webnovel

Putri yang Menyamar

#Catatan Penulis#

Baru kali ini author menulis plot romance. Lagian, ini, 'kan, bukan novel romantis? Jadi kenapa pula kalian mengharapkan adegan romance?

#Akhir Catatan Penulis#

Naruto dan Eriza berjalan-jalan meninggalkan Elena dan Anko yang tergeletak di atas ranjang. Sayangnya, jalan-jalan mereka berakhir agak canggung dengan masing-masing dari mereka yang memandang ke arah berlawanan. Rona merah yang muncul dari tersipu malu dapat terlihat tipis di pipi keduanya.

"A-Apakah ada tempat yang ingin kamu kunjungi, Na-Naruto?" tanya Eriza sambil tergagap tanpa menghadapkan makannya pada Naruto.

"Ti-Tidak, sayangnya aku tidak memiliki rencana apapun, ak-aku hanya ingin jalan-jalan tanpa memikirkan apapun." Naruto masih menghadap ke arah lain dari Eriza, namun dia sedikit melirik.

Keduanya merasa cukup canggung satu sama lain karena ini pertama kalinya mereka jalan-jalan bersama lawan jenis yang memiliki usia tidak jauh antara satu dengan yang lain. Jika saja Anko ada di sini, maka keduanya akan kembali bersikap normal seperti tidak terjadi apa-apa.

Elena? Aku rasa itu adalah ide yang buruk. Dia justru akan menggoda keduanya agar menjadi lebih dekat. Dia memang bukan orang yang jahat, melainkan hanya seseorang yang usil. Tidak aneh jika dia akan melakukan sesuatu yang bisa membuat adiknya merasa malu-malu.

'Tom memang sangat luar biasa, ya. Dia pernah mengatakan tengah perusahaannya yang hebat, tapi aku tidak menyangka saluran bisnisnya akan seluas ini,' batin Naruto sambil melihat sebuah papan reklame.

Papan reklame tersebut menunjukkan gambar seorang wanita muda dengan rambut seperti berwarna pink lebih tua. Dia memiliki tubuh yang cantik dengan memakai beberapa pakaian yang sangat cocok dengannya.

'Gambar di papan reklame itu adalah Nona Guru —Melinda Bowen—. Dia adalah sosok wanita yang terkenal akan kemampuannya dalam sihir enchantment dan pembuatan alat-alat sihir. Aku ingin tahu apa kelompok mereka sedang mencarinya? Menurut kabar dari Tom, seharusnya dia juga ada di ibukota ini karena cucu mereka bersekolah di sini. Enaknya, jika saja aku lebih tua, aku juga ingin satu sekolah dengan cucunya yang merupakan pahlawan,' batin Eriza.

Eriza dan Naruto yang tidak tentu arah dan merasa tersiksa karena rasa canggung, melirik ke arah satu sama lain untuk melihat bagaimana kondisi pikiran masing-masing dari mereka. Namun karena keduanya melakukannya secara bersamaan, kontak mata dalam waktu singkat terjadi.

"Apa kamu ingin mencari sebuah kedai makan untuk makan siang?" Naruto menoleh ke arah lain.

"Ma-Makan bersama!" Eriza bereaksi dengan spontan, menengok ke arah Naruto dengan wajahnya yang memerah lebih gelap.

Naruto menoleh pada Eriza, menyadari sesuatu tentang tawarannya, dan segera mengatakan, "Tidak, lupakan saja. Aku rasa itu adalah ide yang buruk."

*Growl!*

Sayangnya di saat yang tidak tepat ini, perut Eriza berbunyi yang menandakan jika dia lapar. Karena hal ini, Eriza tertunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah dan dengan sangat pelan mengangguk.

Mereka berempat tidak sarapan terlalu banyak pagi ini dan sekarang memang sudah jam makan siang. Tentu saja Eriza akan merasa lapar, dia bukan Naruto yang sering tidak diberi makan oleh kakaknya, karena alasan sedang sibuk, lupa, atau tidak mau memberikan makanan.

Eriza yang seorang penjelajah, telah pernah melatih dirinya untuk menahan rasa lapar ketika keadaan tidak bagus. Namun saat ini, di ibukota di mana makanan enak tersebar, dia merasa lapar karena menghirup aroma dari makanan itu.

*Bruk!*

Di saat-saat yang penuh putus asa dan jalan buntu ini, akhirnya sebuah harapan untuk mengubah topik akhirnya datang menghampiri. Keduanya tidak mengatakannya secara langsung, namun dalam hati keduanya mereka merasa senang berkat bantuan yang bisa menghilangkan rasa canggung ini.

