webnovel

13. Niat Lucifer

"Aku ...." Lucifer terlambat menyadari bahwa dia telah salah bicara.

"Keluar!" usir Yena geram.

Lucifer masih memiliki ekspresi tegang di wajahnya. Dia membalut punggung tangannya dengan tergesa-gesa kemudian dengan patuh keluar. Dia sedang jinak.

Yena menghela napas gusar. Rona merah di wajahnya masih belum pudar. Ia melihat pada kaca jendela yang telah pecah. Angin semilir masuk dan menyapu wajahnya. Sudah beberapa hari Yena tidak merasakan udara segar. Selama berhari-hari ini dia tidak pernah keluar karena Lucifer melarangnya keras.

Yena memungut plastik berisi belanjaan di antara pecahan kaca.

Ia membukanya dan keerutah halus tercetak di keningnya.

"Tumben, hari ini bukan Yoghurt tapi susu kedelai?"

"Apa? Susu kedelai?" Lucifer entah bagaimana menjulurkan kepalanya lewat pintu yang tidak tertutup rapat. Mengapa dia masih berada di sana?

Yena memelototinya seolah Luicfer akan takut dan segera pergi. Namun, sejak awal pun pria itu tidak mematuhinya karena takut, tapi karena dia tidak suka daan tidak ingin berdebat.

Lucifer tampak bergumam kecil sebelum akhirnya menarik kepalanya kembali kemudian menutup pintu rapat.

"Aku tidak pernah memberitahu Leon kalau Yena menyukai susu kedelai juga." Lucifer menyipitkan matanya yang menajam.

Pria itu memasukkan sebelah telapak tangannya ke saku celana kemudian berjalan keluar dari gedung.

Secara kasat mata ia terlihat hanya mengambil beberapa langkah. Namun pada kenyataanya Lucifer telah melewati ratusan meter dan hanya setelah beberapa belokan ia sampai di sebuah kastil.

Burung-burung hitam yang bertengger di sekitar kastil berterbangan pergi begitu Lucifer mendekat.

Bangunan yang menjulang cukup tinggi itu terlihat sangat sunyi dan gelap. Bocah laki-laki kecil duduk dengan kaki menjuntai di kusen jendela sembari memainkan sebuah tablet di tangannya.

Melihat Lucifer datang, Leon agak terkejut dan segera melompat turun. Tubuhnya melayang seringan bulu dan mendarat tanpa menimbulkan suara.

"Ada apa?" tanyanya. Raut wajahnya agak tegang. Sejujurnya dia sudah menerka, kedatangan Lucifer kemari mungkin karena susu kedelainya.

Mungkinkah Yena tidak menyukainya? Yah, seharusnya dia tidak mendengarkan saran kosong manusia itu.

"Aku tidak pernah memberitahumu tentang susu kedelai. Darimana kau tau? Sepertinya Yena juga tidak membeitahumu kalau dia menyukai susu kedelai." Lucifer berkata. Nadanya halus dan dingin namun terkesan mengintrogasi.

Sulit dipercaya mahluk itu mengerutkan pangkal alisnya hanya karena masalah 'susu kedelai'.

"O-oh jadi Yena menyukainya, yah?" Ketegangan di wajah kecil Leon memudar.

"Baguslah. Sebenarnya waktu itu aku kebingungan karena yoghurt-nya sudah habis. Lalu seorang pria mengatakan padaku kalau Yena suka yoghurt dia pasti juga suka susu kedelai. Aku naif. Lain kali aku janji tidak akan ceroboh lagi." Leon berkata dengan senyum sesal.

Beruntung ternyata Yena memang menyukai susu kedelai. Jika tidak, maka tamat riwayatnya. Imoogi ini sangat sensitif dengan hal apa pun yang berhubungan dengan Yena. Lucifer tidak akan menerima kesalahan sekecil apa pun.

"Seorang pria?" Lucifer mengangkat sebelah alisnya. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh kepala Leon dan tanpa permisi membaca pikiran anak itu.

Setelah menemukan sosok pria yang ditemui Leon di minimarket di sela-sela ingatannya yang bertumpuk Lucifer menarik tangannya kembali dan mendengus pelan.

"Mulai sekarang kau harus berhati-hati dengan manusia, terlebih pria itu," ujarnya.

"Baik." Leon tak ingin bertanya mengapa. Dia hanya cukup menurut saja. Melihat ekspresi Lucifer, seharusnya pria tadi memiliki hubungan dengan Yena. Kali ini dia ceroboh.

