Xiao Chen tahu bahwa kompetisi tahun ini mungkin sudah dipersiapkan untuk mendorong jenius Klan Xiao, Xiao Langtian, untuk mendapatkan namanya. Juga, ini mungkin rencana tetua klan itu untuk merekomendasikan Xiao Langtian sebagai penerus selanjutnya Klan Xiao.
Xiao Chen tidak bodoh, tapi dia juga tidak terlalu peduli tentang kompetisi seperti itu, yang menurutnya sudah diatur sedemikian rupa oleh para orang tua klan. Lagipula, selama dirinya tidak diganggu dalam berkultivasi, dia akan baik-baik saja dengan itu. Menjadi ketua muda Klan Xiao memang posisi yang mengesankan dan menggiurkan bagi banyak orang, tapi posisi ini tidak terlalu menarik bagi Xiao Chen.
Dia percaya bahwa dunia tidak hanya seluas Pegunungan Bumi Senja. Pasti masih ada organisasi yang lebih kuat dan berpengaruh dibanding Akademi Bintang Surga. Xiao Chen lebih tertarik untuk menjadi seseorang yang menguasai sebuah wilayah atau menjadi pemimpin tertinggi dunia suatu hari nanti alih-alih pemimpin Klan Xiao yang kecil ini.
Oleh karena itu, ketika kakek tua itu selesai mengatakan maksud memanggilnya, Xiao Chen menjawab dengan acuh tak acuh, "Bagus, kurasa."
Mendengar jawaban Xiao Chen, wajah kakek tua itu nampak berubah, tetapi sebelum dia berbicara, Bibi Lin memarahi Xiao Chen, "Chen gege, apa yang kau katakan? Kakek bermaksud baik untuk mendorongmu mengikuti kompetisi dan mengambil apa yang seharusnya kau miliki. Seharusnya kau berusaha untuk melakukannya!"
Xiao Chen menggelangkan kepalanya, dengan tegas berkata, "Bibi Lin, aku benar-benar tidak tertarik untuk hal semacam itu. Aku justru tertarik untuk berkelana dan mengetahui seberapa luas dunia ini. Aku tidak ingin hidup dalam sangkar. Bibi Lin, setiap orang memiliki mimpi dan ambisi, dan tidak ada yang dapat memaksakan ambisi sendiri untuk dilakukan orang lain. Bagiku memimpin klan hanya pencapaian kecil yang bahkan masih harus tunduk pada kekuasaan yang lebih besar. Aku tidak mau berada di bawah kendali orang lain."
"Tapi, dengan memimpin Klan Xiao, kau akan memiliki pijakan dalam meraih mimpimu. Apa yang salah dengan itu?" kata Bibi Lin, yang masih berusaha meyakinkan Xiao Chen.
Mendengar Xiao Chen, wajah kakek tua yang semula merah karena marah berangsur pulih. Dia bisa melihat ambisi sebenarnya Xiao Chen. Jadi dia hanya bisa menghela napas, sebelum berkata, "Cukup Lin'er. Jika memang itu yang dia inginkan, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Namun Chen'er, aku hanya ingin kau hadir di kompetisi terlepas apakah kau bisa atau tidak dan mau atau tidak, hanya dengan memasuki Akademi Bintang Surga kau akan memiliki jalan yang lebih baik. Itu saja."
"Baiklah baiklah, aku akan hadir di acara itu untuk menghormati perwakilan akademi sebagai putra Xiao Fenghao. Jika tidak ada yang lain, aku akan pergi. Hari ini aku cukup sibuk membereskan perpustakaan," kata Xiao Chen sebelum berbalik dan pergi, terpaksa mengalah karena dia tidak ingin lagi berdebat.
Kakek tua itu adalah Xiao Tiandi. Pendiri Klan Xiao di Pegunungan Bumi Suci ini. Rumor mengatakan bahwa Xiao Tiandi ada hubungannya dengan Xiao Wei, salah satu penatua generasi sebelimnya Akademi Naga Phoenix, namun Xiao Tiandi sendiri selalu menyangkal hal tersebut. Dan bahkan bersikap seperti tidak mengenalnya.
Rumor itu hanya sebatas rumor yang tidak bisa dibuktikan, sebab jika memang Xiao Tiandi ada hubungannya dengan ahli super itu, bukankah seharusnya Klan Xiao Kota Raja tidak menderita tekanan dari Provinsi Gunung Baja? Akantetapi, beberapa orang percaya bahwa itu adalah rahasia. Mereka bahkan menebak bahwa mungkin saja Xiao Tiandi adalah anak yang tidak resmi. Jadi Xiao Wei tidak mengakuinya, itu mungkin bisa diterima sebagai jawaban. Hanya Xiao Tiandi sendiri yang tahu kebenaran asal-usul Klan Xiao Kota Raja.
