webnovel

18. Memasuki Kawasan Istana Raja Buto Ijo Bagian I

Lima hari berlalu. Gelapnya malam telah berganti menjadi cerahnya pagi. Suara burung-burung kecil seakan membangunkan tiga pendekar itu untuk beranjak dari tempat tidur. Serta suara Ayam jantan yang keras juga menjadi alarm pembangun dari alam.

Cukurukuk!

Cukurukuk!

Cukurukuk!

Suara ayam jago terdengar dari jauh seakan mengajak mereka untuk bangun dari tempat tidur.

"Bangun semuanya ayo kita sarapan dan mandi," kata Nyai Wungu.

"Iya Dinda," kata Kiai Wungu.

"Iya Bunda," kata Pangeran Arya.

Tenaga tiga pendekar itu pulih setelah lima hari beristirahat mendirikan tenda di hutan lapis tujuh. Memang kenyataannya siluman penghuni di hutan lapis tujuh sangat kuat sekali. Kini saatnya mereka melanjutkan perjalanan ke kawasan istana Raja buto ijo. Mereka berhasil mengalahkan siluman dari hutan ilusi lapis satu sampai lapis tujuh. Lebih dari dua bulan lamanya mereka bertaruh nyawa di hutan ilusi ini. Tetapi Jiwa kesatria mereka tak kenal takut akan bahaya yang menerpa mereka. Ketika sampai di depan kawasan hutan ilusi tidak ada kekuatan ilusi yang menyesatkan jalan mereka.

Kali ini mereka benar-benar menghadapi musuh yang sesungguhnya. Yakni Raja Buto ijo penguasa hutan ilusi ini. Kawasan istana Raja buto ijo dekat dengan hutan ilusi lapis tujuh. Mereka menempuh jarak tujuh hari lamanya. Pintu masuk sudah di depan mereka, kali ini pintu masuknya berbeda, pintu masuk terbuat dari batu bata. Yang mana pintu gerbang itu terdapat beberapa pohon besar. Di pohon besar itu terdapat sarang lebah, tapi ukurannya raksasa. Jadi bisa di bayangkan ukuran lebah itu sekitar satu meter, karena lubang sarang itu juga satu meter.

"Waduh, ini baru pintu gerbangnya, seram sekali ada sarang lebah raksasanya, belum lagi kita masuk ke dalam, seperti apa nanti keadaannya," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden tapi sepertinya lebahnya," kata Nyai Wungu.

"Kita tidak tahu Dinda, mungkin mereka ada di dalam sarang tersebut," kata Kiai Wungu.

Nguuuuk!

Nguuuuk!

Nguuuuk!

Dua ekor lebah raksasa berukuran satu meter masuk ke dalam sarang raksasa itu, di mulutnya seperti membawa cairan madu.

"Wah benar Kanda, besar sekali lebahnya," kata Nyai Wungu.

"Itu baru lebah pekerja, belum lebah jantan dan lebah Ratu, pasti lebih besar dari pada lebah pekerja," kata Kiai Wungu.

"Benar Romo, lalu bagaimana ini apa kita tetap masuk ke gerbang?," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, kita masuk saja. Kalau siluman lebah itu menghadang kita tetap kita hadapi," kata Kiai Wungu.

"Ayo kita masuk," kata Nyai Wungu.

Ngeeek!

Ngeeek!

Ngeeek!

Sura kuda tiga pendekar itu berjalan mengikuti perintah tuannya. Tapi sebelum masuk mereka sudah di hadang puluhan ekor lebah pekerja yang ukurannya satu meter.

Nguuuuk!

Nguuuuk!

Nguuuuk!

"Hai para manusia! Kembalilah ke asalmu, jika tidak kalian akan mati di sini," kata salah satu siluman lebah itu.

"Tidak...! Kami ingin bertemu dengan Raja buto ijo," kata Pangeran Arya.

"Untuk apa kalian bertemu dengan junjungan kami," kata salah satu siluman lebah itu.

"Untuk membunuhnya!" kata Pangeran Arya.

"Kurang ajar, serang!" kata salah satu siluman lebah itu.

Nguuuuk!

Nguuuuk!

Nguuuuk!

Puluhan ekor lebah raksasa terbang mendekati tiga pendekar itu.

Hiyat!

Sleep!

Hiyat!

Sleep!

Hiyat!

Brught!

Hiyat!

Sreet!

Pedang gada dan selendang di gunakan menyerang lebah raksasa itu, akhirnya mereka mampu melumpuhkan puluhan lebah pekerja.

"Syukurlah, kita berhasil mengalahkan mereka," kata Nyai Wungu.

"Iya, mereka hanya penghalang pintu masuk kawasan istana buto ijo," kata Kiai Wungu.

"Awas!" kata Pangeran Arya.

Nguuuuk!

Nguuuuk!

Nguuuuk!

Tiba-tiba muncullah sekumpulan lebah jantan, yang mana ukuran lebah jantan lebih besar daripada lebah pekerja. Ukuran lebah jantannya yaitu satu setengah meter. Dan ternyata banyak bulu di badan lebah jantan tersebut. Tapi lebah jantan yang keluar hanya sembilan ekor. Setiap pendekar di serang tiga lebah jantan.

