Terdengar suara pintu terbuka, Rara pun masuk ke dalam kamar lalu berkata, "Mereka udah pulang Mel, kayaknya mereka habis dikeroyok sama orang gak dikenal tadinya."
"Kok aneh ya... emangnya lo ga kenal sama yang ngeroyok mereka Ra?" tanya Melissa
"Gw gak sempet liat, soalnya yang ngeroyok mereka udah keburu kabur duluan Mel." jawab Rara
Melissa mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Mereka punya masalah apa ya, kok bisa sampe dikeroyok gitu?" tanya Melissa bingung.
Mendengar ucapan Melissa, aku juga mulai berpikir akan kemungkinan yang terjadi diantara mereka berdua dengan David. Setelah berpikir sejenak, aku pun langsung spontan bertanya kepada Rara.
"Sorry nih, kalo boleh nanya, apa lo tau tentang cewek lain yang dijebak mereka berdua?" tanyaku ke Rara.
Rara melirikku lalu menjawab dengan suara pelan, "Hmmm, selama ini, kayaknya gw pernah liat empat atau lima cewek yang kemungkinan jadi korban Dipa sama Yudha."
"Oh... ternyata nama dua br*ngs*k itu adalah Dipa dan Yudha." ucapku dalam hati.
Aku mulai berspekulasi dipikiranku, jika dipikir-pikir, dari reaksi David yang seagresif itu, sepertinya salah satu wanita yang dekat dengannya telah menjadi korban dari kedua pria itu. Tapi tidak menutup kemungkinan dia memiliki masalah yang lain dengan mereka berdua. Jadi aku berpikir untuk mencoba mengulik informasi tentang masalah David yang sebenarnya.
"Emangnya kenapa Ram?" tanya Melissa dengan raut wajah penasaran.
Begitu juga dengan Rara yang ikut memandangku layaknya sedang bertanya-tanya.
"Gw kenal sama salah satu orang yang mukulin mereka tadi." ucapku dengan datar.
"Ha? Kok bisa Ram? Emangnya dia itu siapa?" tanya Melissa bertubi-tubi secara spontan.
"Namanya David, dulu gw sempat bermasalah sama dia." jawabku
"Bermasalah...." Tampak ekspresi ragu di wajah Melissa. Sesaat kemudian, lalu dia bertanya dengan nada yang berhati-hati, "Emang kamu ada masalah apa sama dia Ram?"
"Sebenarnya dia itu mantannya kak Riska. Jadi dulu gara-gara belain kak Riska, aku sempat berantem sama dia dan temen-temennya." jawabku dengan jelas.
Melissa dan Riska pun terdiam saat mendengar penjelasanku. Sepertinya mereka masih mencoba menelaah dan memahami apa hubungan yang terjadi diantara David dengan Dipa dan Yudha.
"Mungkin untuk saat ini, gw mau cari tau dulu, sebenarnya apa masalah mereka Mel. Mungkin dari situ ada petunjuk yang bisa ngebantu situasi dari Rara sekarang." ucapku.
"Iya Ram, semoga masalah ini ada jalan keluarnya. Makasih banget ya Ram." balas Melissa.
"Makasih ya, udah mau bantuin kita berdua." timpal Rara.
Aku mengangguk lalu membalas, "Yang penting kalian berdua tenangin diri dulu. Solusinya pasti ketemu kalau kita berusaha saling support satu sama lain."
Setelah Melissa berbincang-bincang sekaligus menenangkan Rara, aku pun mulai berpindah mendekati posisi Melissa lalu bertanya.
"Mel, kamu mau tetap nginap disini atau gimana?" bisikku pelan.
Melissa melirikku lalu membalasku pelan, "Ikut kamu aja Ram."
"Hmmmm, emangnya kamu mau nginap dimana Mel?" tanyaku penasaran.
Melissa lalu mendekatkan bibirnya ketelingaku lalu berbisik pelan dan halus, "Di tempat kamu."
Refleks aku menggaruk rambutku yang sebenarnya tak terasa gatal. Lalu berpikir, aku harus bagaimana nantinya jika Melissa ketahuan menginap dikamarku. Jika ketahuan, bisa-bisa aku diusir dari kost nantinya.
"Kamu ga ada teman cewek yang lain Mel?" tanyaku seraya berbisik dengan canggung.
"Ga ada Ram... Pokoknya aku harus di tempat kamu." bisik Melissa.
Melihat kami berdua yang sedang berbisik-bisik, Rara pun tampak bingung lalu bertanya.
"Kalian pada ngomongin apa sih?" tanya Rara.
"Rama ngajak balik pulang dulu Ra, katanya ada urusan. Kita pamit dulu ya, nanti aku kabarin kalo mau kesini lagi Ra." jawab Melissa.
