webnovel

26. Sowan Padepokan Kiai Benggolo

Setelah menempuh beberapa jam, Pendekar sutra ungu, Pangeran Arya dan Putri Sekarwati akhirnya sampai di padepokan Kiai Benggolo. Mereka kesini karena panggilan dari Kiai Benggolo. Kebetulan sekali Prabu Kamandanu sedang menginap di Padepokan Kiai Benggolo. Prabu Kamandanu sangat bahagia mendengar kabar bahwa Pangeran Arya dan Pendekar Sutra ungu berhasil membunuh buto ijo. Apalagi dari meditasi Kiai Benggolo dan Kiai Wungu bahwa tiga pendekar itu berhasil selamat dari ancaman maut di hutan ilusi. Mereka melakukan kerja sama sesuai yang di harapkan Prabu Kamandanu dan Kyai Benggolo. Karena tidak sabar, Pendekar Sutra ungu berjalan di depan dan ingin memperkenalkan anak angkat beserta menantunya kepada Kiai Benggolo. Jika Prabu Kamandanu berada di sini? Apa yang terjadi? Penyamaran Pangeran Arya dan Putri Sekarwati akan terbongkar di hadapan Pendekar sutra ungu. Yang pastinya Pendekar Sutra ungu akan bersifat sungkan terhadap anak angkat dan menantunya. Karena mereka memiliki perbedaan kasta.

Ketokrek!

Ngeek!

Ketokrek!

Ngeek!

Ketokrek!

Ngeek!

Suara kuda berhenti mengikuti perintah tuannya untuk berhenti.

"Tok...tok...tok! Sugeng sonten! Ini kami guru. Pendekar Sutra Ungu," kata Nyai Wungu.

"Iya masuk," kata Kiai Benggolo

Cekrek!

Suara pintu terbuka. Pendekar Sutra ungu masuk. Tapi Pangeran Arya dan Putri Sekarwati masih enggan untuk masuk.

"Perkenalkan ini Prabu Kamandanu. Raja dari kerajaan Pringsewu," kata Kiai Benggolo.

"Salam Prabu Kamandanu, kami Kiai Wungu dan Nyai Wungu. Murid dari Kiai Benggolo," kata Nyai Wungu.

"Salam kembali. Saya ucapkan selamat kepada kalian. Hadiah besar menanti kalian. Kalian berhasil mengalahkan Raja buto ijo beserta pengikutnya. Kalian juga membuat kerja sama yang hebat dengan menantuku. Pangeran pasti sangat terbantu dengan kehadiran kalian di hutan ilusi ," kata Prabu Kamandanu.

"Oh terima kasih Prabu. Sebenarnya saya juga punya misi yang sama dengan Prabu Kamandanu, yaitu ingin membunuh Raja buto ijo dan menghabisi nyawa Dukun gelap yang telah merampas janin kami," kata Kiai Wungu.

"Tapi mohon maaf Prabu, yang Prabu maksud Pangeran siapa? Kami tidak menemukan adanya Pangeran yang membantu kami dalam peperangan ini. Malah seorang pemuda yang pemberani dia membantu dalam peperangan kami di hutan ilusi. Harusnya kami pergi ke hutan ilusi empat orang. Tapi sosok Pangeran tidak datang juga," kata Nyai Wungu.

"Hah? Apa menantuku terbunuh di hutan ilusi? Kiai Benggolo tolong lihat dengan mata batin mu?" kata Prabu Kamandanu.

"Tidak Prabu! Menantumu baik-baik saja. Dalam mata batinku dia dan putrimu ada di sekitar sini," kata Kiai Benggolo.

"Syukurlah," ucap Prabu kamandanu.

"Oh iya guru, aku mendapatkan anak laki-laki baru. Anak laki-laki itu tampan dan pemberani. Dia juga sudah membantuku membunuh Raja Buto ijo beserta silumannya. Saya bangga mendapat anak angkat seperti dia," kata Nyai Wungu.

"Benarkah. Saya ikut senang kalian mendapatkan anak," kata Kiai Benggolo.