Hiyat!

Sleep!

Hiyat!

Sleep!

Hiyat!

Brught!

Hiyat!

Sreet!

Pedang gada dan selendang di gunakan menyerang lebah raksasa itu, tetapi kekuatan lebah jantan lebih besar dari pada lebah pekerja dan mereka juga lebih gesit dari lebah pekerja. Setiap kali tiga pendekar itu melancarkan serangan, lebah itu bisa menghindar.

"Kanda, mereka gesit sekali bisa menghindari serangan kita," kata Nyai Wungu.

"Oh iya , kenapa kau tidak menggunakan senjata kipas milik Siluman angin itu. Kipas itu bisa memunculkan angin besar dinda," kata Kiai Wungu.

"Baiklah akan aku gunakan kipas itu," kata Nyai Wungu.

Tiba-tiba Pangeran Arya dalam bahaya. Dia di hampir di tusuk perutnya dengan jari lebah yang runcing itu.

"Ah, tolong," teriak Pangeran Arya.

"Raden!" kata Nyai Wungu.

Hiyat!

Sreet!

Brught!

Selendang milik Nyai Wungu melesat mengenai lebah yang sedang mencengkeram badan Pangeran Arya.

"Raden! Kau tidak apa-apa?" kata Nyai Wungu.

"Iya bunda" kata Pangeran Arya.

"Dinda cepat gunakan kipas sakti itu, ambil di kudamu sekarang!" kata Kiai Wungu.

"Iya kanda," jawab Kiai Wungu.

Weer!

Nyai Wungu terbang ke kudanya untuk mengambil senjata kipas itu. Sementara Kiai Wungu menghadapi lebah-lebah itu.

"Raden, keluarkan mestika itu dari pedangmu. Lalu satukan mestika itu ke kipas sakti itu agar manjur membunuh mereka," kata Kiai Wungu.

"Baik Romo," kata Pangeran Arya.

Weer!

Nyai wungu datang  membawa kipas sakti itu lalu pangeran mendekat memberikan semua mestika pada ibu angkatnya.

"Bunda, satukan mestika ini ke kipas itu agar lebih manjur membunuh mereka," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden," kata Nyai Wungu.

"Raden! Bantu Romo! Romo terdesak dengan serangan mereka," kata Kiai Wungu.

"Iya Romo, Hiyat!" kata Pangeran Arya sambil berlari menuju Romonya.

Sementara Nyai Wungu sedang menyatukan kekuatan mestika dengan kipas saktinya. Setelah itu dia terbang menuju pertempuran.

Weer!

"Kanda, Raden! Kalian mundur," kata Nyai Wungu.

Pangeran Arya dan romo angkatnya mundur. Sekarang Nyai wungu yang maju.

Nguuuuk!

Nguuuuk!

Nguuuuk!

Beberapa lebah jantan terbang menghampiri Nyai Wungu.

Hiyat!

Wush!

Brught!

Hiyat!

Wush!

Brught!

Hiyat!

Wush!

Brught!

Nyai Wungu melibaskan senjata kipasnya dan mengenai sembilan lebah jantan itu. Lebah jantan terpental ketanah dan berbatuan. Akhirnya mereka mati.

"Syukurlah," Kata Nyai Wungu.

"Iya bunda. Kipasnya sakti sekali ya. Sekali kibasan lebah itu langsung mati," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, Ayo sekarang kita masuk ke pintu gerbang istana buto ijo," kata Nyai Wungu.

"Ayo," kata Kyai Wungu.

Tiba-tiba di depan pintu gerbang mereka masih di hadang oleh lebah Raksasa. Kali ini lebah itu adalah jenis lebah Ratu. Ukuran lebah itu lebih besar daripada lebah sebelumnya. Tinggi badan lebah Ratu itu sekitar dua koma tiga meter, dengan perutnya yang besar. Serta di kepalanya terdapat mestika yang indah berwarna oranye. Lebah Ratu memiliki jenis kelamin betina.

Nguuuuk!

"Awas," kata Pangeran Arya.

Hiyat!

Wush!

Kipas sakti itu di kibaskan ke Ratu lebah, Tapi Ratu lebah itu menghindar dan membalas kibasan angin melalui sayap lebarnya. Kibasan sayap itu menerpa ke tiga pendekar itu lalu mereka terpental ke tanah.

Wush!

Wush!

Wush!

"Ah" kata tiga pendekar itu kesakitan karena terpental ke tanah.

"Wah ini lebih kuat kanda, Ratu lebah itu juga memiliki kekuatan angin," kata Nyai Wungu.

"Tapi yakinlah pasti ada titik kelemahan Ratu lebah itu," kata Kiai Wungu.

Lebah Ratu mendekat untuk menyerang mereka.

Nguuuuk!

"Awas," kata Pangeran Arya.

Wush!

Para pendekar itu terbang menghindari serangan lebah itu.

"Aku akan meditasi dulu, apa kelemahan Ratu lebah itu," kata Kiai Wungu.

"Iya kanda," kata Nyai Wungu.

Wush!

Bersambung!

Nächstes Kapitel