webnovel

Playboy

"Omong-omong, Cowok yang sering bareng kamu itu, pacar kamu ya Del?" tanyaku pelan setelah tangis Adel mulai mereda.

"Emangnya kenapa Ram?" jawab Adel menatapku lewat sudut matanya, masih dalam posisi berpelukan.

"Hmmmm, aku cuma penasaran aja Del." ucapku pelan

"Yakin nih cuma penasaran aja?" tanyanya memastikan

"Iya....." ucapku ragu

"Sebenarnya, sekarang kamu lagi meluk pacar orang Ram." ucap Adel datar

"Haaa???" ucapku spontan dengan mulut menganga.

"Sorry Del..." ucapku cepat sambil melepaskan pelukanku

"......" Adel tak meresponku, dia hanya diam menatap mataku dalam-dalam. Sementara aku hanya bisa menggaruk kepalaku dalam situasi canggung ini. Sebab aku tak menyangka dia akan mengaku secara blak-blakan seperti itu.

"Seandainya aku selingkuh sama kamu, kamu mau gak Ram?" tanya Adel tiba-tiba

"Haa??? Kamu gila Del?" ucapku terkejut

"Kamu lagi bercanda kan Del?" tanyaku memastikan

"Bercanda? Buat apa Ram?" jawab Adel dengan raut wajah datar.

"Gimana Ram? atau aku mutusin dia aja ya, biar bisa sama kamu sekarang." tambahnya

"Jadi tujuan kamu pacaran sama dia emangnya buat apa Del? Cuma sebagai pelampiasan aja gitu?" ucapku dengan nada suara yang mulai tinggi.

"Iya, emangnya kenapa Ram? Intinya kan kita bisa bareng lagi sekarang, ngapain mikirin dia?" balas Adel dengan enteng.

"Sorry Del, kamu tetap sama dia aja. Aku ga nyangka kamu tega mainin perasaan orang lain kayak gitu." ucapku marah, lalu bergegas melangkah pergi meninggalkannya.

Baru saja beberapa langkah kupijak, Adellia langsung menggenggam tanganku dengan erat, lalu dia mendekat dan berbisik ditelingaku.

"Cie, ada yang ngambek." bisiknya pelan

Aku langsung terdiam ditempat, lalu menoleh dan memandang wajahnya. Sial, kenapa aku bisa tertipu lagi, ucapku dalam hati. Sedangkan Adellia mulai tertawa terbahak-bahak melihat responku yang berlebihan tadi. Dia tak bisa berhenti tertawa sambil memegangi perutnya saat melihat ekspresi wajahku.

"Aku cuma bercanda doang kok Ram, dia bukan pacarku kok." ucapnya sambil mengusap matanya yang berair.

"Hahahaha, kamu lucu banget deh Ram." ucapnya

"Tapi kamu seriuskan Del? kalau cowok itu bukan pacar kamu?" tanyaku memastikan

"Serius gak ya, kayaknya ada yang cemburu nih hahaha." ejek Adel

"Ah males deh, dibecandain mulu dari tadi." ucapku lalu pura-pura pergi meninggalkannya

Tiba-tiba Adel bergerak memelukku erat dari belakang, lalu dia berbicara pelan.

"Ram maaf ya, mungkin selama ini aku yang terlalu egois."

"Selama ini, kamu yang selalu ngebantuin aku terus. Bahkan dalam situasi terburuk, kamu selalu ada disamping aku." ucap Adel lembut

"Jadi tolong banget, jangan menjauh lagi Ram."

Ucapan Adel menyadarkanku bahwa dia juga wanita yang memiliki sisi rapuh, terlepas dari sikapnya yang tampak kuat diluar.

"Kamu ga perlu minta maaf kok Del, karena kamu gak salah. Seharusnya aku yang minta maaf, karena berasumsi sendiri tanpa dengar penjelasan dari kamu." balasku

Lalu aku melanjutkan perkataanku, "Justru aku sebenarnya pengen berterimakasih ke kamu Del. Karena sejak ketemu sama kamu, aku jadi mulai bisa membuka diri sama hal yang baru."

"Iya Ram..." balas Adel

"......." Kami hening dalam beberapa saat, meresapi semua perkataan yang telah saling kami ucapkan. Mengeluarkan semua kata-kata yang sudah lama kami pendam didalam hati.

"Omong-omong, sebenarnya cowok itu siapa Del?" tanyaku memulai pembicaraan.

"Hmmmm, bisa dibilang dia seniorku Ram." jawab Adel, dengan ekspresi wajah yang sedikit ragu.

"Senior SMA atau gimana Del?" tanyaku bingung.

