webnovel

18. Berkuda

Darian bertanya, "Kuda mana yang kau pilih, puteri?"

Saat ini Darian dan Ariadne sedang berada di kandang para kuda. Ariadne masih berkeliling mencari seekor kuda putih yang ia mau. Ada dua ekor kuda putih yang tersedia. Satu ekor betina, dan satu ekor jantan.

"Aku ingin kuda putih yang pernah kita tunggangi saat latihan. Saat kau mengajariku berkuda. Kalau tidak salah, kita menunggangi kuda putih. Apakah betina atau jantan?"

Darian terkekeh. "Tentu saja yang jantan. Namanya Space."

"Namanya jelek."

"Kalau begitu kau beri saja nama yang lain. Apakah kau akan mengambil Space?"

Ariadne mengangguk. Gadis itu sudah berdiri di depan bilik kandang seekor kuda putih jantan yang terlihat gagah. "Tapi aku takut, badan kuda ini cukup besar."

"Akan kuajari kau sampai bisa menungganginya hingga ahli."

"Baiklah. Kalau begitu keluarkan saja dia."

Darian mengangguk. Lelaki itu membuka pintu kandang kuda yang bernama Space. Menuntun kuda putih itu untuj keluar dari kandang dan menuju ke lapangan berkuda.

"Sebenarnya untuk apa kau ingin berkuda?" Darian bertanya karena penasaran.

"Aku hanya ingin mecoba hal lain. Memangnya tidak boleh ya kalau seorang puteri menaiki kuda?"

"Tentu saja boleh. Tapi kau seorang perempuan dan---"

"Semua perempuan berhak melakukan apa saja, Darian. Bukan hanya menjahit, memasak, menikah, dan mengandung. Perempuan bisa mengerjakan semuanya dan aktivitas perempuan tidak boleh dibatasi."

Mendengar itu Darian hanya bisa terdiam. Apa yang dikatakan Ariadne memang benar. Semua perempuan berhak melakukan hal apapun yang disukai.

"Dari mana kau belajar tentang hal itu, Puteri?"

Ariadne tersenyum. "Dari dunia luar. Dunia luar yang terisi berbagai macam hal. Elie memang mengajariku cara menjahit, menyulam, memasak, melukis, dan mempelajari tata krama sebagai seorang puteri. Tapi, Elie tidak mengajariku untuk menjadi seorang perempuan yang tangguh."

"Tangguh?"

"Iya. Tangguh. Elie tidak pernah mengajariku untuk kuat dan tangguh. Kau tahu Darian? Seorang puteri juga perlu kekuatan untuk menjaga dirinya sendiri. Itu akan dibutuhkan saat semua penjaga tumbang."

"Maksudmu, seorang puteri harus bisa bertarung?"

"Aku tidak bicara begitu. Tapi, kalau bisa kenapa tidak?"

Darian terkekeh. "Sudah cukup bercandamu, puteri. Kau adalah seorang puteri kerajaan yang harus dijaga. Dan kau tidak boleh melakukan hal berat."

"Hal berat seperti apa yang kau maksud, Darian?"

"Yah, hal berat seperti berkuda, memanah, bela diri. Seorang puteri harus dihormati dan duduk di singgasananya."

Ariadne tertawa geli mendengar pernyataan dari Darian. Lelaki di hadapannya itu tidak tahu kalau dirinya sendiri sudah berlatih bela diri dengan Charlotte.

"Mengapa kau tertawa, puteri?"

"Ah tidak, terserah apa pendapatmu. Aku hanya ingin memberitahu saja, bahwa semua hal yang dilakukan perempuan tidak seharusnya dibatasi."

"Baiklah. Kali ini aku menyerah. Aku menyetujui pendapatmu, puteri."

"Kau memang harus menyerah ketika berhadapan denganku."

Kemudian keduanya sama-sama tertawa. Gelak tawa mereka disaksikan oleh para kuda yang dikeluarkan dari kandang.

Darian dengan sabar mengajari Ariadne cara berkuda yang benar. Tentu saja Ariadne sudah mengganti gaunnya dengan pakaian berkuda yang berbahan tebal. Tubuh Ariadne terlihat sangat ramping dan ideal. Bahkan Darian sempat gugup karena mengajari Ariadne berkuda dari dekat.

Darian memang baru kali ini melihat tubuh ramping Ariadne. Karena sebelumnya Ariadne selalu mengenakan gaun saja dalam melakukan aktivitas apapun.

