Tepat setelah Tristan menyerahkan diri, dia sepenuhnya berada di bawah kekuasaan si goblin gila.
Apa pun yang dilakukan sang goblin padanya, hal pertama yang dia lihat ketika dia terbangun adalah delapan orang berdiri di hadapannya, bersenjata lengkap, yang menunjukkan agresi terhadapnya. Mereka semua mengenakan semacam setelan logam.
Tristan merasa seluruh tubuhnya berbeda dari yang dia ingat. Dia bisa merasakan semua jari tangan dan kakinya, tetapi dia tahu pasti ada yang berbeda dari yang bagian tubuhnya sebelumnya. Namun bagian terburuknya, sepertinya dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya sama sekali.
Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul di benak Tristan
[Bunuh lawan di depanmu]
[Delapan target terlihat]
"Apa...! Bunuh? Bunuh siapa? Makhluk-makhluk itu? Apa-apaan!"
Tristan tak berdaya menyaksikan tangannya bergerak ke arah pedang besar itu dan meraihnya. Dia bisa merasakan jari-jarinya perlahan mencengkeram gagang pedang. Namun, dia masih belum bisa mengendalikan tubuhnya.
"Goblin sialan itu! Apa yang kau lakukan padaku!"
[Anda menggunakan Claymore]
Begitu Tristan mendengar itu, panel biru berisi kata-kata muncul di depan matanya.
[Claymore - Meteurite - Tier 4 Weapon]
[Panjang 2,2 meter, berat 42 kilogram]
"Apa-apaan ini!! 42 kilogram? Kenapa rasanya begitu ringan?"
Seolah memahami pertanyaannya, sistem itu memberinya jawaban.
[Menganalisis tubuh Host...]
[Kekuatan Pertempuran 100]:
[Kekuatan 145]
[Kecepatan 80]
[Pertahanan 75]
Melihat statistik seperti dalam game, Tristan merasa seperti berada dalam semacam simulasi game, bukan kenyataan. Ini membuatnya ingin percaya semua ini hanyalah mimpi. Jika begitu, mungkin dia tertidur di pesawat terbang ke Los Angeles.
[Kekuatan pertempuran adalah angka yang diperoleh dari rata-rata data kekuatan fisik Anda, dari kekuatan otot dan fleksibilitas otot, hingga kepadatan dan ketangguhan tulang dan kulit]
"Ya! Ini informasi yang bagus, tapi bisakah aku mengendalikan tubuhku sekarang?!"
Sementara Tristan meratapi semua ini, sesuatu tiba-tiba menusuk bahunya dan darah berceceran. Percikan darah yang tiba-tiba mengejutkannya membuat Tristan tersadar dari lamunannya.
"Arghh!! Apa aku baru saja tertembak?! ...Eh? Tapi ini tidak terlalu sakit."
Dia kemudian menyadari hujan peluru hanya tinggal berjarak satu meter darinya. Melihat itu, Tristan ingin bersembunyi, tetapi tubuhnya bergerak melawan keinginannya dengan menghindari peluru dengan sempurna.
"??!! Aku sangat cepat!"
Tristan kaget saat melihat tubuhnya melompat ke samping dalam sekejap, dengan mudah menghindari hujan peluru. Tidak hanya kecepatannya yang cepat, dia juga bisa dengan jelas melihat peluru yang seharusnya melesat cepat di udara bergerak perlahan dalam pandangannya.
Kali ini, Tristan mengayunkan pedang raksasa ke arah peluru yang mendekat. Ayunan itu berhasil memblokir peluru tanpa ada satu peluru pun yang terlewat. Melihat itu, Tristan menyeringai saat tubuhnya terus menghindar dan menangkis setiap peluru yang ditembakkan para bajingan logam itu padanya.
Meskipun dia benci kenyataan bahwa ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, dia entah mengapa terpesona oleh kekuatannya sendiri. Semuanya terjadi seperti itu, sampai Tristan melihat proyektil lain mendekatinya.
"Pelurunya bergerak lebih lambat? ...! Apakah mataku salah lihat? Apakah itu rudal pelacak?!"
