webnovel

Bagian 9

Damian yang berdiri dengan cepat dan menghampiri Rey membuat semua orang terkesiap dan terdiam dalam tegang.

"Apa yang terjadi, Rey?" Kata Damian dengan panik. Kedua tangannya menahan tubuh Rey yang sangat tegang menahan rasa sakit di kepalanya.

"Sayang, ada apa sayang? Apa yang terjadi?" Kata Alicia yang juga menghampiri Rey. Dadanya yang besar, menopang kepala Rey yang kesakitan.

"Aku... Aku tidak apa-apa..." Ucap Rey terbata-bata. Niat Rey untuk menenangkan para selir gagal karena suaranya yang terputus-putus karena menahan rasa sakit akibat banyak kilasan-kilasan gambar yang asing di kepalanya.

"Ugh!!" Rintih Rey. Kini tidak hanya kepalanya saja yang merasakan kesakitan. Seluruh tubuhnya terasa menyakitkan seolah-olah ada banyak jarum yang menusuk-nusuk tubuhnya dari ujung jari tangan hingga ujung jari kaki.

Rey yang tidak bisa lagi menopang tubuhnya sendiri perlahan terjatuh pada pelukan Damian. Kesadarannya perlahan-lahan menghilang di dalam pelukan Damian. Di tengah-tengah kesadarannya, terdengar banyak suara yang meneriakkan namanya.

'Seperti déjà vu, hahaha.' Ucap Rey dalam hati mengingat kejadian pada saat dia 'mati' sebelumnya sesaat sebelum kesadarannya benar-benar hilang sepenuhnya. Rey merasa jika tubuhnya seperti melayang sebelum akhirnya kesadaran Rey benar-benar hilang.

Damian yang menggendong Rey seperti layaknya pengantin wanita dengan mudah mengangkatnya dan dengan cepat melesat ke arah kamar tidur Rey. Para selir dan Felix pun mengikuti Damian yang menggendong Rey di belakang dengan tergesa-gesa.

