webnovel

Ibu dari Seluruh Makhluk Kegelapan

Di lain sisi, seorang wanita tambun dengan badan separuh ular merayap sepanjang jalanan setapak hutan yang terjal⸺ia tampak tergesa-gesa dan ketakutan. Sebuah hantaman keras membuat wanita itu jatuh terjerembab keras ke tanah. Cairan kental merah yang anyir dimuntahkannya, menyebabkan permukaan tanah yang kering kotor akibat noda darah yang telah tercecer. Manik saganya bergetar karena rasa takut yang semakin membelitnya saat melihat sosok yang baru saja mendarat di hadapannya setelah sempat menghempaskannya.

'Sial, aku tertangkap,' maki wanita itu sembari mencengkram gumpalan tanah yang gersang.

Ia di sana. Pria yang menjadi salah satu pemilik sayap hitam, penguasa serta sosok yang sangat dikenal dan ditakuti di dunia bawah. Kini ia tengah membentangkan sayapnya lebar. Iris senjanya semakin menjadi pekat, hingga akhirnya berubah warna menjadi merah sepenuhnya. Tatapan nyalang yang penuh amarah diberikannya, tidak lupa sebuah buah tangan berupa kepala wanita berambut brunette di tangannya.

"Echidna," panggil Kieran dengan suara yang rendah dan terdengar dingin. Echidna menunduk dalam, tubuhnya langsung bersimpuh memberikan salam hormat pada sosok di hadapannya. Pria yang menjadi pemilik darah malaikat jatuh, Lucifer.

"Tu-tuanku … ada gerangan apa … A-Anda kemari?" tanya Echidna gugup. Ia bersusah payah agar tidak terdengar gemetar.

"Menurutmu, kenapa aku kemari? Bukankah seharusnya aku juga mengajukan pertanyaan yang sama padamu."

Padahal Kieran tidak menaikan nada bicaranya, tetapi sirat dingin pria itu berhasil membekukan setiap aliran darah salah satu penghuni dunia bawah. Echidna meneguk saliva, ia semakin gugup.

"A-apakah Anda sedang menemukan mangsa?"

Kieran mengangguk beberapa kali, seolah ia sedang berpikir saat mendengar pertanyaan wanita tambun itu.

"Hampir mirip denganmu … sayang sekali kita harus berselisih seperti ini."

"A-apa maksud Anda? Saya tidak merasa sedang berselisih dengan Anda."

Decakan kesal terdengar dari bibir Kieran. Matanya memandang jengah si wanita tambun yang berhasil membuat hatinya kesal. Bagaimana tidak ia baru saja dipergoki seperti seorang pencuri, tetapi raut penuh dustanya berusaha menunjukan bahwa ia tidak memahami ucapannya.

Sreettt

Buah tangan yang sempat dibawa Kieran dilemparnya begitu saja. Salah satu bagian tubuh seseorang yang sempat ia pungut. Echidna menggigit bibir bagian dalam miliknya saat menyadari identitas di balik kepala wanita berparas menawan di hadapannya.

"Kau pikir aku bodoh? Semua orang mungkin berhasil kau perdaya, tapi mencoba membodohiku? Kau terlalu percaya diri sekali," ujar Kieran diselingi dengan suara kekehan nyaring.

Iris merahnya masih memandang dengan tatapan yang meminta penjelasan dari Echidna yang masih setia membungkam bibirnya rapat.

"Mamuna …"

Satu nama yang baru saja dilontarkan Kieran berhasil membuat kedua bola mata Echidna terlempar keluar begitu mendengar. Tentu saja, ia pasti familiar dengan sosok yang disebutkan Kieran.

Mamuna, satu-satunya tangan kanan wanita tambun itu⸺yang paling setia. Sebenarnya ia tidak lemah, hingga bisa dikalahkan seorang iblis mana pun. Itu adalah dugaannya, tetapi segalanya berubah ketika ia merasakan hawa keberadaan tangan kanannya menghilang. Tepat setelah memberikan laporan, jika ia berhasil meletakkan racun di dalam tubuh gadis buruan pria itu. Ternyata semuanya menjadi masuk akal. Pantas saja Mamuna binasa secepat itu, bila lawannya sang raja dan malaikat kegelapan, Lucifer.

"Kau berani sekali menancapkan cakar pada jantung mangsaku dan hendak melawan rajamu sendiri."

Manik merah menyala Kieran menatap tepat langsung pada iris merah Echidna membuat wanita itu bergetar hebat. Ia belum pernah sekali pun bertemu Lucifer yang baru. Sehingga ia tidak mengetahui kekuatan mengerikan apa yang tersembunyi di balik sosok pria berparas menawan. Sayangnya kini ia tidak bisa mundur dia harus melakukannya demi abdinya pada seseorang.

"Wah … wah, aku tidak menyangka Lucifer yang baru saja lahir menemuiku," ucap Echidna angkuh yang mulai mengangkat kepalanya. Sayangnya keangkuhan wanita tambun itu tidak bertahan lama saat Kieran mulai berjalan mendekat.

"Argh-" Tetapi Echidna justru berteriak kesakitan. Seolah separuh tubuhnya sedang dipotong sosok di hadapannya, benar-benar kekuatan yang menakjubkan. Ia baru saja berucap beberapa patah kata dan kini ia terpotong bagaikan sashimi, sungguh kejam.

"Siapa Tuanmu?" tanya Kieran dingin. Echidna terbahak⸺ia meremehkan Kieran yang dianggapnya masih seperti bocah itu. Geram melihat kesombongan Echidna membuat tangannya langsung meraih kepala si wanita tambun dan menjambak rambutnya.

"Bocah, apa kau tak punya sopan santun?! Aku adalah ibu dari setiap makhluk kegelapan terkuat. Apa kau tahu?!"

Echidna menatap nyalang membalas tatapan Kieran yang sesaat berubah semakin dingin. Dari awal ia memang sudah membenci pria di hadapannya. Karena setelah Lucifer datang, dirinya mengambil alih dunia bawah dan menundukkan setiap kaum, bahkan para makhluk legenda.

"Dan kau nenek tua rendahan, apa tak punya sopan santun? Aku adalah raja dari dunia bawah, Lucifer."

"Dasar, makhluk terkutuk!! Argh-"

Setelah mengatakan itu Kieran membabat tubuh Echidna dengan api hitam, teriakan rasa sakit meraung-raung terdengar. Pekikan penuh derita menjadi simfoni yang menutup percakapan singkat mereka.

"Kau seharusnya berkaca terlebih dahulu … kita sama-sama makhluk terkutuk."

Iris merah nyala Kieran berubah perlahan menjadi warna senja. Kemudian ia memandang abu Echidna yang sempat mengumpatnya habis-habisan sebelum menjadi abu. Jika ia benar sebuah badai hendak menerjangnya beserta dengan sang nona muda, ia tak menyangka ada orang lain yang menggunakan kontrak dan sepertinya terlibat di dalamnya.

"Sial."

Kemudian tidak lama Kieran yang telah membereskan Echidna langsung melesat. Dalam beberapa menit ia telah kembali berdiri di hadapan Darel yang telah memasang pelindung miliknya. Alastair juga masih di sana dan menatap nyalang Kieran. Pria bermanik keperakan itu berdiri, tetapi ia hanya berjalan melewati Alastair. Membawa Dracella ke dekapannya dan menunduk di hadapan sang duke yang menghela nafas kasar sembari memijat pangkal hidungnya.

"Kita kembali, cepat!" titahnya tegas. Dan dalam hitungan detik mereka telah melesat menuju kediaman Salvador.

Nächstes Kapitel