"Kenapa Lo nggak senang dengar Amel ngomong sama Danang? Kenapa?" tanya Arman kepada dirinya sendiri.
"Lo nggak ada hubungan apa-apa sama dia," lanjut Arman memaki bayangannya di cermin.
Saking emosionalnya Arman tanpa sadar seorang OB mendengar ucapannya karena ob tersebut sedang membersihkan wilayah toilet. namun Arman tidak mengetahui ada orang lain di belakangnya.
"Mas..!" panggil ob tersebut.
"Astaghfirullah," ucap Arman karena kaget dengan suara tiba-tiba yang muncul dari ob yang berdiri di belakangnya.
"Mas bisa biasa aja nggak manggilnya?" protes Arman.
"Lah masnya dari tadi ngomong sendiri, kan saya takut kalau masnya kesurupan," sahut pria berseragam dan sedang memegang sapu di tangannya.
"Lah, masnya sudah dari kapan disini?" tanya Arman.
"Sejak mas ngomel-ngomel sendiri," jawabnya dengan datar.
"Lah kok!" Arman yang kikuk bingung ingin berkata apa lagi. Dia memilih pergi dari toilet itu.
Selama berjalan menuju standnya dia melihat dari kejauhan Amel dan Danang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Arman sedikit lega karena dia tidak melihat dan mendengar Amel berbicara dengan Danang lagi untuk saat ini.
"Man Lo sudah kembali?" tanya Danang.
"I--iya," jawab Arman dengan gugup.
"Lo nggak apa-apa kan?" tanya Danang dengan khawatir karena mendengar Arman menjawab dengan terbata-bata.
"Nggak! Gue nggak apa-apa kok," jawab Arman dengan cepat dan mengalihkan pandangannya dari mereka berdua.
"Eh iya Man, tadi ada yang beli tapi nggak ada kembaliannya. jadi gue pinjam Amel. Lo balikin deh."
Mendengar itu, Arman tangannya kembali bergetar tidak karuan. Dia mengambil uang dari tasnya dan menyodorkan kepada Danang.
"Berapa?" tanya Arman.
"Dua puluh ribu," jawab Danang.
Karena terlalu gugup Arman menyerahkan semua uang yang dia pegang kepada Danang.
"Ini aja udah cukup man," ucap Danang seraya mengambil satu lembar sepuluh ribuan dan dua lembar lima ribuan dan memberikannya kepada Amel.
Pelanggan mulai ramai, Arman dan Danang mulai sibuk dengan tugas masing-masing, begitu pula Amel. Arman terlihat mempesona di balik celemek yang dia kenakan. beberapa kali Amel melirik ke arah Arman. beberapa kali juga Arman mengelap dahinya yang basah karena keringat. ingin sekali Amel membantunya, namun dia sadar bahwa Arman tidak tertarik dengan dirinya. segera dia menarik diri dan kembali fokus dengan pekerjaannya.
***
Hari di lalui dengan begitu cepat tanpa terasa hari mulai gelap. Arman dan Danang bergantian melaksanakan sholat magrib. Dan saat giliran Arman tanpa sengaja dia berpapasan dengan Amel yang baru saja selesai sholat dan keluar dari masjid.
"Mas Arman juga mau sholat?" tanya Amel berharap dia bisa sedikit akrab dengan Arman.
"Iya! Inikan masjid. jadi untuk sholat," jawab ketus Arman. Amel seketika merasa sedih karena Arman terlihat benar-benar tidak menyukainya. padahal Arman melakukan itu karena dia gugup jika berhadapan dengan Amel di lain sisi dia tidak ingin melibatkan Amel lagi dalam masalahnya dengan bunga. Walaupun sudah beberapa hari bunga tidak mengejarnya lagi.
Arman meninggalkan Amel begitu saja. Amel yang merasa sedih berjalan lemas menuruni anak tangga. Beberapa jika dia melihat cermin dia ingin bercermin dan melihat apa yang salah dengan dirinya.
"Dia tidak salah, aku yang salah karena terlalu berharap!" batin Amel.
"Mantannya saja cantik, di banding sama aku ya jelas beda jauh," gumam lirih Amel.
"Sudahlah!" Amel menghela napas panjang dan segera berjalan menuju standnya. dan bersikap seakan tidak ada apa-apa.
"Sudah selesai?" tanya Danang kepada Amel yang baru sampai di depan standnya.