"Aduh!" Seorang gadis kecil menabrak Naruto dari arah yang berlawanan sebelum akhirnya dia terjatuh karena kehilangan keseimbangan. Lagian, Naruto memang memiliki fisik yang cukup kuat sebagai ninja walau tidak pernah atau jarang melatih itu.

"Apa kamu baik-baik saja?" Naruto mengulurkan tangannya pada gadis yang jatuh di hadapannya.

Dia adalah seorang gadis dengan kulit putih sangat cerah, mata biru jernih, dan rambut pirang kuning lurus. Dirinya adalah seorang gadis cantik yang sepertinya menjanjikan di masa depan.

Saat ini dia memakai gaun yang tampak megah dan sebuah tudung yang menutupi kepalanya, membuat orang yang melihatnya tidak terlalu memperhatikan wajahnya.

"Iya, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah membantuku dan maaf karena telah menabrakmu." Gadis itu menerima uluran tangan Naruto dan kembali berdiri.

'Syukurlah dia menabrak Naruto! Dengan ini kami berdua bisa lolos dari situasi canggung itu!' batin riang Eriza.

"Tidak apa-apa. Lagi pula aku sama sekali tidak terluka, kok." Naruto tersenyum ramah sebelum mengubah wajahnya menjadi biasa dan bertanya, "Jadi, bisakah kamu memperkenalkan dirimu? Tidak apa-apa jika kamu tidak ingin memberitahukan namamu, tapi setidaknya tolong beritahu apa yang sedang kamu lakukan. Kamu benar-benar terlihat sangat gelisah dan seperti mengkhawatirkan sesuatu?"

Gadis tersebut menengok ke sekelilingnya sambil mempertahankan tudung yang dikenakannya agar dapat menutupi wajahnya. Dia sepertinya sedang khawatir jika ada seseorang yang memperhatikannya dan saat ini sedang lari dari kejaran sesuatu.

"Anu, jika kamu tidak keberatan, bisakah kamu memperkenalkan dirimu?" minta Eriza dengan ramah, mengulangi pertanyaan Naruto.

"Ah! Ya-Ya! Namaku adalah May vo—, ah maksudku, namaku hanya May, May saja tanpa nama keluarga!" jawab Gadis itu dengan gelisah dan khawatir, yang membuat dirinya memperkenalkan dirinya dengan cepat, namun Naruto dan Eriza masih dapat mendengarnya dengan sangat jelas.

'Sepertinya ada sesuatu yang salah!' batin keduanya sambil mengarahkan lirikan satu sama lain.

Tidak seperti sebelumnya, sekarang ada satu orang tambahan yang mengubah jalan-jalan yang terlihat seperti sebuah kencan menjadi jalan-jalan biasa. Jika hanya saling melirik seperti ini, mereka berdua tidak merasa canggung atau malu lagi sekarang.

Eriza mendekatkan bibirnya pada telinga Naruto sebelum berbisik, "Apa yang akan kita lakukan, Naruto? Kamu sangat tahu jika gelagat Gadis ini sangat mencurigakan, bukan?"

"Ya, aku juga bisa merasakannya. Tapi mungkin akan lebih baik jika kita mengajak Gadis ini jalan-jalan bersama kita. Saat ini kita berada di keramaian, kalau ada hal mencurigakan dilakukannya, seharusnya ini tidak akan menjadi masalah besar," jawab Naruto sambil berbisik.

Bisikan keduanya cukup pelan, sampai May tidak bisa mendengarnya dan hanya memiringkan kepalanya dengan tanda tanya yang muncul dari kepalanya. Ia tidak merasakan niat jahat di antara keduanya, setelah Naruto mengulurkan tangannya untuk membantunya. Lagi pula, dia tidak terlalu baik dalam menilai orang seperti ini, sehingga dia masih menyangka jika keduanya adalah orang baik, dan itu memang benar.

"Ba-Baiklah, namamu adalah, May, 'kan? Bagaimana kalau kamu jalan-jalan bersama kita? Aku rasa kamu sedang mengkhawatirkan sesuatu? Kami mungkin bisa membantu masalah yang sedang kamu hadapi, lho," kata Naruto sambil tersenyum ramah dan terlihat menyakinkan tanpa rasa bahaya.

"Ya!" jawab May cepat.

Nächstes Kapitel