webnovel

Bab 12 : Hotel

The Alexander's Hotel.

Marigold turun dari taksi, lalu memasuki lobi hotel 'The Alexander's Hotel', tempat diadakannya acara pemilihan gadis untuk sang milyader, dengan percaya diri. Nafasnya tercekat melihat kemewahan yang ditawarkan oleh hotel ini. Bukan hanya dirinya saja yang manik matanya membelak takjub serta mengeluarkan seruan 'wow' ketika memindai setiap sudut lobi hotel ini, namun hampir sebagian besar para tamu yang datang merasa silau dengan kemewahan. Baru kali ini, Marigold menginjakkan kaki di tempat seglamor ini.

"Wow, mimpi apa aku semalam, sehingga aku bisa menginjakkan kaki disini, tanpa harus takut diusir sekuriti," bisik Marigold yang berulang kali menyesap air liurnya karena sangat terpukau dengan bangunan istimewa ini.

Hotel nan megah ini dikelilingi oleh pasir putih, yang katanya diterbangkan langsung dari luar negeri. Pantai buatan itu membuat hotel super mewah ini seakan berada di pulau pribadi. Saat memasuki lobi hotel, para tamu akan disambut dengan sajian minuman khas dari seluruh penjuru dunia. Tidak ketinggalan, di kanan kiri lobi juga berjejer toko dan butik mewah yang memanjakan para tamu untuk berbelanja.

Tanpa berkedip, Marigold memperhatikan setiap tamu yang berlalu lalang keluar masuk hotel. Terlihat sekali dari penampilan mereka, meneriakkan kekayaan yang tidak terjangkau. Kemudian Marigold menunduk dan mengamati penampilannya sendiri. Marigold meringis. Gaun sifon sederhana yang dikenakannya ditambah dengan sepatu high heels lima senti beserta sebuah tas bermerek namun palsu, terlihat menyedihkan di tempat berkilau ini.

"Ada yang bisa saya bantu?" Seorang sekuriti tiba-tiba datang mendekat dan menyapa Marigold yang sedang berdiri linglung di tengah lobi hotel yang digadang-gadang sebagai hotel bintang tujuh.

"Ah ya. Aku ingin mengikuti acara pemilihan gadis untuk milyader. Kemana aku harus pergi?" tanya Marigold dengan mata mengerjap polos pada pak sekuriti yang tampan itu. Well, bukan hanya pak sekuriti ini, tetapi semua petugas hotel yang lain, seperti petugas pembuka pintu, bell boy, resepsionis, serta lainnya. Semuanya terlihat sangat sedap dipandang. Uuh, bagaimana rasanya hidup dikelilingi kekayaan dan keindahan seperti ini? Apakah ini yang dinamakan surga dunia?

"Oh acara itu. Silakan anda mengikuti tanda menuju ruangan di belakang lobi. Disana akan ada staf kami yang siap untuk membantu anda," jawab sekuriti tampan sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Baik. Terima kasih," ucap Marigold sambil mengangguk, lalu melangkah menuju lokasi yang ditunjukkan.

Mata Marigold tidak berhenti untuk terpukau. Lobi hotel yang hampir seluas separuh lapangan sepak bola ini dilengkapi lampu gantung raksasa yang dihiasi dengan seribu kristal swarovski. Seluruh lantai dan dinding di hotel ini sungguh membuat mata silau, karena berlapis emas dan dihiasi dengan banyak permata yang indah.

"Keren," bisik Marigold tanpa henti.

Tidak jauh dari Marigold berada, berjalan sekelompok gadis yang mungkin memiliki kesamaan kepentingan yang dengannya. Marigold segera menggabungkan diri untuk berjalan di sekitar mereka, agar tidak terlalu kentara bahwa dirinya terlihat sangat kampungan.

"Apa kalian sudah dengar bahwa setiap kamar di hotel ini dilengkapi dengan seorang pelayan pribadi, yang entah untuk tujuan apa," komentar salah satu dari kelompok gadis itu. Marigold mengalihkan perhatiannya pada pembicaraan menarik para gadis ini.

"Wuih, hidup mewah bak raja dong."

"Hm-hm. Raja yang akan pergi kemanapun dengan naik si heli. Helikopter. Kendaran tanpa macet di jalan raya," timpal yang lainnya sambil mengibaskan rambut panjangnya ke belakang bahunya. "Aku pernah melihat di berita, bahwa hanya hotel ini yang mempunyai landasan helipad."

"Kalau aku ingin dinner di restoran hotel ini. Aku dengar, restoran ini dilengkapi dengan akuarium besar di dalamnya," sela gadis yang berada tepat di samping Marigold sambil menangkup kedua pipinya. "Berasa seperti putri duyung yang makan kepiting di bawah laut."

Marigold berdecak dalam hati, mendengarkan obrolan mereka. "Ck, satu hari menikmati seluruh fasilitas hotel kejora ini, bisa bangkrut tujuh turunan."

