webnovel

Bodyguard Baru Yang Tak di Inginkan

"Kenapa, ada apa dengan kalian berdua?" tanya Mama Farah penasaran.

"Biasa lah Ma," jawab Lionel dengan nada malas sembari terus menatap ke depan.

"Pasti Moza mendesak Lio supaya cepat menikahinya," ucap Mama Farah dalam hatinya.

"Kalian sudah 5 tahun bersama, jadi wajar kalau Moza tanya kejelasan hubungan kalian," ucap Mama Farah mulai menasehati putranya ini.

"Aku sudah bilang padanya, ia aku serius cuma bukan dalam waktu dekat ini juga," sahut Lionel sembari mengerutkan keningnya.

"Sebenarnya apa yang buat kau belum juga mau menikah?" tanya Mama Farah mulai penasaran.

Lionel mulai terdiam, ia coba mencari apa yang menjadikan dirinya belum mau menikah.

"Entah, aku belum siap saja," jawab Lionel dengan tatapan mata kosong.

"Kau ini belum siap, apa belum mendapat yang tepat?" tanya Mama Farah sembari menaikkan sebelah alisnya.

Lionel kembali terdiam, ia coba merenungkan ucapan Mamanya itu.

"Iya ya, sebenarnya aku ini belum siap menikah. Atau aku merasa Moza belum tepat untuk aku jadikan istri," ucap Lionel dalam hatinya, ia mulai bertanya-tanya pada dirinya.

"Ah sudahlah jangan pusing-pusing memikirkan ini, toh aku masih punya seribu cara buat menghindari pertanyaan menakutkan dari Moza itu," ucap Lionel kembali dalam hatinya.

Tak lama kini mereka tiba di rumah, terlihat di depan rumah sudah ada satu motor matic terparkir.

"Alhamdulillah, dia sudah datang terlebih dahulu," ucap Mama Farah sembari tersenyum saat melihat motor Ayumi sudah berada di depan rumahnya, itu berarti Ayumi sudah berada di dalam saat ini.

"Siapa, tukang AC?" tanya Lionel sembari memainkan ponsel miliknya.

"Nanti kau juga tahu sendiri," jawab Mama Farah, kini ia mulia membuka pintu mobil yang ada di sampingnya dan mulai keluar dari sana.

Dengan perlahan Lionel mulai keluar dari mobil Mamanya itu.

"Pak Ucup, nanti langsung ambil mobil saya ya sesuai lokasi yang saya kasih barusan," ucap Lionel kepada supir pribadi Mamanya itu.

"Baik, siap Den," sahut Pak Ucup dengan cepat.

Lionel dan Mama Farah mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, sementara itu Raymond baru tiba dan kini tengah memarkirkan mobilnya.

"Aku langsung ke atas Ma," ucap pamit Lionel sembari terus fokus dengan ponselnya, sampai-sampai tak sedikit pun Lionel melihat ke jalan yang ia pihak saat ini.

"Tunggu dulu, Mama mau kenalkan kau dengan Bodyguard pilihan Mama," sahut Mama Farah dengan cepat menahan tangan putra semata wayangnya itu.

"Bi," panggil Mama Farah.

"Iya Nya," sahut Bi Inah dengan cepat melangkahkan kakinya menuju ke ke hadapan Mama Farah.

"Iya, ada yang bisa Bibi bantu?" tanya Bi Inah, kini ia sudah berada di hadapan Mama Farah.

"Tamu saya sudah datang?" tanya Mama Farah dengan senyuman manisnya.

"Sudah Nya, itu lagi bantu saya di dapur," jawab Bi Inah agak ketakutan, sebab tamu Mama Farah saat ini malah membantunya di dapur.

"Hah di dapur?" tanya Mama Farah terkejut.

"Iya Nya," jawab Bi Inah makin takut.

"Memangnya dia disini sudah lama?" tanya Mama Farah sembari menaikkan sebelah alisnya.

Sementara itu Lionel mulai duduk di sofa panjang yang tak jauh darinya.

"Lumayan Nya," jawab Bi Inah.

"Ya sudah, tolong panggilkan tamu saya itu suruh kesini," ucap perintah Mama Farah.

"Baik Nya," sahut Bi Inah dengan cepat.

