Sementara itu, Pendekar Baju Putih masih tetap membungkam. Ia belum buka suara. Sepertinya orang tua itu sedang menunggu perkembangan selanjutnya.
"Tua bangka, apakah tuli? Atau memang pura-pura tuli?" si Cakar Garuda kembali bersuara.
Bahkan suaranya kali ini terdengar lebih lantang daripada sebelumnya. Di sisi lain, suara itupun terasa mengandung tenaga dalam yang cukup besar.
Ruangan kuil tempat berdirinya guru dan murid itupun terasa sedikit bergetar karenanya.
"Guru, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Zhang Yi kepadanya.
"Kita tunggu saja dulu. Aku ingin melihat sampai mana mereka bertindak," jawab orang tua itu.
"Baiklah. Aku mengerti,"
Keduanya kembali memilih diam. Mereka sedang menanti apa yang akan dilakukan oleh orang tua itu.
Tiba-tiba, guru dan murid itu merasakan dari arah luar ada segulung angin yang berhembus dengan kencang. Angin itupun membawa hawa panas yang mampu membakar kulit.
"Awas, anak YI," teriak Pendekar Baju Putih.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com