webnovel

Bagian 4

Didudukinnya lah wajah Rey dengan kode agar Rey memainkan miliknya yang kini setengah basah. Rey yang paham, tidak berpikir dua kali untuk menuruti keinginan Alicia.

Kini, yang terdengar di ruangan itu hanyalah desahan Yuki dan Alicia yang saling bersahutan.

~~~

"Jadi, bisa kalian jelaskan apa yang sedang terjadi? Siapa kalian semua?" Tanya Rey sembari memakai jubah tidurnya yang panjang berwarna hitam dengan dibantu oleh seorang wanita mungil. Wanita itu tingginya hanya sebatas dada Rey sehingga dia harus berjinjit ketika menyampirkan jubah tidur Rey. Rey tidak begitu memperhatikan wanita itu. Dia sibuk mengikat jubah tidurnya dengan asal-asalan sehingga dada bidang Rey mengintip di balik jubah hitam panjangnya. Tatapan Rey mengarah pada orang-orang yang mengaku selir milik Rey.

Orang-orang ini memiliki ciri yang berbeda-beda. Ada satu wanita yang mengingatkannya pada Lily, pacar yang telah membunuhnya. Wanita itulah yang membantu Rey mengenakan jubah tidurnya. Kini Rey bisa melihatnya dengan jelas ketika wanita itu bergabung dengan kesepuluh orang lainnya.

Yuki dan Alicia? Mereka masih mengumpulkan tenaga mereka di atas ranjang setelah 'pergulatan' mereka bertiga sebelumnya. Rey dengan santai berjalan ke arah kursi yang menurutnya terlihat nyaman dan kemungkinan adalah kursi khusus miliknya. Kursi itu begitu empuk dan nyaman ketika Rey menjatuhkan pantatnya dengan lembut. Dengan kaki menyilang dan tangan yang dilipat di depan dada seperti Damian, Rey menatap mereka satu per satu dengan tatapan menilai. Kesepuluh orang yang ditanya Rey saling berpandangan untuk memberikan kesempatan kepada salah satu dari mereka untuk menjelaskan semuanya kepada Rey.

"Kami adalah selirmu, Rey." Akhirnya salah seorang dari mereka maju untuk menjelaskan pada Rey. Pria itu bangkit dari duduk santainya di jendela kamar. Pria itu memiliki tinggi yang sama dengan Rey, namun tubuhnya terlihat lebih ramping dibandingkan Rey. Pria itu memiliki rambut pendek bergelombang berwarna merah yang membingkai wajah tegasnya. Matanya yang berwarna emas menatap Rey dengan tatapan santai, berbeda dengan Damian. Wajah pria itu terkesan lebih bersahabat dibandingkan dengan Damian yang memiliki tatapan tajam.

"Kamu adalah Dewa Judi. Kamu telah mengalahkan Kerajaan Porteus dengan membunuh Raja Salem dan telah merebut tahta miliknya tiga tahun yang lalu. Kamu telah mengangkat kami secara bersamaan, untuk dijadikan selir-selirmu di awal kepemimpinanmu setelah berhasil menumbangkan Kerajaan Porteus." Pria itu menjelaskan dan di balas dengan anggukan oleh yang lainnya.

"Aku Dewa Judi? Porteus? Raja Salem?" Informasi yang diberikan pria itu membuat kepala Rey semakin pusing. Rey tidak bisa mengolah informasi tersebut dengan baik karena banyaknya informasi asing yang diberikan kepadanya. Rey yang memegang dahinya karena merasakan pening, diperhatikan oleh para selir lainnya. Para selir lainnya kini mulai mengkhawatirkan keadaan Rey. Bahkan Yuki dan Alicia yang telah rapi pun tidak bisa melakukan apa-apa selain diam dengan ekspresi yang sama seperti selir lainnya.

Tok. Tok. Tok.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Tuan, Dokter Brian sudah tiba." Suara yang terdengar seperti orang yang disebut Felix oleh Damian mengumumkan bahwa Dokter Brian yang sebelumnya dipanggil Damian melalui Felix telah tiba.

"Masuk." Jawab Damian.

"Baik, Tuan."

Ceklek.

Pintu itu di buka dari luar oleh seorang pemuda yang mengenakan pakaian pengawal. Pakaian itu berwarna hitam legam dengan beberapa pelindung zirah di bagian lengan bawah dan dengkul kaki dan tentu saja, di sisi pinggul pengawal itu tersampir pedang dalam pelindungnya. Pengawal itu memiringkan sedikit tubuhnya agar orang yang di belakangnya dapat lewat.

