webnovel

Pesta Pernikahan

Andine tampak salah tingkah, gadis itu kemudian membuang muka untuk menyembunyikan rona merah di kedua pipi akibat pertanyaan sang suami.

"Apaan sih, Mas? Sengaja apanya?" Sambil berlalu meninggalkan Andra lebih dulu gadis itu bersungut-sungut dan mengomel sendiri. Ia kini melangkah duluan menuju mobil mereka.

Tatapan pria itu tampak menyipit saat mengamati punggung sang istri yang semakin jauh dari jarak pandang, ekspresi penuh kecurigaan itu ditunjukkan secara jelas oleh Andra.

"Gadis aneh!" lirih Andra seraya menghela napas, ia pun berjalan menyusul wanita yang sudah beberapa meter meninggalkannya tersebut.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Andine duduk di samping Andra sambil sesekali melempar pandangan ke luar jendela. Langit malam yang pekat tampak dihiasi taburan bintang di atas sana, lalu lintas kota Jakarta terlihat ramai oleh berbagai kendaraan yang berlalu lalang.

Andra begitu fokus mengemudi, dengan mimik muka penuh keseriusan pria itu bahkan tak sedikit pun menyapa sosok wanita di sampingnya. Pun Andine, tak begitu ingin disapa oleh suaminya.

Tak perlu menunggu waktu lama, akhirnya mereka tiba di area parkiran sebuah hotel mewah bintang lima, tempat di mana acara resepsi pernikahan teman papa Andra dilaksanakan. Pria itu memarkirkan kendaraannya dengan baik sebelum keluar dari sana.

Mesin mobil dimatikan, dan Andine pun bergegas bersiap untuk keluar dari kendaraan roda empat tersebut. Namun, saat ia hendak membuka pintunya, tiba-tiba lengannya ditahan oleh Andra hingga membuat Andine bingung dan urung membuka pintu mobil itu.

Andine menoleh pada sang suami, ia bertanya lewat tatapan mata sampai akhirnya Andra pun tersadar dan melepas cekalan tangannya di lengan sang istri.

"Kenapa, Mas?" tanya wanita berhidung mancung itu dengan dahi berkerut halus.

"Kamu tunggu di sini, biar aku yang bukain pintunya," jawab pria penuh kharisma tersebut, membuat Andine terkejut dengan mata membulat dan mulut terbuka.

Namun, tanpa mempedulikan raut wajah sang istri yang tampak kebingungan, Andra pun bergegas melangkah keluar dan memutari mobil. Ia akhirnya tiba di pintu yang satunya, kemudian membuka benda itu.

Tatapan sepasang suami istri itu bertemu, tapi tetap saja Andine masih merasakan dingin di kedua manik kehitaman itu. Dari tatapan yang belum tersentuh cinta dan kasih, tapi ia berusaha berpikir positif saja.

"Ayo," ajak Andra sambil mengulurkan tangannya, bahkan kini ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk selarik senyum manis yang belum pernah ditujukan oleh Andine sebelumnya.

Meski sedikit bingung, tetapi gadis itu akhirnya menurut. Ia menerima uluran tangan sang suami, kemudian keluar mobil dengan masih menggenggam tangan Andra.

Setelah mengunci pintu mobil, sepasang suami istri yang saling menggenggam tangan itu akhirnya berjalan menuju ke tempat pesta berlangsung. Namun, tiba-tiba ….

"Hei, Andra!" Refleks Andra dan Andine pun menoleh pada sumber suara, rupanya sosok lelaki paruh baya bertubuh tambun sedang tersenyum lebar sambil melangkah ke arah mereka.

Andra yang memang mengenal lelaki itu akhirnya membalas senyum miliknya, sambil berseru, "Om Amar," ucapnya.

Sambil menepuk pelan bahu milik Andra, Om Amar pun bertanya, "Ini istri kamu?"

"Iya, Om," jawab Andra sambil melirik Andine, membuat wanita itu pun bergegas mengangguk sambil tersenyum tipis penuh kesopanan.

Om Amar mengangguk mengerti, "Waktu pernikahan kalian, om 'kan tidak bisa datang. Lagi ke Paris waktu itu, maaf sekali," tuturnya.

"Bukan masalah, Om. Tidak apa-apa."