"Oh, sudah kok," jawab Amel dengan senyum yang merekah di bibirnya.
Angga tiba-tiba datang saat Danang sedang melayani pembeli. Dia datang dengan pakaian yang rapi sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya sehingga membuat Amel sedikit pangling. namun biasa untuk Danang dan Arman yang sudah melihat keseharian Angga.
"Arman mana?" tanya Angga.
"Sholat," jawab Danang singkat dan masih sibuk membolak-balikan kebabnya.
"Hai Amel!" sapa Angga pada Amel.
"Hai mas Angga," sahut Amel.
"Kalau begini kelihatan berbeda ya," ledek Amel.
"Tambang ganteng nggak?" tanya Angga dengan rasa percaya diri.
"Ganteng kok mas," puji Amel.
Arman yang tak sengaja mendengar itu Tiba-tiba merasa kesal. namun dia tidak menunjukkannya.
"Angga!" panggil Arman.
"Heh, Lo udah selesai sholat?" tanya Angga.
"Sudah," jawab Arman.
"Eh. Barang yang mau di pindahin aku bawa dulu ya sebagian." ucap Angga.
"Lo nggak apa-apa bolak-balik?" tanya Arman.
"Nggaklah," sahut Angga.
Angga segera membawa beberapa barang yang akan di pindahkan ke ruko baru. semua pelanggan sudah mendapatkan edaran di bungkus kebab dan Burger yang mereka beli. yang memberitahukan bahwa KnB PATI akan pindah ke ruko dengan jl. Keramat no.1
Karena bahan mereka sudah habis, Arman mulai membersihkan alat-alat mereka. Karena sebagian sudah di bawa oleh Angga. Arman tidak terlalu banyak membersihkan standnya.
Saat Arman dan Danang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Amel di datangi dua perempuan yang mengaku pemilik produk yang di jaga oleh Amel. Danang yang melihat merasa tidak asing dengan salah satu dari mereka.
"Man, gue kok nggak asing ya sama mereka!" bisik Danang kepada Arman seraya melirik kearah kedua perempuan itu.
"Bosnya mungkin, kayaknya dulu pernah ketemu kita juga deh," sahut Arman dengan lirih.
"Bukan! kayaknya aku pernah lihat di tempat lain. tapi dimana ya?" Danang mencoba mengingat-ingat. Akhirnya Danang menyerah dan mengabaikan kedua perempuan yang menghampiri Amel itu.
Beberapa saat kemudian, Angga datang tepat saat semua urusan stand sudah selesai. Dia membantu beberapa barang ke mobil. Karena Arman membawa motor Danang dan Angga pergi terlebih dahulu setelah memastikan semua barang telah selesai dia masukkan.
Arman masih kembali ke stand untuk mengambil jaketnya yang ketinggalan. Dia melihat Amel membersihkan semuanya seorang diri. karena merasa kasihan dia menawarkan diri untuk membantu.
"Lo sudah tutup juga?" tanya Arman.
"Su-sudah," jawab Amel gugup karena tidak menyangka Arman bertanya kepadanya terlebih dahulu.
"Perlu bantuan buat beresin?" tanya Arman.
"Ti-tidak! Saya bisa sendiri kok," jawab Amel yang masih gugup dan terbata-bata.
"Sudahlah, biar cepat selesai." Arman segera membantu Amel mengemas peralatannya ke dalam kardus yang telah dia sediakan. Sedangkan Amel mencuci semua peralatan yang kotor. Amel memanfaatkan keadaan langka ini untuk memandang wajah Arman secara jelas dan dekat. namun dia segera tersadar saat tatapan sinis keluar dari matanya. Amel segera melanjutkan pekerjaannya. Dalam sekejap mereka sudah selesai.
"Terima kasih, Mas," ucap Amel.
"Hemm," sahut Arman seraya memakai jaketnya.
"Lo bisa bawa sendiri?" tanya Arman.
"Nanti ada yang ambil kok Mas," jawab Amel.
Dan tak lama kemudian kedua gadis tadi datang lagi dan mengambil barang-barang itu.
"Mel, mobilnya penuh. Lo bisa naik taxi kan?" tanya salah satu gadis itu.
"Oh bisa kok!" sahut Amel.
"Ya sudah gue duluan!" Arman pergi setelah dirasa selesai semua.
"Hati-hati," kata Amel seraya menahan rasa bahagianya. Dan berjalan menuju pintu keluar mall tersebut.