Xiao Chen tahu bahwa kakeknya termasuk orang yang berpengaruh di Kota Raja, tapi dia tidak terlalu menyukainya karena kakeknya tidak pernah memperdulikannya setelah kedua orangnya terbunuh.
Xiao Chen hanya tidak ingin memiliki waktu yang merepotkan dengan mengikuti kompetisi yang telah diatur tersebut. Tapi sebenarnya dirinya juga penasaran.
Lagipula, tidak ada salahnya untuk hadir dan melihat para jenius Klan Xiao yang sebagian besar telah pergi keluar mengejar kultivasi. Kompetisi ini pasti akan mengembalikan mereka ke klan di mana pun mereka berada, karena ini merupakan kesempatan terbaik bagi mereka untuk membuktikan prestasi mereka kepada klan dan juga menarik akademi tingkat 3 seperti Akademi Bintang Surga.
Klan Xiao sendiri berada di wilayah yang dulunya merupakan gurun gersang yang sangat luas. Setelah wilayah dunia mengalami insiden misterius di masa lalu, keseluruhan gurun telah berubah menjadi tanah yang subur dengan mata air mengalir sungai-sungai dan gunung-gunung yang membentuk barisan pegunungan yang disebut Pegunungan Bumi Senja.
Pegunungan Bumi Senja dipenuhi energi alam yang kaya dan binatang buas serta bentuk kehidupan lainnya menempati sebagian besar wilayah. Klan Xiao sendiri terletak di Kota Raja, area sisi timur Pegunungan Bumi Senja di bawah administrasi Provinsi Gunung Baja, wilayah Pegunungan Barat bagian paling selatan yang berbatasan dengan wilayah Pegunungan Selatan bagian paling barat.
Kota Raja bukan satu-satunya kota yang ada di Pegunungan Bumi Senja, terdapat lebih dari 30 kota lain yang tersebar di sepanjang sisi barat, tengah dan utara pegunungan. Adapun kota tetangga terdekat, itu adalah Kota Rusa Putih yang terletak di sisi tengah. Oleh karena lebih dekat daripada kota lain, orang-orang di dua kota ini seringkali berkunjung satu sama lain untuk bekerja sama dalam bentuk perdagangan maupun lainnya.
Rumor lain mengatakan bahwa dulunya, Klan Xiao adalah klan kuno yang telah ada sejak ratusan ribu tahun lalu sebelum dunia mengalami perubahan, namun beberapa ada yang meragukan hal itu karena bahkan Klan Xiao di Kota Raja tidak memiliki bentuk nyata peninggalan warisan yang memverifikasi klaim itu, kecuali Klan Xiao tingkat tinggi yang ada di wilayah pusat Pegunungan Barat yang berjarak sangat jauh.
Desas-desus mengatakan kedua klan ini kemungkinan berasal dari leluhur yang sama, tapi semua itu terbantahkan karena selama ini sama sekali tidak pernah ada koneksi antara kedua klan. Lagipula, rumor bahwa Xiao Tiandi adalah anak tidak resmi Xiao Wei lebih kuat dan lebih dapat diterima daripada rumor ini.
Namun, perkembangan Klan Xiao Kota Raja selama dekade ini mengalami pertumbuhan. Bukan hanya menghasilkan junior-junior dengan bakat yang menjanjikan, tetapi mereka juga memiliki sejumlah tambang kristal bumi yang memiliki kandungan urat naga.
Urat naga sendiri diyakini banyak orang sebagai kristalisasi dari sisa esensi darah naga jutaan tahun lalu, tapi setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh ahli lelulur mereka, diketahui bahwa urat naga kemungkinan besar adalah esensi energi spiritual bumi yang tersisa dari era kekacauan. Apapun itu, tidak ada yang membenarkan salah satu klaim.
Faktanya, kristal bumi kelas 3 ini memiliki afinitas cukup tinggi seperti halnya kristal roh dari binatang buas. Sama-sama menyimpan energi yang sangat bagus untuk mendorong peningkatan energi seorang kultivator.
Dari sekian banyaknya hasil tambang yang dimiliki Klan Xiao, tentu tidak semuanya mereka tukar dengan barang lain. Dengan putra ketiga Xiao Tiandi sebagai penguasa hasil tambang. Mereka juga menyisihkan sebagian untuk diberikan pada tetua dan junior mereka, tentu saja terdapat perbedaan jumlah yang didapat setiap orang.
