webnovel

UNTUK SEVIA

Gadis mengantarkan Sevia pulang sore hari bersama Xabiru. Karena Xabiru sendiri merasa penasaran dengan kondisi rumah keluarga Faizal.

"Maaf ya, kalau kondisinya berantakan seperti ini, Nak Biru," kata Sarina. Xabiru tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, Tante."

"Aku duduklah. Terima kasih sudah mengantarkan Sevia pulang," kata Faizal.

"Saya sengaja ingin ikut karena saya ingin menawari om pekerjaan di kantor saya. Kata Gadis dulu Om adalah orang kepercayaan ayah mertua saya untuk mengelola keuangannya. Jadi, saya ingin memberikan posisi sebagai kepala accounting. Kebetulan kepala accounting yang lama mengundurkan diri karena akan menikah dan pindah ke kota lain."

Faizal dan Sarina saling pandang.

"Tapi, saya sudah lama tidak bekerja di kantoran," kata Faizal.

"Jika sebelumnya sudah pernah bekerja, hanya tinggal penyesuaian saja. Maaf, apakah ini rumah sewa?" tanya Xabiru.

"Iya, Nak. Rumah ini kami sewa pertahun."

"Jika Om dan Tante berkenan, saya memiliki sebuah apartemen yang memang tidak saya tempati. Kalian bisa pindah ke sana . Anggap saja sebagai fasilitas kantor yang saya berikan. Selain itu, saya akan bantu untuk biaya pengobatan Sevia."

"Nak Biru serius?" tanya Faizal tidak percaya.

"Tentu saja , Om. Apa saya keliatan sedang main-main?" tanya Xabiru.

Faizal dan Sarina kembali saling berpandangan, lalu menoleh pada Gadis.

"Tolong terima saja tawaran Mas Biru, Om, Tante. Supaya Tante juga bisa lebih fokus pada Sevia."

"Tapi, apakah tidak membuat Nak Biru repot?"

"Apanya yang repot? Saya tidak memberi uang secara cuma-cuma kok. Om kan bekerja untuk saya. Jika Om dan Tante bersedia, besok Pak Slamet akan menjemput kalian untuk pindah ke apartemen. Baru setelah semua rapi, lusa Om bisa bekerja di kantor saya. Tidak perlu membawa barang-barang. Di sana sudah sangat lengkap, kok."

Gadis mendekati Sarina dan menepuk punggung tanggannya perlahan. "Terimalah, Tante. Demi Sevia," ujar Gadis. Sarina menghela napas panjang dan akhirnya ia pun menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, kami mau."

"Syukurlah kalau begitu, besok Pak Slamet akan menjemput Om dan Tante besok pagi setelah mengantarkan saya ke kantor," kata Xabiru.

**

Pagi harinya, Slamet dan Gadis menjemput Sevia dan kedua orangtuanya. Tidak banyak yang mereka bawa. Hanya koper berisi pakaian dan juga surat penting.

"Kita mau ke mana?" tanya Sevia yang kebingungan.

"Kita akan pindah, kau akan tinggal di apartemen yang nyaman. Ada kasur yang empuk seperti di rumahku," kata Gadis sambil menggandeng tangan Sevia dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Apa kita tidak akan kembali ke sini?" tanya Sevia lagi.

"Tidak, Nak," jawab Sarina.

"Di sana tidak ada nyonya besar yang akan mengusir kita seperti dulu,kan?" tanya Sevia dengan wajah yang tampak sedikit cemas.

"Tidak tentu saja," jawab Faizal.

Gadis mengerutkan dahinya dan menghela napas panjang. "Siapa nyonya besar yang dimaksud oleh Sevia, Om, Tante?" tanya Gadis. Merasa kelepasan bicara, Sarina dan Faizal hanya menundukkan kepalanya.

"Biar saja, itu hanya cerita lalu saja, nak Gadis. Tidak perlu dipikirkan,"kata Sarina.

"Apa ayahku yang sudah menghamili Sevia?" tanya Gadis. Sarina dan Faizal terkejut mendengar perkataan Gadis, bagaimana mungkin dia dapat menyimpulkan hal itu.

