webnovel

. KAMPUS

Reyna tersenyum hangat saat melihat sosok yang sedang tersenyum juga ke arahnya, sudah pasti Reyna kenali.

"Kak Mario."

"Apa kamu sudah siap?"

Reyna mengangguk antusias. "Siap dong, Kak."

"Semangat banget yang akan jadi mahasiswa baru." ucap Mario. Reyna sudah izin pada Bos nya untuk libur sehari saja, karena waktu yang telah di nantikan kini terwujud juga. Reyna masuk Universitas yang selama ini menjadi idamannya, dia sangat bahagia.

"Yaudah, ayok." Mario memang menjemput Reyna di halte, cewek itu lebih memilih menunggu di sana ketimbang harus menyuruh Kakak kelasnya menuju rumah kediaman Reyna. Tidak ingin merepotkan tadinya, tetapi Mario membujuk Reyna agar tetap berangkat bersama, kebetulan juga cowok itu kuliah di sana.

"Makasih banyak, Kak." Mereka masuk ke dalam mobil Mario, sebelumnya cowok itu membukkan pintu mobilnya untuk Reyna sambil mempersilahkan. Reyna jadi tersipu malu, untuk pertama kalinya dia dekat dengan seorang cowok. Walau saat SMA dia juga memiliki banyak teman laki-laki, tetapi Reyna tidak pernah di perlakukan seperti sekarang. Teman-teman Reyna tidak pernah romantis, yang ada juga Reyna yang sering kali di jahili. Cewek itu menjadi sebal, pada akhirnya dia lebih memilih untuk sendiri saja saat semester akhir menuju kelulusannya.

Reyna menjadi malas mempunyai seorang teman, padahal mungkin saja itu semua hanya candaan untuk membuat kelakar. Tetapi memang Reyna itu baperan dan mudah sebal, siapa yang akan tahan? Mereka selalu bersama, tetapi bukan berarti Reyna yang menjadi sasaran. Walau terkadang Reyna di manjakan.

"Kak, aku boleh tanya soal kampus?" Reyna membuka suara saat masih di perjalanan.

Mario melirik sekejap, "Oh, boleh. Tanya aja."

"Selama kuliah di sana gimana kesan, Kakak?" tanya Reyna singkat.

Mario tertawa kecil, "Yang jelas nyaman. Mereka semua ramah walau sama junior. Ya, mungkin nanti kamu juga akan rasain sendiri."

Reyna kenapa sedikit takut? Apa akan ada PMB? Yang Reyna tahu tidak semuanya kampus melakukan ospek tersebut, namun dia berdo'a di dalam hati, semoga saja memang tidak ada pelaksanaan seperti itu. Dia tidak ingin berbaur dengan orang-orang baru, cukup dia mengenal Reno. Orang pertama yang asing di matanya sekaligus membuatnya darah tinggi setiap kali menegur.

"Oh, iya. Kakak, udah lama jadi langganan di toko? Kayaknya aku liat hampir setiap hari." sepertinya Reyna memang tidak bisa menjauh dari rasa penasaran di dalam dirinya. Hanya dia yang selalu bertanya pada Mario.

"Iya. Sebelum kamu kerja di sana." lagi-lagi Mario hanya menjawab saja tanpa celotehan lain, Reyna menjadi bingung harus bertanya apa lagi. Jelasnya cewek itu tidak menyukai hening saat berduaan, Reyna bisa saja menjadi cerewet di depan para temannya, tetapi jika dengan Mario..., apa cowok itu tidak akan merasa risih kalau Reyna terus saja mengeluarkan suara?

Reyna hanya takut itu saja, dia tidak ingin membuat Kakak kelasnya yang baik merasa tidak nyaman.

"Reyna, ini kampus kita sekarang. Semoga kamu betah dan nyaman di sini, ya."

**********

"Reno, kamu kemarin memang bener anterin, Reyna?" tanya Citra yang banyak saksi mata sedang membicarakan berita terhangat dari salah satu karyawan.

"Iya, kenapa?"

Citra terkesiap. "Kamu apain dia? Ada salah satu orang yang melihat kalau kamu menggendong dia naik ke taksi, sedangkan kamu naik motor. Apa kamu ga mikir kalau dia akan di culik?!" dia benar-benar akan sangat marah pada Reno jika terjadi apa-apa dengan Reyna.

