webnovel

I Want To Fucking To You All Night

Penthouse Skyscraper, Kensington, London

Di ranjang nyaman yang sudah lama tidak dirasakannya, Noel berperang dengan hati apakah harus ia menceritakan masalahnya dengan seorang pria yang sudah mengambil harta berharganya.

Ia masih menatap wajah Gael yang balas tatapannya dengan datar, sama sekali tidak ingin dibantah meski ia menegaskan ini bukan urusan si pria.

"Aku…." Ia bahkan tidak bisa melanjutkan kalimatnya, masih mencoba untuk merangkai sebuah cerita yang singkat asal si pria mengerti saaat mendengarnya.

Lalu Gael, meskipun ia tidak mengerti kenapa sampai harus memaksa seperti ini, ia tetap menanti apa yang akan dikatakan oleh wanita di hadapannya.

"Aku masih menunggumu," gumamnya seakan mengingatkan.

Noel menahan diri untuk tidak mendelik mendengarnya dan memilih untuk menghela napas, terpaksa untuk segera merangkai cerita tidak sederhana yang dialaminya.

"Jangan memaksaku hanya karena kau membayarku, Tuan," ujarnya dengan gumaman yang lagi-lagi didapatnya, begitu pula tatapan datar pria itu yang sialnya justru berbinar.

"Hn."

Isk…. Menyebalkan sekali, dengkus Noel dalam hati.

"Intinya aku hanya ingin mendapatkan uang untuk membayar biaya rumah sakit kakak dan pemakaman kedua orang tuaku."

"Ada apa dengan mereka?" tanya Gael penasaran.

"Mereka terlibat kecelakaan. Awalnya aku tidak berniat untuk melakukan ini, tapi sungguh biaya rumah sakit dan pemakaman di London sangat mahal. Aku tidak punya banyak tabungan lagi untuk membayarnya, tabunganku habis untuk membeli pemakaman dan kremasi papa serta mama, aku tidak berdaya dengan semuanya, ini…, ini terlalu tiba-tiba untukku."

Gael terdiam mendengar penjelasan Noel dengan hati diam-diam terenyuh, meski ia tidak menimpali dan memilih untuk mendengarkan, saat wanita itu kembali melanjutkan penjelasan dengan mata menatap lurus langit-langit kamar temaram ini.

"Aku sudah bekerja di klub itu selama dua minggu ,aku memasang harga tinggi agar tidak ada yang berani membayarku mahal. Sehingga aku hanya mendapatkan uang untuk pelayanan menari, yang kukumpulkan susah payah."

Noel menghentikan ceritanya, kemudian menoleh ke arah Gael dan menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Sampai akhirnya kamu datang dan tiba-tiba saja menyetujui kesepakatan harga bahkan membayarku mahal. Gara-gara kamu aku kehilangannya," lanjutnya dengan suara mencicit.

Segera perasaan Gael dikuasai rasa kesal. Bukan ia yang memaksa, bahkan ia sempat menyudahi dan beranjak dari ranjang saat itu, jika saja wanita yang menatapnya dengan tak terbaca ini tidak membujuknya. Ia masih ingat ketika wanita ini mengucapkan satu kalimat yang membuatnya terdiam.

"Jangan bedakan aku dengan wanita di luar sana."

See…. Siapa yang salah di sini?

"Jadi kau menyesal dengan keputusan ini? Kau menyesal menjual keperawananmu kepadaku?" tanya Gael sarkas, menahan diri untuk tidak marah begitu saja dengan Noel yang menggeleng cepat.

"Tidak! Sudah kukatakan kalau aku tidak marah diawal apalagi menyesal seperti yang kau katakan, Tuan."

"Lalu? Kau jelas mengatakan 'gara-gara aku', bukankah itu artinya kamu menyesal karena menerima penawaranku, heum?" cecar Gael masih sarkas.

Rasa marahnya teredam begitu saja ketika melihat gelengan cepat Noel yang menampilkan ekspresi membantah. Bisa-bisanya ia dibuat senang dan marah dalam waktu bersamaan, hanya karena wajah panik wanita yang kini menjelaskan dengan nada tergagap.

"Maksudku bukan begitu, aku sedang memberitahumu kalau aku kehilangan dan baru melakukan ini denganmu. Bukan maksudnya menyesalinya, Tuan."

Entah mengapa ada perasaan senang ketika Gael mendengar pengakuan Noel yang terdengar polos. Ia seakan merasakan kupu-kupu di perutnya berterbangan, hal yang baru ini dirasakannya.

"Fine, jadi kamu tidak menyesal?" tanya Gael memastikan.