"Tidak, jangan sembarangan bicara, Nak. Bagaimana mungkin Nak Gadis bisa berpikiran seperti itu? Ayah Nak Gadis orang yang baik, meskipun memang dia adalah orang yang sangat keras. Tapi, dia tidak sejahat itu sampai harus menodai seorang gadis. Dulu, sebelum menikah dengan Ibumu dan Ibunya Dara, ayahmu pernah menikah dan kemudian bercerai. Istrinya tidak memiliki keturunan. Jadi, pada akhirnya mereka berpisah, lalu ayahmu menikah dengan ibumu, dan juga dengan ibunya Dara. Ayahmu tidak lebih baik menikah dari pada melakukan hubungan terlarang. Jadi, Om mohon jangan berpikir yang macam-macam tentang ayahmu."

Gadis menghela napas, ia baru saja hendak menjawab, namun mobil yang dikendarai oleh Slamet sudah sampai di basement. Mereka pun segera turun dan menuju ke lift. Apartement milik Xabiru berada di lantai 6. Sevia terkagum-kagum saat melihat apartemen yang akan ia tempati.

"Bagus sekali, seperti rumah nyonya besar," kata Sevia sambil berjalan ke sana kemari melihat semua ruangan yang ada di apartemen itu.

"Kau suka?" tanya Gadis.

"Aku suka sekali, dia harus kemari dan melihat ini semua. Kelak, nyonya besar tidak akan pernah menghina ayahku lagi. Dan dia pasti akan mengizinkan aku untuk menjadi menantunya."

"Siapa yang kau bilang nyonya besar itu, Sevia? Katakan kepadaku, biar aku yang akan membelamu. Aku akan memarahi orang itu karena telah menyakiti hatimu," kata Gadis.

Sevia tiba-tiba meraung dan menangis dengan keras. "Jangan nyonya, aku tidak salah. Kami hanya saling mencintai!" jerit Sevia sambil memegang kepalanya. Kemudian Sevia mulai membenturkan kepalanya ke dinding. Faizal dibantu Slamet langsung memegangi Sevia dan Sarina dengan cepat mengambil tali untuk mengikat tangan Sevia. Namun, Gadis menahan gerakan Sarina dan mendekati Sevia. Kemudian memeluknya dan membelai rambutnya perlahan.

"Stts, kau aman sekarang ini. Ada aku yang akan menjagamu. Sekarang kau tenanglah, ya."

Sevia mulai tenang di dalam pelukan Gadis. Dan perlahan Gadispun membimbing Sevia untuk berdiri dan membawa gadis itu ke kamarnya.

"Sudah, kau jangan menangis dan bersedih. Kau lihat kamar ini, bagus kan? Kau pasti akan merasa betah tinggal di sini. Lihat itu ada televisi, kau bisa menonton sambil beristirahat."

Sevia seperti sudah lupa bahwa ia baru saja menangis. Alih-alih menangis dan menjerit, ia tertawa sambil menari dan melompat gembira melihat kamarnya.

"Kita di mana?" tanyanya.

"Ini di rumahmu. Kau akan tinggal di sini mulai sekarang. Cobalah kau berbaring di ranjang ini," kata Gadis. Sevia menurut, ia pun membaringkan tubuh di atas ranjangnya.

"Wah, empuk sekali. Aku senang tinggal di sini."

"Sevia, apa kau ingat siapa namamu?" tanya Gadis sambil membelai rambut Sevia.

Sevia mengangguk, "Ingat, aku adalah Sevia Fitriana. Kau adalah Gadis, kau adalah anak dari Pak Hans Pratama. Tapi, apa kau tau di mana sekarang Mahendra? Ya, aku ingat, aku ingat. Ma-Mahendra adalah kakakmu, kan? Di-dia-"

"Dia kenapa?" tanya Gadis. Sevia menatap Gadis takut-takut.

"Kau cerita saja kepadaku. Aku tidak akan mengatakannya pada siapapun. Ayo, ceritakan kepadaku."

"Aku dan Mahendra saling mencintai. Tapi, kami sudah melakukan kesalahan yang besar. A-aku hamil dan mengandung anaknya Hendra. Tapi, anak itu, tidak! Tidak, tidak!" seru Sevia.

Gadis kembali memeluk Sevia dan menenangkannya. Setelah melihat Sevia tenang, Gadis membaringkan Sevia dan menemaninya sampai gadis itu tertidur. Kemudian ia pun keluar dari kamar Sevia. Tampak Sarina dan Faizal sedang membereskan beberapa barang.

"Sevia tidur?" tanya Sarina.

"Pak Slamet pulang, Tante?"

"Iya, katanya nanti dia akan menjemputmu nanti. Tante mau memasak, kau mau makan apa?"

"Apa benar Mahendra adalah orang yang menghamili Sevia?"

Nächstes Kapitel