Reno menatap dingin. "Nyatanya dia selamat karena gue." dia melangkan pergi, Citra sampai menahan napas dan mengeluarkannya dari mulut. Dia merasa bersalah sudah mengira yang tidak-tidak pada cowok itu. Walau Citra belum mengetahui kejadian dan peristiwanya seperti apa, tetapi yang jelas dia sedikit lega kalau Reyna tidak kenapa-kenapa.

"Selamat? Maksudnya..., Reno, sudah menolong?"

Apapun pikiran orang terhadap Reno pasti selalu saja buruk dan tidak bisa begitu saja di percayai. Tidak ada penjelasan hanya inti yang singkat, siapa yang akan segera percaya?

Citra terlalu mudah percaya?

Bukan karena hal itu. Tetapi karena memang dia yakin pada hatinya, Reno juga mempunyai hati nurani yang terkadang tidak pernah di lihat oleh orang lain. Citra juga tidak begitu saja percaya pada orang yang baru di kenalnya. Sedikit dekat pun bukan berarti dia bisa untuk mudah mempercayai orang, Citra bukan lah anak kecil yang bisa di tipu. Namun anak kecil juga tidak semua mudah tertipu. Bagaimana dari hati dan pikirannya tentang kepribadian seseorang, menurut Citra mudah di tebak.

Tidak hanya melihat dari sikap, perilaku, atau bahkan kebiasannya yang buruk. Walau buruk sekalipun, bukan berarti dia akan selamanya seperti itu, kan? Ada sesekali merasa salah dan memperbaiki kesalahannya. Mengoreksi diri agar orang lain bisa memandangnya jauh lebih baik, bukan dari yang salah.

"Cit, kenapa?" Cipto membuyarkan lamunan Citra, kedua tangannya membawa kerinjang isi roti yang tidak laku selama seminggu.

"Ih, ngagetin aja."

Cowok itu tertawa sedangkan Citra mendengus sebal. "Keliatan melamun, sih. Apa ada yang di pikirin?"

Cewek itu memaksakan tersenyum, "Engga, kok. Aku kepikiran, Reyna. Dia bilang mau masuk Univ. Semoga aja lancar, itu salah satu kampus favorit nya."

Cipto nampak terkejut, "Oh, ya? Wah, dia mau masuk kuliah ternyata." Citra hanya mengangguk dua kali. "Terus, kerjanya gimana? Apa dia resign?"

Mendengar kata akhir dari Cipto kenapa Citra merasa sedikit tidak rela? Belum lama sangat dia dekat dengan juniornya itu, apa Citra masih bisa untuk menghubunginya? Bisa saja nanti anak itu sibuk mengurusi segala sesuatu dari kampus, Citra mana bisa mengganggu. Apa nantinya dia akan di lupakan oleh Reyna?

"Aku ga tau, soal itu belum di tanyakan." balas Citra yang membuat Cipto ingin meralat ucapannya.

Dia lupa kalau cewek di depannya menyayangi Reyna seperti saudaranya sendiri. Kalau sudah sibuk dengan tugas dari kampus, apa bisa Reyna kuat untuk tetap bekerja di sana? Pasti kedua orang tuanya yang begitu over tidak akan membiarkan puterinya untuk sekolah sambil bekerja. Itu saja Bas susah payah untuk menerima hanya demi keinginan anaknya saja.

Begitu pun juga sebaliknya, Dini kali ini akan menentang keras. Reyna harus fokus dalam perkuliahan, tidak boleh sampai lelah bekerja. Apa lagi yang Dini tahu itu Reyna sering pulang malam, bukan kah sebelum pukul 10.00 wib juga sudah bubar? Tetapi kenapa Reyna sering kali melebihi dari yang di perjanjikan? Entah dari Reyna yang telat karena naik angkot atau memang ada aturan dari toko roti nya? Hingga sekarang Dini masih belum menanyakan hal tersebut, namun jika Reyna sudah benar-benar bisa belajar di UNIVERSITAS, Dini sendiri yang akan mengajukan resign.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Carrellandeouscreators' thoughts
Nächstes Kapitel