'Ada apa lagi ini?!!' Ucap para selir di dalam hati mereka masing-masing. Di setiap wajah para selir tersirat kepanikan terhadap kondisi Rey saat ini.

~~~~

Rey tersadar dengan rasa bingung, dia membuka matanya dan menemukan langit malam yang gelap dan sangat jauh.

Dia bisa melihat percikan api menari di langit. Batang kayu itu mengeluarkan suara berderak saat batang itu dilahap oleh api. Rey merasakan jantungnya berdegup kencang saat dia samar-samar menyadari bahwa dia dikelilingi oleh sekelompok orang.

"Aku... Di mana aku?" Rey berusaha keras untuk duduk.

Tiba-tiba, seorang pria tua yang tubuhnya dicat oleh minyak dan memegang tongkat berjalan yang terbuat dari tengkorak hewan, mengeluarkan jeritan yang kencang-

"Dia telah muncul!! Tuhan kita akhirnya mendengar panggilan kita!!!" Dia mengumumkan sembari berlutut dan membungkuk dalam.

Mengikuti tindakan pria tua itu, semua orang di sekitar mulai terpengaruh. Dengan langsung, mereka berlutut di hadapan Rey, ekspresi mereka dipenuhi dengan kekaguman dan ketulusan, mereka bahkan tidak berani mengangkat kepala mereka. Suasananya tenggelam menjadi kesunyian yang mengerikan.

Rey merasa kewalahan dengan tindakan mereka.

"Apa yang terjadi?" Rey bertanya seraya memahami pemandangan di hadapannya; dia dikelilingi oleh sekitar seratus orang yang aneh. Dari pakaian mereka, sepertinya mereka dari klan suku tertentu. Para pria menampakkan tubuh bagian atas mereka dengan berbeda jenis dekorasi cangkang di depan dada mereka, bagian bawah mereka ditutupi menggunakan kulit binatang biasa atau dedaunan dan ranting. Sementara wanitanya menggunakan bulu sebagai hiasan kepala dan menggunakan anyaman rumput untuk menutupi tubuh mereka

Pria tua yang berada paling dekat Rey secara hati-hati mendekat seraya berkata, "Kami memohon padamu... Tolong selamatkan kami..."

Pemikiran yang berhenti di pikiran Rey mulai bekerja lagi. Rey maju untuk membantu pria tua itu, tapi tindakannya seketika terhenti saat pria tua itu menjerit dan mundur, "Tidak! Tidak!! Oh, Utusan Tuhan yang penuh kebajikan... Tolong jangan biarkan tubuh kotor kami menodai tangan berharga Anda..."

"Ya Tuhan-"

Sebelum pikirannya merekam, orang-orang yang berlutut di tanah itu mulai menyanyi dengan keras.

Nyanyian itu menaungi satu sama lain dalam alunan, menakuti burung-burung yang bersembunyi.

Mereka mulai memekik saat mereka terbang tinggi melintasi bayangan-bayangan pohon, menyatu dengan senja.

"Kalian... Kalian semua... Siapa sebenarnya kalian semua ini?" Rey mundur ke belakang, merasa kebingungan dengan situasi saat ini.

Pria tua di hadapan Rey mengangkat kepalanya dengan takut-takut. Rey terkejut saat melihat pria tua itu dengan air mata mengalir di matanya. Dia tersengguk dan melambaikan sebuah isyarat tangan, membuat orang di sekitar Rey dan pria tua itu terdiam. Dia menjawab, "Utusan Tuhan yang Terhormat, kami adalah penduduk suku Rages dari dasar Gunung Mataka."

"Gunung Mataka?" Rey merasa terganggu ketika dia mengingat kembali ingatannya. Beberapa saat yang lalu, dia berada di taman bunga milik Anna, bagaimana bisa dia sampai disini? Dia melihat sekitar menyadari bahwa Rey menggunakan pakaian serba hitam. Rey berhadapan dengan orang-orang disekitarnya dan berkata. "Minggir, aku ingin mencari cara untuk kembali."

"Utusan Tuhan akan pergi!!" kata-kata yang diucapkan Rey tanpa sadar membuat gelisah mereka... mereka mendekat, membuat lingkaran dari diri mereka disekitar Rey.

"Aku sudah bilang padamu kalau aku bukan Utusan..." Tanpa membiarkan Rey menyelesaikan kalimatnya, pria tua yang sebelumnya berlutut kemudian berdiri dengan mendadak seraya berteriak:

"Sebagai wujud peninggalan kuno yang pertama, Suku Rages yang melayani Tuhan, kami telah menunggu waktu ketika Raja Salem turun tahta dan Tuhan akan menganugerahi kami Utusan Tuhan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia."

'Tunggu, apakah ini ingatan dari pemilik tubuh ini? Bukankah Raja Salem sudah turun tahta saat aku tersadar di tubuh ini? Ini seperti ingatan pemilik tubuh ini saat sebelum dia membunuh Raja Salem.' Kini Rey menyadari apa yang terjadi saat ini. Dia berada di masa lalu pemilik ini saat dia belum membunuh Raja Salem.

Pria tua itu menarik nafas dalam-dalam saat pandangannya jatuh pada Rey.

"Hanya ANDA yang dapat berhasil dalam menjinakkan binatang buas itu, untuk menghentikan Raja Salem dari kepemimpinannya... Kami... keturunan dari berabad-abad yang lalu telah bersumpah hidup kami ini saat kami menunggu kedatangan anda..."

Tepat ketika Cahaya lahir, Bayangan juga tercipta.

Di dunia ini, semua bentuk kegelapan diciptakan dari Raja Salem. Selama pertarungan suci yang terjadi ribuan tahun lalu, Raja Salem dihancurkan oleh Pemimpin para Tuhan. Hal itu juga terjadi dalam pertarungan suci yang fatal dimana sang Pemimpin menghilang... meninggalkan dunia ini selama bertahun-tahun dalam ketidakpastian dimana kebaikan dan keburukan ada.

Waktu berlalu dengan perlahan, manusia mulai mempertanyakan kehadiran Tuhan.

Bahkan Rages yang misterius pun mulai menghilang dari mata publik.

Suku Rages adalah klan yang mengabdikan hidup mereka untuk melayani Tuhan semenjak jaman purba dimulai. Tepat ketika Pemimpin para Tuhan menghilang dari dunia, Dia membuat sebuah ramalan, "Ketika Raja Salem memimpin, Utusan Tuhan akan turun ke daratan ini. Dia akan menghidupkan harapan umat manusia..." Akan tetapi, sang Pemimpin tidak menyebutkan siapa atau kapan dia akan datang.

"Kami telah menunggu selama ribuan tahun ... keturunan demi keturunan, dengan teguh menunggu Utusan Tuhan untuk memenuhi janjinya."

Nächstes Kapitel