"Tak hanya itu guru. Anak laki-laki itu juga membawa tunangan yang sangat cantik jelita. Kecantikan tunangannya bagaikan putri raja dan aura wajahnya seperti bidadari," kata Kiai Wungu.

"Oh ya?" kata Kiai Benggolo.

"Wow! Secantik bidadari? Berarti lengkap sudah kebahagiaan kalian," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu," kata Nyai Wungu.

"Iya guru," kata Kiai Wungu.

"Tapi nasibku sekarang aku lagi memikirkan menantuku di mana? Apa dia sudah terbunuh di hutan ilusi itu," kata Prabu Kamandanu.

"Kami akan memperkenalkan anak lai-laki dan tunangannya kepada kalian. Dinda panggil mereka masuk. Mereka pasti lagi bermain-main di taman padepokan ," kata Kiai Wungu.

"Iya Kanda," jawab Nyai Wungu.

Nyai Wungu keluar rumah lalu memanggil Pangeran Arya dan Putri Sekarwati masuk ke dalam rumah untuk di perkenalkan dengan Kiai Benggolo.

"Raden Arya, Genduk Sekarwati. Ayo kedalam. Guru kami ingin bertemu kalian. Sekalian perkenalan sebagai anak angkat dari kami Raden," Kata Nyai Wungu.

"Baik Bunda, Ayo dinda kita masuk kedalam," kata Pangeran Arya sambil mengajak Putri Sekarwati.

"Iya kanda," kata Putri Sekarwati.

Nyai Wungu, Pangeran Arya dan Putri Sekatwati masuk ke dalam ruangan. Ada hal yang tak terduga terjadi.

"Ini guru. Ini Raden Arya. Dan ini genduk Sekarwati tunangannya," kata Nyai Wungu.

"Bagaimana Guru. Raden Aryalah yang telah membantu kita di hutan ilusi. Bukan menantu dari Prabu Kamandanu ataupun Pangeran dari Kerajaan Semeru," kata Kiai Wungu.

"Kami menantikan Pangeran dari Kerajaan Semeru. Tapi Pangeran itu tidak datang membantu kami," kata Nyai Wungu.

"Ha...ha...ha...!" Tawa Prabu Kamandanu terbahak-bahak.

"Ha...ha...ha...!" Tawa Kiai Benggolo terbahak-bahak.

"Waduh dinda, penyamaran kita segera terbongkar," bisik Pangeran Arya ke telinga Putri Sekarwati.

"Iya kanda, kenapa juga Romo Kamandanu berada di sini," bisik Putri Sekarwati ke telinga Pangeran Arya.

"Ya sudahlah dinda, siap-siap di bongkar rahasia kita," bisik Pangeran Arya ke telinga Putri Sekarwati.

"Iya," bisik Putri Sekarwati ke telinga Pangeran Arya.

"Ha...ha...ha...!" Tawa Pangeran Arya juga ikut terbahak-bahak.

"Ha...ha...ha...!" Tawa Putri Sekarwati juga ikut terbahak-bahak.

"Kami tidak mengerti kenapa bisa menertawakan kami seperti ini," kata Kiai Wungu.

"Apa ada yang salah dengan kami. Kenapa Raden Arya dan genduk Sekarwati juga menertawakan kita kanda," kata Nyai Wungu.

"Aku juga tidak tahu dinda," kata Kiai Wungu.

"Ha...ha...ha...! Apa ada kata-kata lagi yang akan kalian ucapkan? Muridmu ini Kyai, lucu sekali," kata Prabu Kamandanu sambil menahan tawa.

"Weleh...weleh. Ayo katakan lagi. Ha...ha....ha...!" kata Kiai Benggolo sambil menahan tawa.

"Tidak guru. Saya tidak mengerti dengan tawa kalian," kata Kiai Wungu.

"Jelaskan guru," kata Nyai Wungu.

"Baiklah akan aku jelaskan. Kalian mencari bantuan dari seorang Pangeran yang berasal dari kerajaan Semeru?" kata Kiai Benggolo.

"Iya guru," kata Kiai Wungu dan Nyai Wungu.

"Ya ini Pangerannya. Ini Pangeran Arya. Pangeran dari kerajaan Semeru.