"Papa kamu tidak datang, Dra?" tanya pria berusia lima puluhan itu lagi.

"Tidak, Om. Makanya Andra yang disuruh menggantikan," jawab pria itu.

"Iya, iya. Ya udah, om duluan ya," ujar pria itu kemudian seraya berbalik dan meninggalkan Andra dan istrinya di sana.

Andra mengembuskan napas panjang, seolah baru saja bertemu dengan sebuah tantangan yang cukup besar. Andine memperhatikan suaminya itu, tapi ia hanya bisa bungkam tanpa berniat untuk bersuara.

"Ayo," ajak Andra sambil menggenggam tangan sang suami lebih erat, membuat wanita di sampingnya sedikit tersentak kaget, tapi kemudian bergegas mengikuti langkah sang suami.

Pasangan suami istri itu memasuki ballroom hotel, nuansa white and gold mendominasi tempat itu, dengan dekorasi yang disusun sedemikian rupa begitu indahnya. Pesta yang mewah, pas sekali dengan background keluarga si pengantin. Para undangannya saja datang dari kalangan terpandang, pejabat, serta pebisnis yang cukup terkenal.

"Ini pestanya Om Adrian, teman bisnis papa," bisik Andra di dekat telinga sang istri, sengaja berbisik sebab alunan musik terdengar cukup keras.

Andine mengangguk mengerti, "Pengantin wanitanya adalah anak kandung Om Adrian, namanya Celine." Andra menjelaskan lagi.

Meski dengan jantung agak berdebar karena sikap sang suami yang sungguh berbeda kali ini, tetapi Andine berusaha untuk tetap tenang dan biasa saja.

"Kamu senyumlah sedikit, jangan cemberut gitu. Nanti orang-orang mengira kalau kita lagi ada masalah, bersikaplah kalau kita pasangan yang bahagia," bisik Andra lagi mengingatkan sang istri.

Andine tersentak mendengar kalimat suaminya, ada sesuatu yang tercubit di dalam sana. Membuat sedikit denyut yang tak tampak tapi begitu terasa. Agak sakit memang.

Ya, harus Andine sadari bahwa sikap Andra begitu manis padanya malam ini adalah karena, agar orang-orang menilai mereka sebagai sepasang suami istri yang harmonis dan bahagia. Hanya agar orang lain mengira bahwa mereka adalah pasangan yang tampak serasi. Itu saja.

Penuh kebohongan memang, raut wajah yang tampak semringah serta senyuman itu, adalah kepalsuan. Namun, di sisi lain Andine terpaksa memaklumi, agar orang lain tidak menilai buruk hubungan mereka berdua. Ia harus mengikuti apa yang diminta oleh sang suami.

Senyuman penuh keterpaksaan tercetak di bibir gadis itu, meski tidak dengan kedua matanya yang menyiratkan arti berbeda. Namun, ia tetap harus melakukannya.

Demi sang suami.

"Hei, Andra!" Sosok lelaki bertubuh tinggi dengan rambut sebagian memutih berjalan menghampiri Andra dan Andine.

Pasangan itu sontak tersenyum melihat siapa yang datang.

"Om Adrian," sapa Andra kemudian.

"Wah, datang juga kalian ya," ucap pria paruh baya yang masih terlihat segar tersebut. "Papa kamu mana?" tanya lelaki itu kemudian sambil celingukan seperti mencari seseorang.

Andra tersenyum, "Papa tidak bisa datang, Om. Makanya kedatangan Andra dan istri ke sini untuk menggantikan papa," jelasnya.

Om Adrian mengangguk mengerti, "Begitu. Ya sudah tidak apa-apa," ujarnya kemudian.

"Tante di mana, Om?" tanya Andra yang menanyakan sosok istri dari Om Adrian.

"Ah, tante kamu itu lagi sibuk mengurusi tamu-tamu sosialitanya dia, ribet memang mereka para ibu-ibu itu," jawab Om Adrian sambil tertawa kecil, membuat Andra dan Andine jadi ikut terkekeh.

"Silakan duduk dulu, dinikmati hidangannya. Om mau menyambut tamu yang lain," pamit pria itu kemudian.

Andra dan Andine mengangguk bersamaan, "Terima kasih, Om," tutur Andra kemudian.

Nächstes Kapitel