webnovel

Last Day In Lonelywood

Diterpa oleh dingin malam hari di daerah penuh salju, ada seseorang yang mengeluh sambil mengigil kedinginan. Orang itu adalah Delta.

"ini semua salahmu"

"Ini kan perintah Fiona, salahkan saja dia"

"Tapi tetap saja, karena kau, aku juga jadi ikut disuruh"

"Terserah" aku menjawab datar.

"Apa kalian sudah menemukan jejaknya?"

"Belum, lagipula apa mereka benar-benar ada disini?" Ucapku.

"Chwingas sangat pemalu dan bertubuh kecil jadi sulit ditemukan, tapi aku pernah melihatnya beberapa kali"

"Memangnya seperti apa bentuknya?" Ujar Delta.

"Lagipula kau sudah melihatnya, kenapa kau mencarinya lagi?"

"Ada yang bilang kalau dia semacam roh, tapi sosok yang kulihat menyerupai boneka yang tingginya 6 inci, memakai topeng, berbadan kurus, dan rambutnya berantakan" Fiona menatap ke atas dan telunjuknya berada di dagunya, seakan-akan sedang mengingat momen itu "kata Orang-orang chwingas bisa memberikan hadiah berupa sihir"

"Kau juga bisa sihir kan?"

"Aku lebih penasaran sihir apa yang akan Chwingas beri nanti, jadi ayo kita cari sama-sama!"

"Aku berani bertaruh kalau kita tidak akan menemukan ap-"

"Itu Chwingas!" Delta tiba-tiba berlari.

"Hah?" Saat aku melihat apa yang Delta kejar, ternyata seekor rubah salju.

Tunggu sebentar, apa yang berada di atas rubah itu?

Saat aku menyipitkan mataku, aku bisa melihat chwingas dengan jelas, deskripsi yang Fiona katakan sangat tepat.

"Hei, jangan dikejar!" Aku berusaha mengejar Delta "dia akan ketakutan nantinya!"

aku membuat bola dari salju dan melempar Delta supaya dia mendengar perkataanku.

alih-alih mengenai Delta, bola salju itu tidak mengenai apapun.

Jika rumor itu benar, mana mungkin Chwingas memberikan hadiah karena telah mencoba menangkapnya.

Aku bisa melihat Fiona ikut berlari mengejar Chwingas.

Dasar orang-orang idiot!

"Delta, ayo kita cegat dia!"

"Baiklah!"

Delta mengambil jalur lain dan mencoba mencegat Chwingas.

Karena salju yang terus berguguran ini membuat jarak pandang kami semakin sempit, Sosok mereka berdua hilang seketika.

Pada akhirnya aku sendirian.

Bukan berarti aku benci sendirian tapi, suasana ini mengingatkanku tentang saat-saat terakhir aku meninggalkan kehidupanku dulu, yang berbeda hanyalah suhu disini lebih dingin.

Apa lebih baik aku pulang saja?

Saat aku hendak pulang, aku merasakan ada sesuatu yang sedang mengawasi.

"Siapa disana?" Aku menatap sekitar dengan waspada "asal kau tahu saja ya, ak-aku bisa berkelahi!"

Aku bisa merasakan sesuatu tapi hawa keberadaannya tidak ada sama sekali, jika dia itu makhluk hidup, aku pasti bisa merasakannya.

Aku menarik pedangku

"ayo keluar brengsek!"

Tidak salah lagi, ada hantu disini!

Slenderman? Arwah gadis yang bergentayangan? Atau mungkin vampir?

Tunggu sebentar, bukankah vampir tidak termasuk han-

*Bruk

Bola salju mendarat di punggungku.

Aku secara refleks menoleh kebelakang.

"Si-siapa disana!"

Saat aku melihat lebih teliti, ternyata ada seekor Chwingas disana.

Setelah melihat Chwingas, aku langsung merasa lega, seluruh pikiran negatif menghilang begitu saja. Mungkin aku cukup beruntung bertemu dengan Chwingas.

"Jadi kau kah... jangan membuatku kaget brengsek" aku menghela nafas

Apa dia tertarik dengan bola salju?

Aku membuat bola salju kecil dan melemparkan ke arahnya.

Bola salju tersebut membuatnya terjatuh. Dia kembali berdiri dan membuat bola salju dan melempar ke arahku.

Mungkin ini saatnya aku memastikan rumor tersebut. Akupun mengikuti permainannya.

Kami saling melempar bola salju satu sama lain.

Setelah cuaca semakin dingin aku menyudahi permainan ini.

