Pagi sekali Diva sudah terbangun lantaran mendengar suara bayi-bayinya menangis. Diva segera bangkit, setelah mengecup pipi suaminya pelan.
"Sayang, udah bangun ya? kalian haus ya?" Diva terkadang cukup bingung karena bayi cowoknya sangat jarang menangis, dia bahkan tak pernah mengekspresikan apapun.
Setelah di ingat-ingat, bayinya itu tidak pernah tersenyum. "Mars, kenapa sayang?" Diva mengusap pipinya pelan.
Bayi itu hanya menggeliat, melihat Diva seakan dia ingin ikut di gendonganya. "Bentar ya, biarin adik kamu dulu yang minum!" ucapnya.
Diva membiarkan putrinya minum dengan sangat rakus sepertinya dia sangat kehausan, sementara tangannya mengusap-usap pipi Mars pelan.
Sebenarnya bisa dia langsung menyusui mereka sekaligus, namun Diva tak berani jika ada suaminya saja dia melakukan itu.
Diva bersyukur setelah kedua bayinya lahir, air susunya keluar sangat deras, membuat kedua bayinya tak kekurangan asi.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com