Xiao Chen termasuk yang mendapatkan tunjangan kristal bumi ini, karena dia adalah anggota utama Klan Xiao. Tapi tentu saja, karena bakatnya dianggap cacat, dia hanya menerima sepuluh kristal bumi setiap satu bulan sekali untuk biaya hidup, karena itu bisa juga dipakai untuk pembayaran.
Jumlah yang lumayan untuk dilihat secara pribadi, tapi jika dibandingkan dengan yang didapat jenius klan, seperti Xiao Tianlong dan Xiao Langtian yang setiap bulannya mendapatkan 100 kristal bumi, tunjangan Xiao Chen jelas tidak ada apa-apanya.
"Bahkan dalam pembagian tunjangan kristal bumi untuk junior, mereka tidak adil. Dan sekarang, aku dipaksa harus tunduk pada pengaturan mereka? Huh, mimpi dari mana itu," desah Xiao Chen, dalam perjalanan kembali ke perpustakaan.
Sebenarnya Xiao Chen memiliki kediaman pribadi, atau lebih tepatnya peninggalan kediaman usang. Karena rumah yang dia miliki memang tidak terjaga dan juga berada di ujung pemukiman. Bahkan selama beberapa belas tahun ini, sama sekali tak tersentuh perbaikan padahal di sekitar area sudah mengalami banyak perubahan. Orang hanya bisa melihat betapa malangnya nasib Xiao Chen tanpa orang tua.
Bukannya tidak ingin pulang, tapi Xiao Chen cenderung lebih suka di perpustakaan, karena selain bisa membaca lebih banyak pengetahuan, dia juga memiliki kesempatan membaca berbagai teknik pertempuran. Meskipun semua yang ada di perpustakaan hanya tingkat rendah yang hanya cocok untuk kultivator Alam Astral.
Untuk anak seusia Xiao Chen yang kurang lebih berumur 14 tahun, dia benar-benar anak yang baik. Dia tidak banyak mengeluh sama sekali tentang hidupnya, dia mungkin sesekali mengeluh tentang perbedaan perhatian yang diberikan kepada junior-junior klan, atau kadang-kadang kesal dengan dirinya sendiri.
Orang-orang seperti Xiao Langtian, Xiao Tianlong, Bibi Lin dan Xiao Longji, sudah pasti mendapatkan keistimewaan dari klan, karena mereka dianggap junior paling berbakat. Sementara untuk orang seperti Xiao Chen, hanya dipandang sebelah mata dan tidak pantas dibandingkan dengan mereka.
Xiao Chen hanya tidak mengerti mengapa dirinya tidak diberi kesempatan yang sama untuk membuktikan diri dan terus diabaikan klan. Oleh karena itulah sekarang Xiao Chen malas untuk berurusan dengan hal-hal semacam itu. Baginya, membuktikan diri kepada klan tidak akan menghasilkan apa-apa, yang harusnya dia lakukan adalah membuktikan pada dunia bahwa dirinya bisa.
Namun, terlepas dari semua ketidakadilan kehidupannya di klan, Xiao Chen menyimpan sebuah rahasia yang hanya dia sendiri yang tahu. Bahkan, Bibi Lin, orang terdekatnya yang paling sering menemuinya pun tidak mengetahuinya.
Setelah sampai di perpustakaan, Xiao Chen langsung menuju ke ruang samping. Ruangan yang diperuntukkan untuk gudang penyimpanan alat pembersih dan buku-buku usang yang rusak.
Ruangan ini bisa dibilang kamar pribadi Xiao Chen selain kamar di kediamannya, dan untungnya tidak ada orang lain yang mau mendekati ruang ini apalagi memasukinya, kecuali beberapa orang seperti Bibi Lin dan Du Ze, jadi Xiao Chen memiliki waktu bebas dan nyaman di sini. Du Ze sendiri adalah seorang junior dari Klan Du yang tinggal di area tertentu Kota Raja, dia juga satu-satunya teman laki-laki Xiao Chen di Kota Raja.
Setelah menutup pintu, tatapan Xiao Chen tertuju pada sebuah meja, di sana terdapat beberapa buku usang. Salah satunya lembaran berwarna coklat tua. Dilihat dari tampilan dan kondisinya, jelas itu sebuah lembaran yang berasal dari zaman kuno.
"Mantra Guli Kuno ini sebenarnya peninggalan zaman kuno yang dianggap tidak berguna. Andaikan aku bisa mendapatkan versi lengkapnya, mungkin aku akan menemukan sesuatu yang lebih besar," kata Xiao Chen saat memegang lembaran itu, mengamatinya dalam-dalam.