Bi Inah mulai melangkahkan kakinya kembali menuju ke dapur, sementara itu Mama Farah mulai duduk di sofa yang ada di hadapan Lionel.

"Sebenarnya aku itu tak perlu pakai gitu-gituan Ma," ucap Lionel sembari mengerutkan keningnya.

Mama Farah mulai menatap putra semata wayangnya itu.

"Diam!" seru Mama Farah dengan tegas.

Tak lama Ayumi mulai menghadap Mama Farah.

"Nah, ini orangnya," ucap Mama Farah mulai beranjak dari duduknya, ia mulai menghampiri Ayumi.

Mendengar ucapan Mamanya, Lionel mulai menoleh ke samping ke arah bodyguard itu. Namun betapa terkejutnya Lionel saat mengetahui bahwa bodyguard nya adalah seorang wanita.

"Ma," panggil Lionel sembari terus mengerutkan keningnya.

"Bodyguard ku seorang wanita?" tanya Lionel makin mengeriyit.

Mama Farah mulai melirik putranya.

"Iya," jawab Mama Farah dengan santainya.

"Ada yang salah?" tanya Mama Farah sembari menaikkan sebelah alisnya.

Lionel langsung beranjak dari duduknya.

"Jelas salah lah Ma, mana bisa seorang wanita menjaga ku?" tanya Lionel mulai meninggikan nada bicaranya.

"Eh jangan salah ya, dia lebih jago bela diri dari pada kau," jawab Mama Farah dengan cepat.

Sementara itu Ayumi hanya terdiam sembari menundukkan kepalanya.

Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya.

"Terserah Mama lah," ucap Lionel dengan nada kesal, kini ia mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.

Mama Farah mulai tak enak hati dengan Ayumi.

"Tante minta maaf ya atas sikap anak Tante barusan," ucap Mama Farah sembari terus merangkul pundak Ayumi.

"Tak apa Tante, wajar juga kalau Pak Lionel bicara begitu," sahut Ayumi sembari tersenyum ke arahnya.

Senyum di kedua sudut bibir Mama Farah makin melebar.

"Baik sekali kamu," ucap Mama Farah.

Sementara itu Lionel yang sudah berada di kamarnya, kini mulai menghubungi Raymond.

"Mana ini orang," gerutu Lionel sembari mendekatkan ponslenya ke telinga kanannya.

"Hallo, ada apa?" tanya Raymond dari seberang sana.

"Hey, kau ada di mana?" tanya balik Lionel dengan nada kesal.

"Di rumah mu, kan aku mengikuti mu dari belakang," jawab Raymond mulai kebingungan.

"Cepat ke kamar ku," ucap perintah Lionel.

Tak lama Lionel langsung menutup teleponnya.

"Dari tadi belum masuk-masuk juga," gerutu Lionel sembari melempar ponselnya ke atas ranjang.

Beberapa menit kemudian Raymond mulai masuk ke dalam kamar Lionel.

"Ada apa Lio?" tanya Raymond sembari mengerutkan keningnya menatap Lionel yang kini berdiri sembari memandangi jendela kaca besarnya yang langsung menghadap ke pemandangan jalanan kota.

Lionel mulai menoleh ke belakang.

"Kau sudah lihat bodyguard yang di pilih Mama ku?" tanya Lionel sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, sudah," jawab Raymond terus kebingungan.

"Menurut mu, apa masuk akal seorang wanita menjaga seorang lelaki seperti ku?" tanya Lionel dengan nada kesal.

Raymond terdiam sejenak.

"Kau belum yakin kalau wanita itu bisa menjaga mu?" tanya Raymond sembari mulai menaikkan sebelah alisnya.

"Ya tak yakin lah, yang ada dia malah menyusahkan ku nantinya," jawab Lionel sembari mengerutkan keningnya.

"Lebih jelasnya, lebih baik kau tes dia. Kita tak bisa melihat dari gender, kita harus lihat kemampuan nya," ucap Raymond mulai memberi saran kepada sahabatnya ini.

Lionel kembali menatap Raymond.

"Ada benarnya juga," ucap Lionel dalam hatinya.

"Kalau kau mau, aku bisa tes dia sekarang," ucap Raymond sembari terus menatap Lionel.

Nächstes Kapitel