"Senior dari perguruanku di Surabaya Ram." jawabnya pelan

"Perguruan? Aku baru tau kalo kamu punya perguruan Del, emangnya sejak kapan kamu masuknya Del?" tanyaku dengan heran

"Hmmm, panjang banget kalo dijelasin Ram, dan kayaknya lebih baik kalau kamu gak tau tentang mereka Ram." jawabnya dengan serius, tampaknya dia ingin merahasiakan tentang perguruannya.

"Yaudah Del, aku ikut apa yang kamu bilang aja deh." balasku, sebab aku tau bahwa dia tak nyaman membahas hal itu.

"Omong-omong, ini kamu mau sampai kapan pelukannya Del?" tanyaku dengan canggung.

"Gatau ah, sampai kamu cape terus nyerah duluan, baru aku lepasin hehehe." ucapnya sambil tertawa kecil

"Kayaknya sih sampai besok juga aku ga bakal capek kalo posisinya begini." balasku tak mau kalah.

"Ihhhhh, itu mah namanya kamu ketagihan." ucapnya sambil manyun

"Hahaha, siapa suruh kamu peluk-peluk aku dari belakang." ucapku sambil tertawa

"Kamu yang duluan peluk-peluk aku yaa!!!" ucapnya geram

"Makanya jangan ngomel terus, kalo kamu ngomel bakal aku peluk lagi hehehe." balasku

"Coba aja kalo berani, bakal aku cubit tuh pipi kamu sampe melar hahaha." ancam Adel

"Ngebalasnya pake main kasar mulu, mirip mak lampir deh lama-lama." ejekku

"Hmmmmm, berani ya sekarang ngejek-ngejek aku. Padahal biasanya kamu malu-malu kucing tuh." balasnya

Sebelum aku membalas perkataan Adel, tiba-tiba muncul suara seseorang yang terdengar tak asing bagiku.

"Kayaknya ada yang lagi asik nih, sorry ya kalo ganggu."

Aku menoleh, lalu menyadari bahwa Riska ternyata sedang menatap kami berdua sambil tersenyum. Kami berdua secara refleks langsung melepas pelukan, lalu mengambil jarak masing-masing. Aku tak mengerti, kenapa dari dulu, ada saja orang yang memergoki kami saat sedang berada pada momen-momen seperti ini.

"Eh, dari kapan kak ada disana?." tanyaku dengan canggung sambil menggaruk kepala.

"Dari kapan yaaa.... hehehe" jawabnya tersenyum sambil menatapku dengan jahil.

"Kayaknya kelasnya sebentar lagi masuk nih, aku pergi duluan ya kak." ucapku untuk mengalihkan pembicaraan.

"Yaudah kita bareng aja, kelas kita satu lantai kok." ucapnya sambil tersenyum

Mau tak mau, aku pun harus mengikutinya karena tak bisa mengelak lagi. Di perjalanan, kami bertigapun berjalanan dengan suasana yang canggung, sebab kami hanya diam tanpa ada mengucapkan sepatah katapun. Di sisi lain, Riska hanya tersenyum penuh makna saat melirik kami berdua. Aku hanya berharap, semoga saja Riska tidak membocorkannya ke Steven, karena pasti dia akan heboh dan tak henti-hentinya mengejekku jika tau tentang kejadian tadi.

Selagi kami berada diperjalanan menuju kelas, tampak seorang wanita mengenakan pakaian serba hitam sedang berjalan menuju arah kami. Saat dia semakin mendekat, aku akhirnya mengenali wajahnya. Ternyata wanita yang kulihat itu adalah Melissa.

Aku tak habis pikir, kenapa dia harus datang di saat yang tidak tepat. Yang ada dia hanya makin menambah . Sebenarnya aku ingin berlari menghindarinya, tapi dia sudah melihatku terlebih dahulu. Jadi aku tak mungkin lagi, untuk bisa kabur darinya.

"Hai Ram, kamu mau kemana nih?" ucapnya tersenyum sambil melirik Adellia dan Riska.

"Mau masuk kelas Mel, kamu ada keperluan apa datang kesini?" tanyaku bingung dan canggung, sebab di sisi lain Adellia dan Riska sedang memandangiku dengan tatapan penuh curiga. Aku juga heran mengapa dia memakai panggilan aku dan kamu, bukannya kemarin kami berbicara santai memakai lo dan gw, pikirku.

"Cuma mau ketemu kamu doang kok Ram, aku tungguin kamu sampe kelar kelas ya." ucapnya sambil mengedipkan mata.

Aku merasa Melissa sedang jahil dan berusaha membuat Adel dan Riska penasaran akan hubungan kami berdua. Tampak dari gaya bicara Melissa yang berusaha seakrab mungkin saat berbicara denganku.

"Ehhh, gausah Mel nanti kamu kelamaan nunggunya." balasku mengelak

"Gapapa Ram, demi kamu aku rela kok nunggu berjam-jam." ucapnya dengan ekspresi jahil, yang tak memberiku ruang untuk mengelak.