Tubuhnya berusaha menghindari rudal, bergerak lincah dan menggeser posisinya ke kiri dan ke kanan. Sayangnya, hal berikutnya yang dia tahu, ledakan keras terjadi diikuti oleh pemandangan tanah dan langit terbalik. Sebelum Tristan menyadarinya, dia sudah jatuh ke tanah dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Argghh… ini sangat menyakitkan. Sepertinya aku belum mati.."
Anehnya, dia disambut oleh gelombang notifikasi lainnya
[PERINGATAN! PERINGATAN! Kerusakan terdeteksi]
"Tunggu, apa? Apa yang terjadi?"
[Sistem Dipadamkan]
Beberapa saat kemudian, tanpa disangka itu semua justru berarti dia malah bisa mengendalikan tubuhnya lagi. Rudal itu mungkin merusak apa pun itu yang mengendalikan tubuhnya.
"Akhirnya!"
Tristan baru bisa membangkitkan tubuhnya sendiri ketika sebuah tombak tiba-tiba menusuk tubuhnya.
"Arrgghh!!"
Dan seolah-olah bertindak sebagai mekanisme pertahanan otomatis, dia menggenggam pedang raksasa itu dan mengayunkannya ke bawah, dengan mudah membelah sosok berbaju besi itu seperti mengiris semangka.
Slashh!! "Sial maaf! Ini tidak sengaja, sungguh aku tidak bermaksud begitu—!"
Melihat sosok terbelah di dalam armor, Tristan menyadari lawan yang dia hadapi adalah manusia sepertinya dan darahnya berceceran ke arahnya. Anehnya, Tristan tidak merasakan apa-apa. Tidak ada penyesalan atau shock. Kosong.
Kemenangan pertamanya belum dirayakan, melihat lawan di baju besi logam lainnya berlari ke arahnya dan palu besar dengan muatan listrik menghantam tepat ke arahnya.
BAMMM!!!
Tristan merasakan sengatan listrik mengalir di sekujur tubuhnya. Dia kemudian jatuh diam di tanah.
Dia ingin berteriak dan menjelaskan situasinya. Tapi jelas tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutnya.
BAMMM!! BAAM!!
Palu itu dengan cepat menghantamnya secara bersamaan, dan berkat semua rasa sakit yang bertumpuk, dia mulai kehilangan kesadarannya lagi.
Terbaring di sana dengan setetes kehidupan yang tersisa, Tristan kembali memikirkan beberapa hari yang gila ini. Sampai wajah Leyla muncul di benaknya… "Ini tidak mungkin hanya mimpi.. Leyla.. apa yang terjadi padanya.. aku tidak bisa hanya berbaring di sini.. aku harus bangun.. bangun!" teriak Tristan panik dalam benaknya sambil memerintahkan tubuhnya yang babak belur untuk bergerak.
Tiba-tiba, sesuatu yang tidak dapat dijelaskan tiba-tiba terjadi. Sepertinya dia tiba-tiba pindah ke suatu tempat yang jauh. Genangan darah membentang ke cakrawala seperti danau. Langit berwarna merah tua dengan tujuh sinar matahari yang bersinar terang ke arah danau.
Tiba-tiba danau darah di depannya beriak dan sosok yang terbuat dari darah perlahan muncul.
Sosok itu berbicara dalam pikirannya.
"Manusia.. Aku bisa merasakan tekadmu.. Kau mungkin layak mendapatkan warisanku.. Mari kita lihat nanti.."
"Siapa ... apa kau sebenarnya?!"
Sayangnya, sosok darah itu mengabaikannya dan perlahan berbaring dan menenggelamkan diri kembali ke danau merah.
Tristan tiba-tiba terbangun, masih terbaring di tanah di antara ratusan mayat tak bernyawa. Dia bingung, sampai dia merasakan sesuatu dalam dirinya tiba-tiba terbangun. Sistem yang sama tampaknya bereaksi terhadap fenomena itu lagi.
[Skill Bawaan Blood Elf diaktifkan]
[Blood Extraction]
Jangan bingung ya, ini dari sudut pandang Tristan ketika dia baru bangun jadi mengulang sedikit. Nah mulai nih saatnya Tubuh Blood Elfnya unjuk gigi..Boleh ya komentarnya terimaksih