"Oke deh Mel, hati-hati ya. Kalau bisa, jangan sampai ketemu sama Dipa, Yudha ya Mel." ucap Rara.
Melissa mengangguk lalu kami beranjak keluar dari kamar Rara untuk kembali pulang kekostku. Tak lupa aku membawa koper Melissa, lalu pamit dengan ibunya Rara.
Setelah sampai didepan kost-an, aku menoleh ke kiri dan kanan, lalu bergegas memarkirkan motor dan mengajak Melissa masuk ke dalam kamar secepatnya.
"Cepet Mel." ucapku buru-buru sambil berlari dan spontan memegang salah satu tangan dari Melissa.
Sesampainya didepan kamar, aku langsung mengeluarkan kunci kamarku lalu berusaha membuka pintu kamarku secepat mungkin.
"Kenapa buru-buru sih Ram, kayak lagi dikejer setan aja." ucap Melissa sambil tersenyum.
"Bahaya kalo ketahuan Mel." balasku singkat, tak terlalu memperdulikan ucapannya.
Tiba-tiba Melissa memegang tanganku yang sedang memasukkan kunci, lalu berkata, "Emangnya kenapa kalo ketahuan?" tanya Melissa dengan senyum jahil.
"Eh jangan becanda dong Mel, ntar ada orang yang datang loh." ucapku panik.
Bukannya semakin takut karena ucapanku, Melissa malah berusaha semakin jahil.
Melissa memeluk lenganku lalu berkata, "Santai aja... lagi sepi gini kok."
"Eh ada mas Rama... lagi sama siapa nih?" ucap seseorang dari arah belakangku.
Spontan aku langsung berbalik badan, untuk memandang orang yang berbicara barusan.
Ternyata, yang ada disana adalah bu Nilam yang ditugaskan untuk mengurus kebersihan kost kami.
"Eh... sama temen buk." balasku dengan canggung dan panik.
"Ih, nengnya cantik banget nih." ucap bu Nilam kepada Melissa.
"Tapi kalian temen apa temen nih." ucap bu Nilam melirikku sambil tersenyum jahil.
Melihat respon bu Nilam membuatku semakin panik dan ingin cepat-cepat masuk ke dalam kamar. Tetapi, mau tak mau aku harus meladeni bu Nilam terlebih dahulu.
"Temen doang kok bu, hehe." balasku sambil menggaruk-garuk rambutku.
"Santai aja mas, ibuk ngerti kok. Tapi suaranya jangan sampe kegedean ya. Ntar kedengeran sama tetangga." ucap bu Nilam sambil tersenyum dan mengedipkan salah satu matanya.
"Ha? Enggak gitu kok buk." balasku dengan cepat.
Bu Nilam hanya tersenyum, lalu berbalik badan dan pergi meninggalkan kami berdua sambil melambaikan tangannya. Tetapi, baru saja sampai didepan pintu, bu Nilam berbalik lagi.
"Jangan lupa pake pengaman, ok?." ucap bu Nilam sambil membentuk jarinya menjadi bentuk O. Lalu bu Nilam akhirnya pergi keluar dari kost sambil terkekeh.
Sesudah bu Nilam keluar, "Pfffttttt... hahahaha." Melissa tak kuasa menahan tawanya, hingga akhirnya tawanya terlepas karena melihat ekspresiku yang panik dan malu.
"Hancur sudah reputasi baikku." ucapku dalam hati.
*Di dalam kamar*
Aku duduk dibangku meja belajarku lalu bertanya pelan ke Melissa yang sedang berada di kasur, "Orangtua kamu nantinya gimana Mel? Walaupun kalian lagi berantem, pasti bakal nyariin kan?"
"Aku udah gamau berharap sama mereka lagi Ram." balas Melissa datar.
"Sorry karena nyusahin dan buat kamu gak nyaman ya Ram. Aku bakal usaha pindah secepat mungkin." ucap Melissa lesu.
"Eh, bukan gitu maksudnya Mel. Aku cuma gamau kamu dianggap cewe gak bener kalo bareng aku disini." ucapku cepat-cepat.
"Kok gitu? Emangnya kamu cowok gak bener Ram?" tanya Melissa.
"Kan cowok selalu salah Mel." ucapku sambil mengusap hidungku.
"Hahahaha." Melissa tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku.
Melihat tawa Melissa membuatku merasa lega. Setidaknya dia bisa melupakan pahitnya hidup walau dalam waktu sesaat. Lebih baik pipinya kering, ketimbang basah oleh air mata kesedihan.
"Lo cantik kalo lagi senyum Mel." ucapku berusaha memujinya.
Mendengar ucapanku Melissa berhenti tertawa, lalu menatapku dengan serius.
"Apa tadi Ram? Coba ulangin lagi..." balas Melissa
"Lo cantik kalo lagi senyum." ucapku perlahan.