"Ini adalah daftar makanan kesukaan dan barang kebutuhan Yena. Mulai sekarang kau bebas mau beli yang mana di antara semua ini. Yang penting harus tepat waktu." Lucifer mengeluarkan beberapa lembar kertas dari sakunya dan menyodorkannya pada Leon.

Bocah itu melebarkan pupil matanya kala melihat detailnya daftar makanan dan barang kebutuhan Yena.

"Ini ... kau bahkan tau siklus menstruasinya juga." Leon terkesiap. Lucifer pasti membaca pikiran Yena sampai bisa tau sedetail ini.

"Tuan Shan, sebenarnya untuk apa semua ini? Sampai kapan kamu akan menahan gadis itu?" Leon menengadahkan kepalanya dan menatap Lucifer heran.

"Aku rasa kamu tidak berniat melepaskannya meski kau sudah mendapatkan yeouiju. Benar 'kan?" Leon menatap Lucifer dengan tatapan menuduh.

"Bukan urusanmu. Kau hanya cukup melakukan apa yang aku suruh." Lucifer berkata sembari membalikan badannya hendak pergi.

"Lucifer, tingkahmu ini jangan-jangan kamu berniat menjadikan dia sebagai peliharaan?" Ucapan Leon menginterupsi langkah Lucifer.

"Ada banyak gadis cantik dan manis tapi juga bejad di dunia ini. Mereka memenuhi kriteriamu, dan yang terpenting langit tidak akan menghukummu jika kamu mengambil peliharaan dari golongan berdosa." Leon berkata cukup lantang. Sejak mencium samar-samar niat Lucifer yang sebenarnya dia sudah tidak tahan untuk memperingatkannya.

Di dunia ini, sudah menjadi rahasia umum bahwa beberapa jenis mahluk senang memelihara mahluk lainnya yang lebih lemah dari mereka, diantaranya adalah manusia.

Namun, tentu saja para mahluk suci diawasi langit. Jika mereka ketahuan melakukan perbuatan tercela apalagi sampai mengusik mahluk lain maka mereka akan mendapat karma.

Mahluk suci hanya diizinkan memiliki peliharaan dari golongan tertentu, golongan para pendosa keji yang memang teah dikutuk oleh langit.

Sementara Yena adalah manusia polos tanpa cela. Menahan Yena, hanya akan memperburuk kutukan Lucifer.

"Coba pikirkan sekali lagi. Lagipula apakah kamu tidak kasihan pada gadis malang itu? Sebentar lagi kau akan berevolusi, tumbuhkanlah hati nuranimu agar jalanmu menuju langit dipermudah." Leon mencoba membujuk Lucifer.

Namun, tak sepatutnya ia mengaitkan hati nurani dengan Lucifer, karena keduanya sungguh adalah sesuatu yang mungkin tidak akan pernah melebur.

Mata tajam Lucifer berkedip cepat beberapa kali. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk seringai tipis.

"Kasihan? Salahkan dirinya karena bernasib sial bertemu denganku." Lucifer kembali melangkah hanya untuk berhenti lagi kemudian memutar kepalanya sembilan puluh derajat.

"Oh ya, sebaiknya kata 'peliharaan' tidak keluar dari mulutmu saat berada di dekat Yena."

Setelah mengatakan itu Lucifer melangkah pergi dan hanya dalam beberapa langkah menghilang dari pandangan Leon.

Bocah itu mengerutkan alisnya ketat. Benar, jika ada yang harus disalahkan atas kemalangan Yena maka itu adalah nasib sialnya dan kepolosan dirinya.

Ah tapi sepicik apa pun manusia jika dihadapkan pada akting Lucifer yang luar biasa maka mereka juga akan termanipulasi.

Clap

Tuk

Lucifer terus melangkah dengan meninggalkan bangkai-bangkai burung kering di sepanjang jalan.

Kwakk!

Seekor burung malang tak bisa menghindari kilatan tangan Lucifer dan menjadi mangsa ke sekian. Perlahan mati dan mengering menjadi fosil di tangan pria itu.

Buk

Lucifer melempar bangkai kering itu ke belakang.

Sebanyak apa pun ia memangsa tapi dirinya masih merasa dahaga. Semakin hari rasa para binatang di bumi semakin hambar saja.

"Sttt." Lucifer menyentuh tenggorokannya yang terasa kering.

"Andai aku bisa memangsa sesuatu yang lebih besar, dan segar ...." Ia menyeringai ringan. Saat ini terlintas di benaknya paras polos memukau yang terus saja berkelebat di kepalanya sedari tadi. Manis sekali.

Nächstes Kapitel