"Sekarang kerajaan Semeru di perintah oleh kakak laki-laki Pangeran Arya. Namanya Pangeran Adipangga. Dia baru menikah dengan Putri Sintawati. Mereka baru di nobatkan Raja dan Ratu di kerajaan mereka," kata Kiai Benggolo.

"Jadi Raden Arya keturunan bangsawan, kenapa Raden tidak jujur dengan kami," kata Nyai Wungu.

"Kalau aku jujur. Aku takut kalian malah sungkan kepadaku Bunda. Ha...ha...ha...!" kata Pangeran Arya.

"Kalian sudah lama di daerah Semeru. Tapi tidak tahu nama Pangeran yang ada di kerajaan Semeru. Karena kalian sibuk di pertapaan. Sampai tidak sempat bermain ke kerajaan Semeru," kata Kiai Benggolo.

"Mungkin begitu, maafkan kami guru," kata Kiai Wungu.

"Dan satu lagi. Kalian ke hutan ilusi tanpa meminta restu dariku. Langsung Bablas saja! Padahal aku ingin membekali kalian dengan jurus mawar beracunku. Jurus itu bisa digunakan melawan siluman di sana, dan setidaknya bisa membantu meringankan beban kalian," kata Kiai Benggolo.

"Maafkan kami Guru, kami terlalu gegabah," kata Kiai Wungu.

"Tapi Kyai, Pendekar Sutra ungu datang tepat waktu. Aku hampir terbunuh oleh siluman Serigala. Mereka datang mereka datang menyelamatkanku. Jika mereka tidak datang tepat waktu. Nyawaku sudah melayang," kata Pangeran Arya.

"Semua sudah di atur oleh yang maha kuasa Pangeran," sambung Prabu Kamandanu.

"Romo? Siapa pun mereka muliakanlah. Mereka yang sudah mengembalikan aku menjadi manusia seperti semula. Pendekar Sutra ungu membantuku sembuh dari kutukan ular ini Romo," kata Putri Sekarwati kepada Prabu Kamandanu.

"Iya Putriku, Syukurlah engkau sudah menjadi manusia lagi," kata Prabu Kamandanu.

"Sudahlah Kyai Benggolo, Romo Wungu dan Bunda Wungu datang di waktu yang tepat. Hamba sangat berhutang budi dengan mereka," kata Pangeran Arya.

"Baiklah Pangeran. Apa kalian tahu? Letak rumah Dukun gelap itu? Letak rumahnya terletak di dekat pintu masuk hutan ilusi lapis satu," kata Kiai Benggolo.

"Hah! Berarti benar kanda. Tongkat itu adalah milik Dukun gelap itu," kata Nyai Wungu.

"Oh jadi itu alasan engkau terdiam melihat gubuk itu," kata Kiai Wungu.

"Iya kanda. Aku melihat tongkat dukun itu di gubuknya. Tongkat itu sama persis waktu menyerang kita," kata Nyai Wungu.

"Iya mereka memang rumahnya disana," kata Kiai Benggolo.

"Besok atau lusa kita harus ke sana. Kita beri pelajaran kepadanya. Tapi sebelum di bunuh kita tanya dulu. Siapa yang menyuruh mereka mengirimkan santet kutukan ular kepa Putri Sekarwati. Kita harus tahu pelakunya siapa," kata Kiai Wungu.

"Iya kanda," kata Nyai Wungu.

"Kalau begitu saya ikut," kata Pangeran Arya.

"Aku juga ikut," kata Putri Sekarwati.

"Kalian boleh ikut. Tapi Dukun gelap itu adalah bagian kami untuk menghajarnya," kata Nyai Wungu.

"Terimakasih Bunda," kata Putri Sekarwati dan Pangeran Arya.

Mereka berencana untuk pergi bersama ke gubuk dukun gelap untuk membalas dendam. Pangeran Arya dan Putri Sekarwati juga penasaran. Siapa yang menyuruh mereka mengirimkan santet kepada Putri Sekarwati. Mereka ingin dendam mereka akan segera terlaksana.

Bersambung.

Nächstes Kapitel