webnovel

Moza dan Janinnya Selamat

Sementara saat ini Lionel terus menunggu Moza, sembari terus berkabar dengan Raymond yang tengah menghadapi para wartawan di depan sana.

"Gimana?" tanya Lionel dalam pesan singkatnya.

"Sebentar," balas pesan Raymond.

"Semoga Raymond bisa buat wartawan itu pergi," ucap doa Lionel dalam hatinya.

Tiba-tiba ponsel Lionel berdering.

"Ting ting ting," dering ponsel Lionel.

"Dion," ucap Lionel agak terkejut mendapati Dion tengah coba menghubungi dirinya.

Dengan cepat Lionel mulai mengangkat panggilan telepon dari temannya itu.

"Hallo," ucap Lionel.

"Lio, ini gimana. Kenapa beritanya malah begini?" tanya Dion kebingungan.

"Aku juga tak tahu ini kenapa malah begini," sahut Lionel juga kebingungan.

"Kau harus bersihkan nama mu, sudah tak benar ini," ucap Dion.

"Mau bersihkan gimana, sementara semua orang tahu Moza itu kekasih ku di tambah tadi aku baru gandong dia keluar dari kantor dengan keadaan dia yang lagi pendarahan," sahut Lionel pasrah, ia tak tahu lagi harus membersihkan namanya dengan cara apa.

"Aku nanti yang akan speak up," ucap Dion.

"Aku nanti coba cari bukti lagi, kau tenang saja," ucap Dion kembali.

"Oke," sahut Lionel.

"Oh iya, Mama ku mau ke rumah mu," ucap Lionel.

"Hah untuk apa?" tanya Dion terkejut dengan yang di katakan Lionel.

"Mama ku mau tanya dengan mu langsung, dia masih belum sepenuhnya percaya dengan ku," jawab Lionel dengan nada berat.

"Okelah, aku balik ke rumah sekarang," sahut Dion.

"Lah memangnya kau ada di mana?" tanya Lionel semabari mulai mengerutkan keningnya.

"Aku ada di cafe habis ketemu sama Rachel," jawab Dion.

Tak lama Dion teringat dengan masalalu Lionel yang dulu pernah dekat dan hampir menjalin hubungan dengan Rachel.

"Kau masih ingat tak dengannya?" tanya Dion dengan nada meledek.

"Iya ingat," jawab Lionel.

"Nanti kalau masalah sudah agak adem, aku pertemukan kalian lagi," ucap Dion.

"Alah," sahut Lionel agak kesal.

Lionel mulai melihat Dokter keluar dari ruang IGD itu, dengan cepat ia mulai beranjak dari duduknya.

"Sudah dulu ya," ucap Lionel, ia mulai menutup teleponnya.

Dengan cepat Lionel mendekati Dokter itu.

"Dok, gimana keadaan Moza?" tanya Lionel dengan raut muka cemas.

"Syukurlah, Ibu Moza selamat," jawab Dokter itu sembari tersenyum manis menatap Lionel.

"Bayinya?" tanya Lionel lirih sembari mulai menaikkan sebelah alisnya.

"Janinnya selamat Pak," jawab Dokter itu kembali.

"Oh syukurlah," ucap Lionel mulai lega.

"Dok, boleh saya jenguk Moza ke dalam?" tanya Lionel.

"Bisa, tapi nanti satu jam lagi Bu Moza mau saya pindah ke ruang rawat inap," jawab Dokter itu sembari tersenyum manis.

"Iya Dok," sahut Lionel.

Kini Lionel mulai masuk ke dalam ruang IGD itu, saat sudah berada di dalam Lionel langsung mendekati Moza yang masih terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit itu.

"Gimana keadaan mu?" tanya Lionel.

"Baik," jawab Moza dengan tatapan mata kosong.

"Kau sudah hubungi orang tua mu?" tanya Lionel.

"Belum," jawab Moza.

"Aku tak mau kasih kabar buruk ini ke orang tua ku," ucap Moza.

"Aku menyesal sekali kenapa bayi ini tak mati saja," ucap Moza dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.

"Hey, jangan biacara begitu," ucap Lionel dengan tegas, agak keras.

"Yang salah itu perbuatan mu bukan bayi yang kau kandung," ucap Lionel kembali, dengan lebih jelas.