"Hei, sudah... Aku ingin pulang...cuacanya dingin." Setiap kata yang kuucapkan aku sambil memperagakan sebuah gerakan yang menggambarkan kalimatku.

Chwingas datang mendekatiku dan diam di hadapanku, tidak lama kemudian ada aura berwarna biru terang menyelimuti tubuhku.

Hawa dingin yang sedari tadi menjalar ke tubuhku menghilang seketika.

"Hebat, aku tidak merasa dingin lagi" rumor itu ternyata benar.

Bruugh!

Bola salju mengenai tubuhku.

Jadi dia ingin main lagi?

Dibanding bermain bola salju, aku lebih tertarik sihir apalagi yang bisa dia keluarkan.

Tapi memaksa makhluk seperti ini tidak akan menghasilkan apapun.

Samar-samar aku bisa mendengar seseorang sedang terkekeh.

Chwingas pergi menjauh dariku dan bersembunyi dibalik pohon, tampaknya dia sadar kalau seseorang datang menuju kemari.

"Sampai bertemu lagi" aku melambai ke arahnya.

Chwingas hanya mengintip ke tempatku berada.

Mungkin alasan aku tidak merasakan hawa keberadaannya adalah karena dia seorang roh seperti yang Fiona bilang.

Tunggu... Siapa mereka?

Aura ini bukan berasal dari Fiona dan Delta, aku bisa merasakan kalau 3 orang sedang menuju kemari.

Anak panah tiba-tiba melesat ke arahku.

Meski anak panah itu berasal dari arah belakangku, aku bisa menghindari itu dengan mudah.

Aku berbalik dan mencari sosok yang menembakkan panah tadi.

Dari jauh aku bisa melihat sosok mereka bertiga samar-samar, mereka tidak terlihat dengan jelas karena salju yang terus berjatuhan.

Aku menatap tajam ke arah mereka.

Sosok mereka kini terlihat jelas.

Mereka bertiga seorang pria mungkin umurnya sekitar 30 tahun, dua dari mereka berjanggut dan yang satunya mempunyai rambut panjang yang diikat dengan gaya ponytail. Kedua orang berjanggut itu berbadan sedikit lebih besar dariku.

Satu orang yang berjanggut itu membawa Kapak dan satunya membawa pedang yang berukuran sedang, lebih besar dari pedangku. Satu orang lagi yang berambut ponytail membawa crossbow.

"Hei brengsek, Apa yang kau inginkan?" kataku, sambil menatap tajam

"Aduh, maaf, kukira kau seekor rusa, untung meleset" ucap orang yang berambut ponytail.

"Hahaha, maafkan temanku ini, adik kecil"

Meski mereka meminta maaf, tapi nada mereka seperti sedang meremehkan seseorang.

"Hei, lihat adik kecil ini marah, Sidar, ayo minta maaf dengan benar"

"Aku bilang sekali lagi, apa yang kau inginkan?"

--POV Sidar--

Apa ini? Suasana disini terasa menjadi berat, tatapan bocah itu seakan menusuk layaknya pedang yang sangat tajam.

Niat membunuh macam apa yang bisa membuat suasana sekitar menjadi berat?

Aku mundur satu langkah, saat merasakan perasaan ini.

Si-siapa dia sebenarnya?

--POV Zero Gabrand--

Setelah melepas niat membunuhku, mereka bertiga diam terpaku seketika.

Aku dengan gesit berlari ke tengah dan menghajar wajah pria berambut ponytail.

"Brengsek!" Pria yang membawa Kapak mengayunkan kapaknya kepadaku.

Aku memukul pergelangan tangannya membuat kapaknya terjatuh kemudian menendang perutnya.

Pria satunya yang membawa pedang menatapku dengan ekspresi ketakutan, keringat bercucuran di seluruh wajahnya.

Aku menarik kerahnya dan menatap dingin ke arahnya.

"Jangan paksakan keberuntunganmu"

Setelah melepas kerahnya, orang itu jatuh seketika.

"Cepatlah pergi, sebelum aku berubah pikiran"

Kedua pria berjanggut itu berdiri dengan wajah ketakutan, salah satu orang itu menggendong Si pria berambut ponytail.

Saat aku hendak pergi, Fiona dan Delta muncul dan mereka berpapasan dengan ketiga orang itu.

Mereka menatap Delta dan Fiona dengan sinis.

"Uwa! Kenapa dengan mereka? Apa terjadi sesuatu?"

"Pasti ini ulahmu, iya kan?"

