"Bisa. Di Laqinta kafe jam 8 malam, ya."
Dan sialnya, aku mengajaknya bertemu di Laqinta kafe. Itu adalah kafe yang dulu sering kami datangi sewaktu kami masih berpacaran.
Setelah menutup telepon dan menentukan janjian ketemuan, aku kembali untuk merebahkan tubuhku di kasur. Apa bercerita kepada mantan kekasih tentang masalah hati adalah pilihan yang tepat?
Pertanyaan itu tiba-tiba mencuat di kepalaku. Aku teringat Neti yang sekarang terlihat lebih cantik. Dia pun sekarang juga sedang sendiri. Aku hanya seorang lelaki yang sedang kalut dengan hatiku. Ini memungkinkan sekali untuk aku dan Neti untuk... "Tidak!" Aku mengalihkan pikiranku.
Aku harus menempatkan semuanya sebagaimana seharusnya. Pukul tujuh malam aku sampai di Lagqinta kafe. Beberapa menit kemudian Neti datang. Dia tidak telat, aku yang datang terlalu cepat. Kuakui Neti malam itu terlihat lebih cantik dari pada saat kami bertemu di pameran.
"Kamu kenapa?" tanya Neti setelah kami selesai makan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com