Moza mulai mau menatap Lionel.

"Untuk apa aku pertahanan bayi ini kalau kau tak mau menikahi ku," ucap Moza.

Seketika Lionel langsung terkikih.

"Apa aku sudah gila, aku tak pernah berbuat apa-apa dengan mu kenapa harus aku yang menikah mu?" tanya Lionel keheranan dengan jalan pikir Moza.

"Lio, apa kau sudah lupa berapa puluh kali kita dugem bareng?" tanya balik Moza.

"Hey, aku cuma minum kali," sahut Lionel dengan santainya.

Lionel makin mendekatkan mukanya dengan muka Moza.

"Apa?" tanya Lionel.

"Kau mau bilang kalau habis dugem aku dan kau berbuat yang iya iya?" tanya Lionel kembali dengan nada meledek.

"Kau pikir aku bodoh Moza, apa kau tak pernah berfikir kenapa setiap dugem aku selalu bawa Raymond padahal Raymond sama sekali tak suka dengan alkohol. Coba pikir kenapa aku selalu bawa dia," ucap Lionel.

"Sial, aku lupa Lionel itu orangnya ditail sekali," ucap Moza dalam hatinya.

"Stop buat drama, minta tanggung jawab sana sama orang yang sudah melakukan itu sama kamu jangan malah minta tanggung jawab sama orang yang sama sekali tak pernah melakukan apapun," ucap Lionel lebih jelas lagi.

"Aku tak menyangka kau bica berucap seperti itu Lio, padahal kau sendiri masih mencinta ku," ucap Moza sembari mengerutkan keningnya.

Seketika Lionel mulai menjauh dari Moza.

"Jangan halu, sejak kau ngotot kepingin menikah. Sejak saat itu lah aku hilang respect dengan mu bahkan cinta pun sudah hilang," sahut Lionel semabari tersenyum sinis.

"Aku mohon stop temui aku, tolong jauhi aku," ucap Lionel.

Tiba-tiba Raymond masuk ke dalam ruang IGD itu.

"Gimana?" tanya Lionel langsung melirik ke arah Raymond yang baru kelihatan batang hidungnya lagi.

"Aman," jawab Raymond sembarai tersenyum-senyum.

"Pada percaya apa tidak?" tanya Lionel masih menghawatirkan itu.

"Sepertinya mereka percaya, cuma nanti aku dengar-dengar mereka bakal serbu Dion," jawab Raymond.

"Baguslah," ucap Lionel mulai lega.

"Ya sudah kita balik saja ke kantor, masih ada tanggungan buat jelaskan ke semua karyawan kan," ucap Lionel.

"Iya benar, kita harus jelaskan juga ke mereka," sahut Raymond.

Lionel mulai melangkahkan kakinya terlebih dahulu, dan Raymond pun langsung mengikuti Lionel dari belakang.

"Sial," ucap Moza dengan nada kesal.

"Masalahnya aku tak tahu siapa orang yang sudah berbuat seperti itu dengan ku, kalau aku tahu sudah dari kemarin-kemarin aku minta tanggung jawabnya," ucap Moza kembali makin kesal.

"Satu-satunya jalan cuma Lionel, tapi sekarang kita sudah putus gimana caranya aku bujuk dia," ucap Moza terus kebingungan.

Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membunuh janinnya.

"Jatuh tadi saja sakitnya setengah mati, apalagi bunuh ini anak," ucap Moza sembari melirik perutnya.

Sementara itu Lionel dan Raymond mulai masuk ke dalam mobil, setelah itu dengan cepat Raymond melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kembali ke kantor.

"Gimana tadi Moza?" tanya Raymond mulai penasaran.

"Baik-baik saja, janinnya juga masih selamat," jawab Lionel dengan santainya.

"Syukurlah," sahut Raymon mulai lega.

"Satu-satu juga bakal selesai ini masalah, kau tenang saja tak pernah ada orang tak salah itu akan di pandang salah terus. Akan ada saatnya kebenaran itu terungkap dengan sendirinya," ucap Raymond mulai memberi semangat pada Lionel yang sedari tadi terus berfikir keras entah apa yang di pikirkan.

Lionel terdiam.

Nächstes Kapitel