"Mereka yang mulai duluan" aku menjawab datar "ngomong-ngomong bagaimana penangkapannya?"

"Kami gagal" Fiona berwajah lesu.

"Ini sal- ah tidak, ini karena tubuh Chwingas sangat kecil"

Aku tahu tadinya kau ingin menyalahkan Fiona, tapi kau mengurungkan niatmu kan? Apa bocah ini jatuh cinta pada Fiona?

"Lagipula jika kau mengejarnya seperti itu, Chwingas akan ketakutan"

"Kau pikir Chwingas akan mendatangi kita lalu memberi mantra sihir kepada kita begitu saja? Menangkapnya adalah satu-satunya cara" Delta berkata layaknya sedang berpidato.

"Itu benar!"

"Ngomong-ngomong aku sudah bertemu Chwingas dan dia memberiku mantra kebal dari suhu dingin"

Mendengar itu, Fiona terkejut dan Delta hanya menatap tidak percaya padaku.

"Benarkah?"

"Kau kan tadi berkelahi dengan orang-orang tadi"

Fiona mengangguk "benar juga"

Percuma saja berdebat dengan orang-orang bodoh seperti mereka

Aku menghela nafas panjang.

"Terserah, jika kau tidak mau percaya" aku membalikkan badanku "ayo pulang, bukankah kalian kedinginan, hidung kalian sampai memerah"

X--X

Akhirnya mantel yang dibuat dari kulit rusa putih sudah selesai dan kami saat ini berada di toko yang membuat mantel itu.

"Ini...ini sangat indah!" Mata Fiona berkilau.

"Bagaimana menurutmu nyonya, bagus bukan? Aku mendesainnya dengan teliti dan lihat, aku bahkan membuat saku yang cukup banyak di bagian dalam mantel itu"

"Mantel ini bisa dijadikan kamuflase,hmm... Tidak buruk"

"Ini sangat hangat!" Delta memakainya dengan antusias.

"Ini 30 koin emas" aku melempar kantung berisi koin.

Pedagang itu menangkap kantungnya.

"Senang berbisnis dengan anda tuan"

Kamipun pergi meninggalkan toko dan berjalan-jalan di kota.

"Fiona, setelah ini apa yang akan kau lakukan?"

"Tugasku disini sudah selesai, lagipula aku sudah dapat mantel baru" dia menaruh jarinya di dagu "apa aku pulang saja ya? Ngomong-ngomong sekarang apa yang akan kalian lakukan?"

"Kami sebenarnya mencari se-"

Aku menutup mulut Delta dengan tanganku.

"Kami kesini karena penasaran dengan dinginnya wilayah ini"

"Nampak mencurigakan" Fiona menyipitkan matanya.

"Sebentar, aku ingin bicara dengan Delta"

Kami membalikkan badan.

"Jangan beritahu Fiona"

"Kenapa? Apa salahnya?"

"Kau tidak ingin Fiona terlibat kan? Kita saat ini sedang mencari seorang pembunuh, kalau terjadi sesuatu, kau ingin tanggung jawab?"

"Benar juga"

Heiiii, apa yang kalian bicarakan?" Fiona berbicara sedikit lebih keras.

"A-ah tidak, kami hanya berbicara tentang... Ah ya, tentang pie apel"

"Hah?" Kami berdua ikut terkejut.

"Tunggu sebentar, kenapa kau ikut terkejut" Fiona menatapku dengan heran.

"A-aku selalu terkejut saat mendengar kalimat 'pie apel' benar kan?"

"Iya, benar sekali, bahkan suatu hari dia pernah hampir meninggal karena terkejut"

Hei, kebohongan macam apa itu? Orang bodoh pun akan tahu kalau itu sebuah kebohongan!

"Pembohong" Fiona menatap jengkel kepada kami dan menggembungkan pipinya.

"Begini, kau kan sibuk, kami tidak mau mengganggumu"

"Jangan mengalihkan pembicaraan"

Ah sial, sepertinya tidak ada cara lain.

"Baik, baik, aku sedang mencari seseorang, orang itu begitu penting"

Fiona menatapku dengan penuh kecurigaan.

Aku hanya bisa mengalihkan pandanganku.

Aku bukan berbohong, aku hanya mengatakan sebagian kebenaran.

"Seperti apa orang itu? mungkin aku tahu orang itu"

"Seperti ini" Delta mengambil kertas buronan dari tasnya.

"Tunggu! Kalian mencari buronan?"

Aku menatap Delta tanpa ekspresi.

Dasar bodoh.

Nächstes Kapitel