Ketika sedang melatih Ariadne, jantung Darian berdebar lebih kencang. Ketika tangan lelaki itu bersentuhan dengan tubuh Ariadne, rasanya seperti terkena aliran listrik. Terkadang Darian membantu Ariadne memegang kendali kuda. Membantu Ariadne naik ke pedal kuda. Darian juga memegang pinggang Ariadne saat membantu perempuan itu mengatur keseimbangan badan.

Beberapa kali Ariadne jatuh, terperosok ketika kuda putih yang ia tunggangi sangat lincah. Tubuhnya memang belum bisa seimbang ketika kecepatan kudanya bertambah. Ariadne masih berusaha menguasai hal itu.

"Menurutmu, aku akan bisa menunggangi kuda setelah berapa hari?"

Darian sedang mengelap keringat Ariadne di kening dan di leher perempuan itu. Lelaki itu tersenyum. "Setelah satu minggu atau dua minggu setidaknya kau akan bisa menunggangi kuda sendiri."

Ariadne cemberut. "Ah, itu terlalu lama Darian."

"Memangnya kau ingin pergi ke mana dengan kuda?"

"Aku hanya ingin bisa berkuda saja."

"Bukannya kau sudah bisa menunggangi kuda, puteri? Kau sudah cukup ahli menunggangi kuda."

Ariadne menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ahli di bagian berlari. Pasti aku akan terjatuh. Tubuhku belum seimbang."

"Kalau begitu, tunggangi kudamu dengan cara yang biasa saja. Tidak perlu menyuruh kuda itu berlari. Cukup biarkan ia berjalan dan arahkan ke mana ia akan membawamu."

"Begitu kah?"

"Iya, begitu saja. Jangan membahayakan dirimu."

"Baiklah. Aku lelah Darian, masukkan kembali kuda itu ke kandang."

Darian mengangguk. "Sudah selesai? Kau tidak jadi memberinya nama, puteri?"

"Ah, iya. Hmm, siapa ya namanya?"

"Aku tidak tahu. Pikirkanlah."

"Emm, namanya Griffin."

"Griffin? Ah, aku baru mendengar nama itu." Kata Darian dengan tatapan kagum.

Ariadne terkekeh. "Aku hanya mengambil kata dari nama latin, Darian. Dalam bahasa latin, Griffin artinya kuat."

"Ah, aku mengerti. Apa kau mau memberinya kalung?"

"Wah, apa bisa?"

Darian mengangguk dengan antusias. "Akan kuambilkan kalung kuda yang tersedia di gudang."

"Baiklah, kutunggu di sini."

Ariadne tersenyum pada Griffin, kudanya. Gadis itu mengelus lembut rambut Griffin yang tebal. Kuda itu tampak begitu jinak pada Ariadne. Kuda itu sedari tadi hanya diam dan mendenguskan napas, tidak memberontak sama sekali.

Sekitar lima menit, Darian datang dengan membawa kalung kuda. Liontin kalung itu terbuat dari besi tembaga, sementara bagian kalungnya hanya dari sebuat tali khusus untuk hewan.

Ariadne terpesona melihat kalung itu. Terukir huruf 'G' di bagian tengah. "Wah, apa kau mengukirnya?"

Darian mengangguk. "Aku mampir dulu ke bagian pengerjaan perhiasan. Aku meminta tolong pada Robert untuk mengukirkan satu huruf di sini. Pasangkanlah kalung ini pada kudamu, puteri."

Ariadne tersenyum ceria. Gadis itu menerima kalung dari Darian. Kemudian langsung memasangkan kalung tersehut pada leher Griffin. Griffin jadi terlihat lebih tampan sebagai seekor kuda. Dada kuda itu jadi terlihat sangat gagah dan perkasa.

"Terima kasih, Darian. Kau sungguh bisa kuandalkan."

"Sama-sama, puteri. Kembalilah lebih dulu ke dalan istana. Aku akan memasukkan kudamu ke tempat yang khusus."

"Iya. Baiklah.."

Ariadne mengelus wajah Griffin sebelum ia benar-benar kembali ke dalam istana. Latihan berkuda cukup untuk hari ini. Setidaknya Ariadne sudah bisa menunggangi Griffin. Ariadne akan pastikan kalau ia akan bisa bertemu dengan Charlotte satu kali seminggu. Gadis itu akan memulai latihan rahasianya minggu depan.

*****

Nächstes Kapitel