"Tidak." Noel menggeleng dengan pandangan menekuri dada berlukis tattoo yang membuatnya seketika merona. Ia bahkan sampai menggulirkan bola matanya ke arah lain dan kali ini lebih berbahaya, karena pahatan yang sempat ditelusurinya dengan bibir terpampang lebih jelas.

Gael yang dari awal memperhatikan tatapan wanita di hadapannya tersenyum senang. Ia mengerti kenapa sampai pipi itu bersemu, membuatnya mengangguk mengerti dengan apa yang sedang dialami si wanita.

"Baguslah…. Jadi, apakah kamu yakin tidak menyesal karena telah menyerahkannya kepadaku?" tanyanya menggoda, nada yang digunakan juga terdengar serak tapi sayang Noel tidak memperhatikan itu.

Ya, bahkan Noel kembali menggeleng dan menjawab tegas. "Tidak, aku tidak bisa menyesal."

"Nice girl, karena kamu tidak menyesal dengan apa yang kamu perbuat, itu artinya aku akan kembali membobolmu habis saat ini juga."

"Apa maks-

Akhh….

Pertanyaan Noel berganti dengan pekikan ketika tiba-tiba saja ia sudah diangkat dan duduk di atas milik Gael yang kembali terbangun, bahkan sudah tegak dengan bokongnya yang merasakan ketegangan itu.

"Ride me, kau masih ada hutang memuaskanku, kalau kamu tidak lupa," perintah Gael ketika mendapati tatapan tidak mengerti Noel yang netranya membulat di atasnya. "I want to fucking to you all night," lanjutnya menatap dengan gairah yang tidak disembunyikan.

What! Apakah pria ini tidak lelah? Aku bahkan masih lemas, batin Noel tidak percaya.

Bagaikan mengerti apa arti tatapan itu, Gael menyahuti santai dengan menggapai tengkuk Noel kemudian menariknya dan kembali melumat bibir ranum itu dengan jilatan menggoda.

Gael memainkan lidahnya dengan piawai di dalam bibir Noel yang refleks terbuka, mempersilakan pergulatan mereka dengan kecipak dan lelehan saliva yang ikut menjuntai ketika salah satu melepas tautan keduanya.

Napas keduanya kembali terengah, tapi itu tidak membuat Gael lelah dan setelahnya kembali memajukan wajah, berhenti di depan bibir terbuka wanita di atasnya. "Tenagaku banyak dan aku akan memasukimu sampai aku puas. Kau paham?" bisiknya parau.

Akhirnya dengan napas yang diatur senormal Noel perlahan menegakkan punggung, menatap sayu Gael yang gairahnya sudah terbakar ketika melihat dua gundukan yang satu diremasnya lembut.

Noel mengerang dengan wajah menengadah, menahan untuk tetap fokus dengan apa yang harus dilakukannya saat ini. Hingga akhirnya ia mulai bergerak, memasukan milik Gael dalam sekali hentak dan lenguhan nikmat memenuhi kamar luas ini.

"Nice…. Move gently, Baby," perintah Gael tanpa membuka mata, menikmati saat merasakan pijatan yang kembali diterima miliknya yang juga diselimuti hangat.

Tangannya sendiri berada di pinggang Noel, kemudian membantu saat wanita itu bergerak naik-turun dengan desahan ikut bersahutan.

Beberapa saat kemudian…

"Gael…. I'm cumming ah~..."

Percintaan dengan banyak gaya itu kini akhirnya mencapai batas, ketika Noel yang sudah ratusan kali menggerakan tubuhnya naik-turun memberikan kenikmatan tidak dapat menahan lagi sesuatu yang ingin merangsak keluar untuk kesekian kalinya.

Ia menengadahkan wajahnya ke atas sana, berbeda dengan si pria yang disebut namanya.

Gael, ia justru semakin mempercepat gerakan Noel dengan membantu memegangi pinggul ramping wanita itu. Ia menatap wajah lelah wanita di atasnya dengan pipi memerah, menyahuti kalimat pemberitahuan itu sambil menahan desahan.

"Together Baby, me too," sahutnya parau.

Alhasil, dengan sekali hentak Gael memindah posisi tanpa memisahkan penyatuan mereka. Gael mengambil peran, dengan semakin memacu kecepatannya hingga ranjang itu ikut bergerak dibuatnya.

Di hentakan ke tiga Gael kembali menyemburkankan banyak semen di dalam rahim Noel yang seketika merasakan kehangatan itu kembali. Bahkan, Noel juga merasakan sesak itu lagi ketika tubuhnya ditimpah oleh Gael yang napasnya memburu.

Sial…. Aku baru puas setelah menghabisinya seperti ini. Tapi aku merasa ada yang salah, aku merasa ada yang kulupakan, tapi apa ya, batinnya bingung.

"Gael…."

Bersambung.

Nächstes Kapitel