webnovel

Serang aku

Whoosh...

Dia melambaikan tangannya ke pohon itu.

Setelah itu, semua buah di pohon itu jatuh dan mereka semua terbang ke arahnya.

Mereka seperti sekelompok burung yang mengelilinginya sebelum menghilang. Orang-orang tahu kalau mereka telah memasuki cincin penyimpanannya.

Pemandangan seperti itu tidak diragukan lagi, terlalu mencengangkan untuk dilihat. Satu buah sudah sulit didapat, tapi dia dengan santai mengambil semuanya.

Rumble...

Pohon itu tiba-tiba bergetar, itu kemudian tenggelam lagi ke dalam tanah. Hanya butuh satu nafas sebelum itu menghilang sepenuhnya.

Orang-orang mulai terengah-engah, tatapan mereka pada Adolf mulai dipenuhi dengan keserakahan, tapi mereka dengan cepat tenang saat mereka mendengar raungan dari binatang-binatang buas itu. Mereka tampaknya mengucapkan selamat atas keberhasilan Adolf.

Mereka juga menatap orang-orang, tampak siap untuk membantai mereka jika mereka melakukan gerakan yang salah.

Meski mereka tidak berani bergerak, mereka yang benar-benar hampir kehabisan masa hidup akhirnya berbicara.

"Tuan muda, bisakah anda memberi saya satu buah, saya siap melayani anda selama anda memberí saya satu."

"Saya juga, tuan muda, saya mohon beri saya satu buah, jika saya mati, sekte saya tidak akan memiliki penjaga, kehidupan murid-murid sekte saya akan menjadi sulit tanpa perlindungan saya."

"Tuan muda,"

"Tuan muda,"

Satu persatu, tetua-tetua itu memohon kepadanya.

Bahkan murid-murid mereka juga ikut membantu mereka memohon, itu termasuk mereka yang terus mengatakan hal-hal buruk tentang Adolf.

Tapi meski mereka memohon seperti pengemis, tidak ada sedikit pun rasa kasihan di wajah Adolf. Dia lalu menjawab dengan kasar, "jika kalian mati, kalian mati, apa yang kalian takutkan, apakah kalian ingin dunia ini penuh dengan para pengecut seperti kalian?"

"Kamu." Kata-katanya menyebabkan wajah mereka membeku.

Sebelum mereka berbicara, tetua-tetua yang masih cukup muda tiba-tiba berbicara.

"Itu benar, hidup dan mati adalah hal yang biasa, kalian sudah menikmati banyak kemakmuran dan kemuliaan, apakah kalian tidak puas dengan semua itu."

"Ya, jika kalian terus hidup, bagaimana dengan generasi muda? Apakah kalian tidak mau memberi mereka kesempatan untuk memimpin dunia ini?"

Tetua-tetua yang sudah hampir kehabisan masa hidup itu memiliki kekuatan yang sangat besar, jika mereka mati, tetua-tetua yang masih muda itu secara alami senang. Pada saat itu terjadi, mereka ditakdirkan untuk menjadi penguasa berikutnya.

Ditegur oleh mereka, ekspresi tetua-tetua itu memburuk, jika bukan karena khawatir membuat marah binatang-binatang buas itu, mereka pasti sudah menyerang mereka. Mereka sudah tua, mereka tidak takut bertarung sampai mati, membawa beberapa orang ikut mati bersama mereka juga bukan hal yang buruk.

"Bocah jahat, di mana kau, datang ke sini." Tiba-tiba teriakan tua penuh dengan kemarahan bergema dari luar hutan. Itu begitu keras sehingga gunung-gunung bergetar.

"Ini suara Master Asal Pedang."

Orang-orang yang mengenal Master Asal Pedang langsung mengenali pemilik suara itu.

"Bocah ini sudah selesai, mari kita lihat bagaimana dia menghadapi Master Asal Pedang, aku tidak melihat ada kemungkinan lain selain kematiannya."

"Ya, jika dia masih bisa selamat sekarang, aku akan berjalan mundur."

"Aku juga merasakan aura lain yang tidak lebih lemah daripada aura Master Asal Pedang, sepertinya ada paragon lain yang telah datang."

"Itu mungkin salah satu grand elder kekaisaran ilahi timur."

Whoosh... Whoosh....

Tiba-tiba, dua cahaya yang tampak seperti matahari terbang di atas hutan itu. Aura mereka terasa begitu menakutkan bahkan dari kejauhan.

Meskipun ada tingkat kekuatan diantara paragon, tapi mereka yang berada di bawah tingkat itu menganggap mereka semua sebagai raksasa yang dapat meratakan seribu gunung dengan satu tinju.

Biksu tua yang sekarang berdiri di sisi Adolf berbicara kepadanya, "tuan muda, apakah anda ingin biksu tua ini mengurus mereka, mereka hanya dua anak kecil, biksu tua ini dapat membantai mereka dalam sepuluh nafas."

Dia menunjukkan ekspresi meremehkan saat dia melihat dua cahaya itu.

"Tidak perlu," Adolf mengangkat tangan untuk menghalanginya.

"Tuan muda ini sudah lama tidak bertarung, dua paragon kecil, mereka layak untuk menjadi karung tinju tuan muda ini."

Whoosh... Whoosh...

Dua cahaya itu akhirnya tiba, segera sosok dua orang pria terungkap. Salah satunya adalah pria paruh baya dengan pedang perak di tangannya. Matanya jernih dan mereka memancarkan cahaya yang sangat berbahaya.