"Karena itulah, demi fasilitas mewah ini, kita harus berjuang mendapatkan sang milyader."

"Amin," jawab kelompok gadis itu kompak dan bersemangat.

Tidak ketinggalan, Marigold pun juga mengamininya. Meski tujuan utama Marigold menginginkan sang milyader bukanlah demi kekayaan yang melimpah ruah, tetapi demi menantu bin cucu untuk sang mama tercinta. Marigold menghela nafas super panjang, kemudian mengepalkan kedua tangannya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Setelah masuk ke sebuah ruangan yang ternyata adalah sebuah aula luas, Marigold memisahkan diri dari kelompok para gadis itu. Marigold menegakkan tubuhnya, mengumpulkan keberanian dan kepercayaan dirinya.

"Semuanya cantik-cantik. Bahkan mereka semua tidak ada yang terlihat jelek," gumamnya sambil mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruang aula itu. Jika setiap gadis di dalam ruangan ini, semuanya memiliki identitas bunga, alhasil pemilihan ini seperti perkebunan yang penuh dengan bunga-bunga cantik. Well, Marigold cantik, tapi kecantikannya hanya akan dianggap rata-rata dan tidak menonjol, jika berada ditengah para bunga yang cantik itu.

"Silakan duduk," ucap staf laki-laki yang menerima lembar kertas identitas dan hasil tes laboratorium dari Marigold.

"Terima kasih."

"Nama anda adalah Marigold Flora. Bisa ceritakan sedikit tentang diri anda?"

"Cerita? Aku harus cerita apa?" tanya Marigold sedikit bingung.

"Misalnya, anda memiliki kesibukan dan hobi apa, atau bisa juga anda menceritakan keahlian apa yang anda kuasai."

"Hm, coba aku pikir dulu," gumam Marigold sambil mencebikkan bibirnya. "Kesibukanku, hobiku, dan keahlianku bisa dikatakan hanya ada satu."

"Apa itu?" tanya staf itu penasaran.

"Karate," jawab Marigold mantap sambil mengangguk penuh semangat.

Hening..

Satu detak jantung..

Dua detak jantung..

Tiga detak jantung..

Krik-krik..

Marigold hanya meringis melihat ekspresi wajah staf acara yang menanyainya. Sangat syok mendengar jawaban Marigold yang singkat bin padat, hingga tidak bisa berbicara. "Halo? Hei? Pak?" panggilnya sambil melambaikan tangan di hadapan wajah staf pria itu.

"Ehem-ehem," dehem staf itu dengan kikuk. "Maafkan saya. Anda terdengar sangat inspiratif, Nona Marigold."

Lagi-lagi Marigold meringis. Entah pujian itu dimaksudkan untuk menyindir atau memang membuatnya terinspirasi.

"Oke, pertanyaan berikutnya. Selain eng.. ka-karate, anda mempunyai kelebihan apa yang bisa dibanggakan?"

"Kelebihanku?" gumam Marigold yang kembali berdecak karena mendapatkan soal yang lebih sulit dari ujian akhir sekolah.

"Tidak ada?" tebak staf itu yakin, setelah Marigold terdiam hampir dua menit lamanya dengan kening berkerut.

"Kelebihanku.. bahwa aku adalah gadis perawan yang baik hati dan suka menolong?"

"Ck, semua gadis perawan yang ada disini adalah malaikat, bidadari, bahkan dewi. Kalau gadis jahat adanya di penjara," sembur staf itu sedikit emosi.

Untuk kesekian kalinya, Marigold hanya meringis dan mengusap tengkuknya. "Percayalah padaku pak, bahwa aku adalah gadis yang diidamkan sang milyader," sesumbar Marigold dengan penuh percaya diri.

Staf itu hanya menarik garis bibir sebagai jawaban untuk pernyataan Marigold. "Baiklah, pertanyaan dari saya sudah selesai. Tolong anda naik ke panggung itu, lalu berjalan dua putaran mengelilingi panggung. Setelah itu turun melalui tangga yang diujung sebelah sana," perintahnya sambil menunjuk ke arah panggung, dimana beberapa gadis sedang berjalan plus berlenggok seperti model yang sedang bergaya.

Marigold menatap horor ke arah panggung dengan karpet warna hitam itu. Dirinya yang tomboi harus berjalan berlenggok seperti angsa?Sambil menggaruk pelipisnya, Marigold berkata, "Apakah aku diharuskan berjalan di atas panggung itu? Tidak bisakah aku berjalan di bawah saja untuk menuju ke ujung sana?"

"Bisa. Anda bisa berjalan dibawah panggung, namun anda akan langsung kena diskualifikasi. Karena berjalan di atas panggung adalah salah satu syarat penilaian acara ini."

"Oh, great!"

Bersambung...

Nächstes Kapitel