webnovel

13. Kafe bunga

Zellio dan Kanova melajukan motornya di belakang mobil hitam yang dikendarai Joddy. Mereka fokus melihat jalanan yang cukup sepi, tidak seperti biasanya. Pohon rimbun, lampu jalan, serta kursi besi berderet bergantian menghiasi samping jalanan.

Beberapa kafe terlihat ramai pengunjung. Pun dengan beberapa pedagang kaki lima yang juga turut membuka dagangan nya di pinggiran jalan.

Mata Zellio seketika beralih pada toko bunga dengan pintu berhiaskan bunga lavender. Yang ia tahu, bahwa bunga itu adalah bunga kesukaan Evelyn.

Melihat itu, ia memepetkan motornya ke samping Kanova seraya berteriak dibalik helm full face nya.

"KA! GUE KE SANA DULU! MAU BELI SESUATU!" Teriak Zellio dengan tatapan yang mengarah pada toko bunga yang baru saja mereka lewati.

Kanova yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya.

"GUE IKUT!" Sahut Kanova dengan suara setengah teriak, dari balik helm nya.

Zellio mengangguk, lalu segera melambatkan laju motornya. Kemudian bergerak memutar arah. Pun dengan Kanova yang berada di belakangnya.

Joddy dan yang lainnya tidak sadar dengan apa yang dilakukan oleh Zellio dan Kanova. Mobil hitam itu, tetap bergerak melaju menuju tujuannya. Sedangkan dua pengikutnya malah sudah mengubah arah, menuju arah toko bunga.

Sampai di depan parkiran toko bunga. Mereka berdua segera turun dari atas motornya. Menaruh helm, lalu bergerak masuk ke dalam pintu toko dengan Zellio yang memimpin.

Sebelumnya, Zellio sempat melihat beberapa bunga yang terpajang di dalam toko. Bisa dilihat sangat jelas, karena mereka hanya berlindung pada kaca toko yang sangat jernih.

Setelahnya, baru mereka berdua masuk.

Penciuman mereka langsung disambut dengan berbagai harumnya wangi bunga. Dan, cukup ramai di dalamnya. Ternyata bukan hanya sekedar toko bunga. Tapi juga sebuah kafe.

Dari luar kaca memang tidak terlalu terlihat ramai. Karna sempat tertutup rak bunga yang cukup besar. Jika dilihat dari luar, mereka hanya akan melihat bunga-bunga saja yang terpajang. Namun saat sudah masuk ke dalamnya, ternyata ramai juga.

Kala memasuki toko, lonceng pintu berbunyi.

Zellio dan Kanova sempat menyapa sang kasir yang baru saja tersenyum ramah kepada mereka.

Mata Zellio menyisir seluruh ruangan. Betapa indahnya kafe sekaligus toko bunga ini. Di satu sisi, terdapat banyak set bangku kayu minimalis yang sepertinya sudah berpenghuni semua. Hanya ada beberapa bangku kosong yang terlihat dari sana.

Di atasnya, banyak muda mudi yang tengah duduk seraya bercengkrama dengan orang-orang tersayang mereka. Teman, pasangan, serta keluarga.

Ada pula rak-rak berisi bunga-bunga cantik yang terpajang disisi kanan. Di tengah ruangan terdapat seperti sekat dari kayu dengan tinggi kurang lebih setengah meter. Di balik sekat itu, banyak sekali bunga-bunga yang terpajang rapih.

Harum bunga yang memenuhi ruangan semakin membuat betah para penghuninya. Sama seperti yang dirasakan Zellio dan Kanova yang sedari tadi sudah bergerak menuju rak-rak bunga.

Zellio menoleh kepada Kanova.

"Gue baru tau ada kafe bunga di sini." Ujar Zellio seraya menyisir rak bunga di depannya.

"Gue juga." Balas Kanova sembari melihat tulip putih cantik yang berada di depannya ini. Tangannya bergerak ke atas, ingin meraih kelopak bunga tersebut. Namun sempat Zellio pukul karena sebelumnya Zellio melihat ada larangan untuk menyentuh, atau melakukan perlakuan fisik terhadap bunga-bunga disini.

"Apaan si Yo! Gue cuma mau megang doang! Orang tuh! Bagus banget nih bunga!" Kesal Kanova saat tangannya sengaja di pukul oleh Zellio.

