadi kemarahan besar pada diri papa Argadana malah kali ini berbeda dari biasanya.

Pria tua itu telah memberikan sebuah pengertian kepada anak maupun juga Grace.

Sedikit merasa lega ketika sudah diatasi dan disaat kepergian Grace malah muncul sosok arogan.

"Kamu tahu, anak gadis itu tidak boleh pulang malam-malam. Ngerti?"

"Maaf, pa. Maafkan aku,"

'Plak!'

Tamparan keras telah mendarat di pipi Eleora.

Dia merasakan sakit tetapi tidak bisa menjadi melawan karena sesuatu hal yang disembunyikan.

Papa Argadana yang terus saja menampar malah membuatkan Eleora menahan hingga menangis.

"Kamu menangis El?"

"Tidak."

"Kamu menangis?"

"Tidak."

"Jawab dengan jujur!"

"Iya, pa."

Entah apa yang menjadikan papa Argadana malah seketika memeluk anaknya.

Diketahui sebelumnya ia nampak begitu marah dan cukup keras terhadap anaknya, akan tetapi disaat air mata menetes justru berbeda.

"Papa minta maaf, maafkan papa telah membuat kamu menangis sayang."

Dekapan papa Argadana begitu lembut dan hangat, tetapi Eleora sedikit takut.

"Malam ini kamu tidur di kamar mama kamu ya?"

"Kenapa memangnya, pa? Aku kan punya kamar sendiri."

"Mau papa marah lagi?"

"Tidak."

"Ikuti perkataan papa, sekarang!"

Menuju ke dalam kamar dia pun telah dipandang cukup lama oleh papa Argadana.

Eleora sama sekali tidak tahu akan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi selama dia sedang mencari beberapa bukti tentu mengikuti saja.

"Sekarang kamu tidur, tapi ingat benar-benar tidur."

"Iya, pa."

"Selamat malam putriku, selamat malam sayang."

"Iya, selamat papa."

"Belum ada sayang, ulangi lagi."

"Selamat malam papa sayang."

Lampu kamar telah mati dan dia pun segera menghubungi Gerry.

Eleora : Kak, aku sudah sampai di rumah

Eleora : Maaf baru menghubungi soalnya lupa

Kak Gerry : Iya tidak apa-apa, sekarang jangan lupa gosok gigi dan istirahat

Kak Gerry : Selamat malam peri cantik

Eleora : Selamat malam kak

"Hem, aku tidak menyangka jika hari ini begitu merata. Tapi dengan kak Gerry malah berwarna."

Belum bisa tidur malah menjadikan Eleora senyum-senyum sendiri.

Melihat gadget akan sebuah chat Gerry malah semakin menjadikan senyum itu kian melebar.

"Ah, apaan sih aku ini? Masak iya aku jatuh cinta beneran dengan kak Gerry? Ah tahu deh, ha ha ha ha. Pokoknya jangan memutuskan dulu deh sebelum benar-benar pas di hati, aku sama sekali tidak ingin sembarangan."

Nächstes Kapitel