Orang itu memiliki tubuh standard, sekitar 170cm dengan rambut yang telah memutih. Pakaian jasnya yang berwarna putih khas seorang dokter membuatnya terlihat seperti dokter yang pada umumnya diketahui Rey.

'Tidak semuanya berbeda dengan duniaku berasal.' Gumam Rey dalam hati. Rey memperhatikan dokter itu dari atas hingga bawah. Perawakannya yang sudah tua mengingatkannya pada dokter pribadi keluarga Rey yang dahulu. Dokter itu pun melangkah masuk sejenak sebelum pintu ruangan itu tertutup di belakangnya oleh Felix.

"Permisi, Yang Mulia. Saya akan mencoba memeriksa Yang Mulia terlebih dahulu." kata Dokter Brian dengan hati-hati. Hal ini dilakukannya karena banyaknya mata yang memandangnya dengan tajam. Bahkan ada beberapa dari mereka menatapnya dengan tatapan dingin seolah-olah akan membunuhnya jika melakukan hal yang aneh-aneh terhadap Rey.

"Ya." Kata Rey dengan singkat mengizinkan dokter itu untuk memeriksanya. Rey segera bangkit dari kursinya dan menuju ranjang miliknya dengan perlahan menahan rasa sakit kepala yang dirasakannya. Sisa-sisa dari 'pergulatan' miliknya dengan Alicia dan Yuki tidak dihiraukannya. Dirinya dengan pelan berbaring di ranjang itu dan menatap Dokter Brian yang mengikutinya hingga ranjang.

Kini Dokter Brian duduk di sisi ranjang dan mulai mengeluarkan satu per satu alat kedokterannya. Stetoskop di tempelkannya di kedua telinganya, dan ujung stetoskop itu digenggamnya di tangan. Tatapan Dokter Brian meminta ijin kepada Rey untuk memeriksa tubuh Rey menggunakan stetoskop itu. Rey yang mengerti arti tatapan itu hanya mengangguk singkat mengizinkan dokter itu untuk memeriksanya.

Setelah beberapa saat, Dokter Brian pun melepaskan stetoskopnya dan menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana, dok? Apa yang terjadi pada Rey?" Tanya pria berambut merah itu.

"Tidak ada yang salah, Tuan Leon. Jika secara fisik tidak ada yang salah pada Yang Mulia Rey, ada kemungkinan ini adalah pengaruh dari sihir hitam." Dokter Brian menjelaskan dengan hati-hati dan ragu.

Semua orang yang berada di ruangan terkesiap mendengar pernyataan dari Dokter Brian.

"Sihir? Astaga!" Alicia pun menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Jika berhubungan dengan sihir, saya meminta maaf sebelumnya karena hal ini di luar kuasa saya untuk menindaklanjut proses pemeriksaan Yang Mulia." Dengan nada berat, Dokter Brian membungkuk sangat dalam menyesali ketidakmampuan dirinya dalam menyembuhkan Rey.

"Baiklah, dokter bisa meninggalkan tempat jika tidak ada lagi hal yang perlu dilakukan." Ucap Damian.

Dokter Brian dengan cepat membereskan peralatan medisnya dan sekali lagi membungkuk dalam-dalam tanda penyesalan yang bisa diberikannya.

Pintu pun terbuka kembali oleh Felix yang kemudian mengawal Dokter Brian keluar dari ruangan itu.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Yuki dengan panik.

"Apa lagi. Bukankah Rey hanya bisa pulih jika kita memberikan intisari kita kepada Rey? Bukankah selama ini Rey sudah menjelaskan kepada kita, jika kekuatannya akan semakin besar dan cepat pulih jika kita secara teratur memberikan intisari kita kepadanya?" Ucap Leon menjelaskan dengan santai.

"Tunggu, bisakah kamu menjelaskan dengan bahasa manusia?" Kata Rey dengan tidak sabar. Sudah cukup kepalanya kini pening karena dipenuhi dengan informasi-informasi tidak masuk akal baginya.

Banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepala Rey. Siapa dia?

Nächstes Kapitel