"Lo ga liat bacaan di depan sana? Hah?" Tunjuk Zellio pada papan yang bertuliskan beberapa rules memasuki toko.

Kanova mengikuti arah telunjuk Zellio. Matanya menyipit seraya membaca perlahan tulisan itu. Setelah selesai, ia kemudian menatap Zellio seraya tersenyum tipis seraya berkata, "Hehe. Maaf Yo. Gue ga tau soalnya." Ujarnya seraya terkekeh kecil.

Zellio kembali melihat-lihat bunga yang terpajang. Hingga matanya akhirnya menemukan bunga yang sedari awal ia cari. Apa lagi kalo bukan Lavender. Si bunga kesukaan Evelyn.

Ia segera melihat dengan intens bunga di depannya ini. Wajahnya riang dengan senyuman lebar khas nya.

"Lo tau kan kalo Evelyn suka lavender. Gue inisiatif buat ngasih bunga ini ke dia. Menurut Lo gimana Ka?" Ujar Zellio pada Kanova.

Kanova yang mendengar itu sempat terdiam seraya berfikir. Jadi, tujuan Zellio adalah hanya untuk membeli bunga kesukaan Evelyn.

Zellio yang belum mendapat respon dari Kanova. Segera melihatnya, menyenggol lengannya, membuat sang empu sedikit terkejut.

"Eh- apa Yo? Kenapa?" Ujarnya terbata-bata.

"Ish! Gue nanya sama elo. Menurut lo ini bagus engga Kanova?" Kesal Zellio.

Kanova melihat secara baik bunga itu.

"Bagus ko!" Ujarnya.

"Ngomong-ngomong. Sekarang lo sering bareng sama Evelyn ya Ka. Gue udah tiga kali liat kalian barengan terus. Pas kemarin telat, terus yang balik dari sekolah, sama tadi yang ke minimarket. Tumben banget." Ujar Zellio yang tanpa sadar membuat Kanova semakin terdiam bisu.

"Mbak, saya mau ambil yang ini. Bisa engga mbak?" Tanya Zellio pada staf yang berdiri tidak jauh dari tempat Zellio berdiri.

Mbak-mbak itu mengambil bunga nya secara hati-hati dan perlahan. Takut-takut merusak bagian bunga tersebut.

"Akan saya packing dulu ya mas." Zellio mengangguk.

"Atas nama siapa mas?"

"Lio mbak."

"Baik. Mas bisa tunggu di sini." Ujar staf perempuan itu pada Zellio. Ia pun mengangguk lalu duduk di bangku yang tersedia.

Sedangkan Kanova masih melihat-lihat bunga di depannya.

"Lo mau beli juga?" Tanya Zellio.

"Tulip ini bagus. Gue pengen." Ujarnya pada Zellio. Lalau tak lama, ia memanggil seorang staf untuk membungkus bunganya ini.

"Mbak! Tolong yang ini ya mbak!" Setelahi itu, ia pun menyusul Zellio dengan duduk disampingnya.

"Next time. Gue mau kesini juga sama Evelyn." Ucap Zellio seraya memandangi setiap inci bagian dari toko ini.

"Dia bakal seneng engga ya? Maksud gue. Dia bakal mau engga ya? Menurut Lo gimana Ka?"

"Mau. Pasti."

Mendengar itu, Zellio semakin yakin dengan rencana nya untuk membawa Evelyn ke toko bunga ini. Tak lama, senyuman lebar itu kembali tercetak apik di bibirnya.

Tak menunggu lama, nama Zellio di panggil. Lalu ia mendekat ke suara tersebut.

Seorang staf perempuan memberikan bucket bunga lavender yang dihias sangat rapih dan indah. Membuat pemiliknya merasa kagum dengan bunga satu ini.

Kemudian satu bucket bunga tulip juga mereka serahkan pada Zellio beserta bon nya.

"Untuk pembayarannya. Mas bisa pergi ke kasir. Terimakasih." Ujar staf perempuan itu sangat ramah.

Setelah menerima bunga nya. Mereka kemudian segera membayar. Lalu segera pergi dari toko bunga itu. Menyusul mobil hitam milik Aris.

Dibalik helm full face milik Zellio, terdapat senyuman manis yang tercetak disana. Menandakan si pemiliknya, merasakan kebahagiaan yang amat besar.

Mereka berdua pun akhirnya kembali ke jalanan mengendarai motornya. Melesat cepat.

Nächstes Kapitel