Adapun pria yang satunya lagi adalah pria tua dengan tubuh bungkuk. Meskipun yang terakhir terlihat sangat tua, dia terlihat masih penuh vitalitas, kata "Ilahi" di dahinya membuat orang-orang yang melihatnya ingin bersujud kepadanya.

Selain mereka berdua, ada lusinan orang-orang tua di belakang mereka. Meskipun mereka tidak sekuat keduanya, masing-masing dari mereka membuat pupil tetua-tetua di sana mengerut.

"Master Asal Pedang."

"Master Bintang Timur."

"Dua tembakan besar di wilayah timur benar-benar muncul di sini."

"Apakah mereka tidak membuat marah raja-raja binatang buas di sini? Tapi di mana mereka? Mengapa mereka tidak muncul?"

Tidak ada yang tahu mengapa, sekarang mereka juga tidak memiliki waktu memikirkannya.

"Siapa Adolf?" Master Asal Pedang bertanya, suaranya terdengar seperti gemuruh guntur. Para junior menemukan jantung mereka hampir copot karena mendengar suaranya. Mereka kemudian menatap Adolf secara bersamaan.

Segera tatapan Master Asal Pedang dan yang lainnya kepada Adolf.

Ditatap oleh mereka, bahkan saint kuno akan gemetar ketakutan, tapi tidak hanya Adolf tidak tampak ketakutan, dia bahkan tampak tidak peduli sama sekali seolah-olah mereka hanya sekelompok anak kucing.

"Apa?" Dia menjawab dengan acuh tak acuh.

Sikapnya membuat mereka tidak senang, tapi sebelum mereka berbicara lagi, mereka tampaknya menerima informasi. Setelah itu, mereka saling memandang dengan ekspresi aneh.

Dia memiliki buah umur panjang yang tak terhitung jumlahnya, dan dia bahkan baru saja menelan buah immortal.

Belum lagi saint kuno, bahkan paragon tidak bisa tenang. Mereka juga memiliki batas masa hidup, cepat atau lambat, masa hidup mereka akan habis dan mereka harus menyegel diri mereka di dalam peti mati jika mereka ingin terus hidup.

Saat mereka saling memandang, Adolf mengeluarkan sebiji buah, itu jelas buah umur panjang, di bawah mata tertegun orang-orang, dia dengan santai memakannya seolah-olah dia sedang memakan buah biasa.

Master Asal Pedang dan Master Bintang Timur hampir tersedak saat mereka melihat hal itu.

Dia kemudian melangkah ke udara, saat dia tiba di depan mereka, dia sudah menghabiskan buah itu. Setelah itu, dia dengan santai membuang biji buah itu ke kerumunan junior, dan hanya biji buah itu yang menyebabkan mereka bertarung seperti singa lapar.

"Oke, mari kita tidak bertele-tele, kalian semua gabungkan kekuatan kalian dan serang aku. Aku ingin melihat apakah serangan kalian dapat menggores kulit ku," ucapnya sehingga menyebabkan wajah Master Asal Pedang dan yang lainnya membeku sekali lagi.

Mereka menatapnya dari atas ke bawah, tidak peduli berapa kali mereka melihatnya, mereka tetap merasa dia hanya seekor semut kecil yang dapat mereka injak sampai mati. Tapi semut kecil ini sebenarnya menantang mereka semua.

"Nak, apa yang baru saja kau katakan?" Tanya Master Bintang Timur.

"Aku datang ke sini untuk meminta mu melepaskan pangeran pertama kekaisaran kami, apa kau tahu kejahatan apa yang telah kau lakukan? Kau dan klan mu dapat dimusnahkan tanpa pengadilan."

"Aku bukan penduduk kekaisaran mu," jawab Adolf dengan santai.

"..."

"Nak, apa kau ingin mati?" Pria tua itu menjadi hijau karena marah.

Tidak pernah ada seorangpun dengan kultivasi di bawah saint kuno di wilayah timur yang berani mengatakan mereka bukan penduduk kekaisaran timur ilahi.

Master Asal Pedang menyentuh bahunya untuk menenangkannya. Dia berkata, "nak, jika kau memberikan buah-buah yang kau simpan kepada kami dan melepaskan murid-murid kami, kami dapat membiarkan mu pergi dari sini."

Mereka bisa saja membunuh Adolf secara langsung, tapi hal itu akan menyebabkan formasi bom di dalam tubuh Edgar dan yang lainnya meledak.

Meskipun nyawa mereka tidak dapat dibandingkan dengan buah-buah itu, tidak mungkin mereka tanpa malu-malu mengorbankan murid mereka tanpa bernegosiasi terlebih dahulu.

Adolf dengan santai menjawab, "bukankah sebelumnya aku sudah mengatakannya? Kalian dapat membayar jika kalian ingin mereka dilepaskan, silahkan kembali ke kota, kalian bisa membayar uang tebusan pada murid-murid yang menjaga mereka."

"..."

"Ah, aku baru ingat, aku akan menebus murid ku dulu," ucap salah satu pria tua di belakang Master Asal Pedang.

Master Asal Pedang dengan santai melemparkan sebuah cincin penyimpanan kepadanya, dia berkata, "tebus mereka semua."

"Ya." Pria tua itu mengangguk setelah menerima cincin penyimpanan itu. Dia kemudian terbang meninggalkan hutan itu dengan kecepatan penuh.

Sekarang orang-orang saling memandang sekali lagi.

"Apakah dia bodoh?" Tanya mereka.

Setelah itu, bukankah mereka dapat membantai-nya tanpa menahan diri?

Nächstes Kapitel