Melissa tersenyum lebar, lalu berkata "Aku gak salah denger nih?" tanyanya pelan.
"Iya, makanya kalau dekat aku, kamu harus senyum terus ya." ucapku bercanda.
"Kalau senyum terus, aku bakal dikirain orang gila kali...." balas Melissa.
"Bukannya selama ini udah dianggap gitu ya?" ejekku.
"Ihhhh... siapa yang ngomong gitu coba." ucap Melissa kesal.
Aku hanya tersenyum melihatnya.
Hingga tiba-tiba aku terpenjarat dari bangku yang kududuki.
"Eh...." ucapku terkejut.
Sebab, dipandanganku muncul kuntilanak bermuka hancur di sebelah Melissa. Dalam sekejap mata, dia langsung menghilang seketika.
Aku tak menyangka dia muncul disini, karena dia biasanya berada didekat kamar mandi. Karena beberapa bulan yang lalu, saat mata ketigaku terbuka, aku menyadari bahwa kuntilanak itu suka mengintip para lelaki yang sedang mandi. Tapi sejak ada Lala disampingku, dia tak berani lagi melakukan itu. Sebab dia sering dihajar oleh Lala jika ketahuan melakukannya lagi.
"Kenapa Ram?" tanya Melissa bingung.
"Gapapa Mel." ucapku pelan.
"Masa sih? Lo kayak abis ngeliat setan aja Ram." ucap Melissa heran.
"Emang iya Mel." balasku spontan.
"Ha? Gimana-gimana...." ucap Melissa bingung.
"...." Aku hanya diam sambil menatapnya dengan serius.
Tampak ekspresi Melissa yang mulai ketakutan, lalu dia berkata, "Jangan becanda kayak gitu dong Ram."
"...." Aku tetap diam menatapnya, juga tak merespon ucapannya.
"Udahan deh Ram, jangan liatin aku kayak gitu napa. Ngeri tau." ucap Melissa berusaha meredam ketakutannya.
Mataku terpejam, lalu badanku mulai lemas dan jatuh ke lantai secara tiba-tiba, sampai mengeluarkan bunyi yang cukup keras.
"Ih Ram.... becandanya kelewatan nih." ucap Melissa sambil menggoyang-goyangkan tubuhku.
Melihat tak adanya respon dariku, Melissa lalu berkata, "Kalo kamu ga bangun sekarang juga, aku bakal ngambek beneran nih."
"Aku hitung sampai tiga, kalo ga bangun, aku bakal teriak nih." tambahnya.
"Satu...."
"Dua...."
"T...."
"HUAAAAAAA!!!!"
Teriakku sambil memasang wajah seseram mungkin, persis didepan wajah Melissa.
"AAAHHHHHHHHH!!!" teriak Melissa histeris, dengan wajah ketakutan.
"Hahahahahahaha." melihat ekspresinya berhasil membuatku tertawa terbahak-bahak.
Tanpa basa-basi Melissa pun langsung memukuli badanku bertubi-tubi.
"Hahahaha..." aku masih tak bisa tertawa melihat ekspresinya yang ketakutan.
"Parah banget ihhhhhhh." ucap Melissa dengan wajah manyun.
"Habisnya muka kamu lucu banget kalo ketakutan gitu." ucapku sambil menahan tawa.
"Udah ah, jangan dilanjutin lagi." balas Melissa.
"Iya... iyaa... Aku beli minum dulu deh diluar, gerah juga jadinya." ucapku sambil mengusap keringat didahiku.
"Yaudah, tapi jangan lama-lama Ram. Aku jadi beneran takut nih." balas Melissa dengan manyun.
Aku mengangguk, lalu mengambil dompetku dan keluar dari kamarku. Baru saja keluar dari pintu kost-an. Aku tak sengaja melihat bu Nilam yang sedang membersihkan pekarangan kost-an.
Saat aku berjalan melewati, tak lupa aku menyapa dengan senyum seramah mungkin, "Buk..."
"Eh mas Rama... udahan ya?" tanya bu Nilam
"Ha? Maksudnya buk?" tanyaku bingung.
Bu Nilam hanya menatapku dengan senyuman yang aneh. Entah kenapa, aku sering melihat ekspresi itu muncul dari wajah Steven. Ekspresi itu muncul saat Steven sedang membicarakan hal-hal mesum.
"Kurang tahan lama ya mas." ucap bu Nilam.
"Gak ngerti saya buk." ucapku canggung.
Bu Nilam menggeleng kepalanya lalu menepuk pundakku, "Makanya banyakin olahraga mas, biar staminanya kuat."
"......" Akhirnya aku paham maksud bu Nilam. Aku jadi terdiam kaku seketika.
Bersambung...