Aku keluar dari kamar mandi, pandangan segera menoleh ke arah ranjang, di sana Mas Arya masih tetap memainkan ponsel dengan posisi yang masih sama juga seperti sebelumnya.
"Mas," panggilku. Namun, nihil, lelaki itu tidak merespon panggilanku. Apakah telinganya mendadak tuli?
"Mas." Aku kembali berseru, kali ini melangkah lebih dekat ke arahnya. Namun, tetap saja pria itu bergeming di sana.
"Mas, marah?" tanyaku hati-hati, dengan suara yang terdengar cukup lirih. Namun, bukannya menjawab, lelaki itu hanya diam.
Ya, sudahlah. Mungkin dia memang sedang marah, sehingga benar-benar abai terhadap kehadiranku dan terkesan tidak peduli pada istrinya ini.
Sudah terbiasa juga, sedang marah atau pun tidak, pria itu memang sudah biasa mengabaikan aku setiap harinya, dan aku tidak akan kaget akan sikap lelaki itu.
Aku memilih melangkah pergi, melaju terus menuju pintu kamar yang terbuka.
"Andine!"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com