Dengan amarah dendam yang membakar rongga dadanya, Pendekar Tapek Dewa berdiri mengangkangi retakan bumi itu. Lalu dengan didahului sebuah teriakannya yang amat nyaring seolah menembus langit, ia mengerahkan tenaga dalamnya. Perlahan-lahan retakan bumi itu bergerak merapat. Saat bersamaan jeritan kerakitan Dewa Seta Me’e dari dalam bumi terdengar makin memilukan. La Mudu alias Pendekar Tapak Dewa tetap tak perduli, justru gemeretak giginya yang terdengar. Lalu dengan sebuah hentakan satu kakinya, retakan itu langsung menutup.
Happ....!!!
Teriakan Dewa Seta Me’e langsung lenyap. Dan semua penonton membisu. Para penabuh genderang dan gendang serta peniup serunai seolah jejeran arca-arca batu. Paduka dan kedua buah hatinya di atas panggung pun diam seribu basa, juga dengan mulut melongo. Betapa tidak, seumur-umur, baru kali ini mereka menyaksikan tenaga dalam yang demikian dahsyat.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com