Saat aku menoleh ke sebelah, tampak Adel dan Riska yang sedang memelototiku dengan tajam. Rasanya seperti mereka ingin memakanku hidup-hidup saat itu. Aku jadi ingin cepat-cepat melarikan diri saja dari situasi seperti ini.

"Hai, kenalin aku Adel."

"Halo, aku Riska."

Mereka berdua tiba-tiba serentak menjulurkan tangan dan ingin berkenalan dengan Melissa. Aku sudah mencium bau-bau peperangan akan segera terjadi disini. Makin lama suasananya terasa semakin tegang dan mendebarkan bagiku. Sebab aku tak tahu, apa yang akan terjadi kedepannya.

"Salam kenal, namaku Melissa." ucapnya sambil membalas salam dari tangan Adel dan Riska.

"Kalian kenal sejak kapan ya?" tanya Adellia datar tanpa ekspresi.

"Baru kemarin malam kok, ketemu di pesta." jawab Melissa enteng

"Kok keliatannya kamu udah deket banget ya sama Rama?" tanya Riska

"Iya dong, soalnya Rama bantuin aku kemarin." jawab Melissa dengan bangga

"Wihh, bantuin apa tuh?" balas Adellia sambil melirikku dengan tajam

"Kemarin Rama jadi pacar aku." jawab Melissa

"......." aku, Adel dan Riska hening seketika mendengar jawaban dari Melissa. Belum sempat aku mengklarifikasi ucapannya, tiba-tiba Adel langsung memotong.

"Bantuin jadi pacar? Berarti cuma pacar bohongan ya?" tanya Adel dengan senyum sinis.

"Hmmmmm, untungnya gak jadi pacar beneran ya." timpal Riska sambil tersenyum dan melirikku dengan sinis.

Tetapi Melissa tak berhenti disitu saja, dia masih berusaha membuat suasana semakin memanas, "Mungkin dalam waktu dekat kita berdua bakal jadi pacar beneran, iya gak Ram? hahaha." ucap Melissa sambil tertawa

"Hahahaha...." mereka bertiga pun tertawa saat memandang satu sama lain. Tawa mereka benar-benar penuh dengan kepalsuan, sebab mulut mereka tampak tertawa tetapi mata mereka tak bisa berbohong. Kalau sebenarnya mereka tidak suka dengan satu sama lainnya. Dari kejadian ini aku pun menyadari, bahwa wanita memiliki sisi menakutkan seperti itu.

Dari jauh mungkin orang-orang melihat kami seperti sahabat dekat yang sedang bercanda tawa bersama. Tapi jika berada di posisiku, ini seperti sidang pengkhakiman diriku.

"Sorry Mel, kayaknya kita harus ke kelas dulu soalnya udah waktunya masuk." ucapku dengan cepat.

"Oke Ram, aku tungguin ya. Habis kelas jangan langsung kabur yaa hahaha." ucap Melissa sambil melambaikan tangannya.

Aku tak menghiraukannya dan langsung bergegas berjalan menuju kelas. Aku tak mau berlama-lama karena saat ini aku masih merasakan tatapan tajam dari Adellia dan Riska. Mereka hanya mengikutiku dari belakang tanpa berbicara sama sekali. Setelah sampai didepan kelas, aku akhirnya bisa merasa lebih lega. Setidaknya suasana kelas yang lebih ramai bisa mengurangi rasa yang mengintimidasi dari mereka.

"Ram, nanti habis kelas kita bareng juga ya." ucap Riska tersenyum lalu langsung pergi tanpa sempat membiarkanku membalas ucapannya.

Tiba-tiba Adellia mendekatiku lalu berbisik pelan ditelingaku, "Hebat ya, ditinggal sebentar udah bisa jadi playboy kamu." bisiknya sambil memelototiku

Melihat tidak ada orang lain yang memerhatikan kami, akupun mulai berani membalas ucapannya, "Siapa suruh kamu ninggalin aku. Nanti aku diembat cewek lain duluan, baru deh kamu nyesel hehehe." ejekku sambil tertawa kecil

"Nih biar diembat cewek lain NIHHHH..." ucapnya lalu mencubit perutku dengan cara memutar perlahan.

"Arrgghhhhhhhhhhh......" jeritku kesakitan.

Jeritanku pun berhasil berhasil menarik seluruh pandangan mahasiswa yang ada dikelas. Aku pun refleks menunduk, menyembunyikan wajahku yang memerah karena malu.

Sedangkan Adellia tampak menutup mulutnya, layaknya sedang menahan tawa. Lalu dia pun berbisik pelan, "Rasain tuh, dasar playboy."

Bersambung…

Nächstes Kapitel