webnovel

Kegundahan Sang Lady

"Karena aku telah menjadi bagian dari kegelapan, tak ada lagi yang perlu kutakutkan "

- Dracella Lux Silvester

Mendung serta gelap mengelilingi langit Zalcke, nona muda Silvester hari ini menemani duke Salvador untuk melaksanakan penyeledikan kasus yang lain di jantung kerajaan Velduria. Tentu, kedua pelayan setia mereka turut serta mendampingi sang tuan. Manik merah Kieran tampak sedang memperhatikan sekeliling stasiun⸻memindai satu persatu sembari membawa koper milik nona muda. Nona muda sendiri berjalan beriringan dengan tuan duke di depan sana, tangannya mengait pada lengan kekar sang duke. Kedatagan mereka ke jantung kota mengharuskan Keiran untuk tetap waspada. Barangkali para pembunuh tengah bersiap merebut jantung nona mudanya itu.

"Jangan melepaskan tanganmu dariku," ujar Alastair. Tangannya memindahkan tangan mungil Dracella pada genggamannya.

Bahkan Alastair sendiri menjadi lebih protektif dari biasanya⸻bagi Darcel itu hal aneh⸻tuan mudanya tidak pernah bersikap secara terang-terangan dalam menunjukkan perasaan maupun perhatiannya. Ketika sang duke masih bertunangan bersama putri viscount Merrel pun ia tetap dingin

Hanya saat bersama earl Silvester saja tuan mudanya itu tampak lebih lepas dan bebas. Karena semakin Alastair tumbuh dewasa, ia membangun dinding yang besar diantara orang-orang. Terkecuali gadis bersurai keemasan itu. Tanpa harus memohon, merengek dan menangis Dracella dapat menempati ruang dalam hati sang duke.

"Ternyata hujan ya?"

Tangan Dracella menjulur melewati bagian stasiun, sarung tangan hitam yang membungkus tangannya basah terkena tetesan hujan. Manik krimson menerawang jauh ke depan dingin bak tanpa jiwa.

"Tuan dan nona muda bisa duduk sembari menanti kereta kuda kita tiba, saya akan mencarikan minuman untuk menghangatkan anda," kata Kieran pada dua insan yang masih tidak beranjak dari tempat mereka berdiri.

Kemudian butler tampan itu melangkahkan kaki menuju jalanan sekitar stasiun⸻memeriksa beberapa kedai yang terjajar rapi, dan memutuskan untuk mampir di salah satunya. Kegiatan Kieran yang sedang menanti pesanan dua coklat panas terusik kala iris kemerahanny menangkap satu sosok yang cukup familiar. Pemilik surai senja yang berayun seiringan dengan langkahnya yang ringan.

"Bukankah ini akan sedikit menarik ketika ketiganya bertemu," ujar Keiran, kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyum rupawan yang lain.

****

"Kau tersangkut di mana? Aku pikir kau tersesat dan terbunuh oleh preman pinggir jalan." Darcel tersenyum remeh sembari menerima segelas cup coklat yang baru saja dilemparkan adik tersayangnya.

" Ah, maafkan tangan ku tergelincir," ucap Darcel dengan sebuah senyum simpul. Kedua manik senada yang sempat bertubrukan sengit akhirnya memutuskan kontak mereka saat tuan dan nona mereka telah duduk menempatkan diri.

Sepanjang perjalanan diisi perbincangan antara Alastair dan Darcell yang berdiskusi terkait berkas-berkas kasus yang mereka tangani, sementara Dracella memilih memperhatikan jalanan ibu kota dari balik jendela, hingga tiba-tiba iris krimsonnya gemetar ketika menemukan satu sosok yang mengusiknya. Rambut senja bergelombang, iris zamrud yang menyala dan senyum riang nan lebar. Tidak hanya itu ternyata ada juga sosok lain di sampingnya⸻ia yang akhir-akhir ini menjadi alasan mimpi buruknya kembali.

Tangan Dracella tanpa sadar mencengkram erat gaunnya hingga kusut, jantungnya dipompa semakin cepat. Bahkan ia merasa mulai tak fokus, perlahan nafasnya mulai terasa berat. Keringat dingin membanjiri tubuh sang nona⸻kilasan demi kilasan terlintas mengusik dan membuatnya pusing tiba-tiba saja.

"Dracella!"

Suara husky Alastair yang memanggilnya membuat Dracella menengok ke arah pria tampan bersurai platina yang menatap tepat kedua iris krimsonnya. Pandangan mata Dracella beralih pada sosok Kieran yang diam dan mengulum senyum tipis.

'Sial! Iblis itu tahu, jika pria biadab itu berada di ibu kota.'

"Dracella, ada apa denganmu? Apa kau sakit?"

Sang duke tampak khawatir mencari jawaban dari pemilik manik krimson itu. Tiba-tiba saja ia merasa sebuah dorongan membuat tubuhnya maju dan berakhir menubruk tubuh Dracella.

"P-e-l-u-k," ucap Darcel tanpa suara. Alastair mendelik tajam begitu memahami ucapan sang butler, meski begitu karena desakan iblis gila itu akhirnya sang duke memeluk tubuh Dracella⸻sedikit canggung dan terasa aneh.

Selanjutnya ia bergerak sesuai instruksi Darcel. Kini ia menepuk punggung gadis itu pelan,cukup lama hingga akhirnya ia dapat mendengar deru nafas Dracella kembali teratur. Mereka terdiam cukup lama dalam posisi itu, bahkan para butler telah selesai merapikan barang mereka ke dalam vila milik sang duke.

"Dracella?"Panggil Alastair pelan. Karena tidak ada jawaban akhirnya dirinya sadar tunangannya itu telah terlelap, entah sejak kapan.

Pria itu menghela nafas pelan dan mulai mengangkat tubuh Dracella perlahan. Ia turun dari kereta begitu pelan dan hati-hati. Ketika ia berhasil menapak, ia telah menemukan sosok para butler yang berdiri di sana⸻tersenyum sembari membungkuk.

Alastair mulai berjalan, dan menatap Kieran. Pria itu menimang sejenak dan memutuskan mengalihkan tubuh Dracella pada sang butler agar ia dapat memindahkannyake kamar. Karena ada sedikit urusan yang harus ia urus membuat sang duke harus bergerak cepat. Sehingga akhirnya hanya ada Dracella dan Kieran yang tertinggal di sana.

"Maafkan saya, Tuan muda. Tapi apakah ada yang salah?" tanya Darcel sopan. Alastair yang baru saja memasuki kereta kuda dan mendudukan dirinya masih terdiam penuh dengan berbagai pertanyaan.

"Tuan muda, apakah Anda ingin mengetahui apa yang terjadi pada nona muda?" tanya Darcel lagi mendengar nama gadisnya disebut membuat Alastair segera mengalihkan tatapanya pada butlernya itu.

"Sejujurnya saya tak tau mengetahui apa yang terjadi. nona muda tak pernah bercerita apapun pada Anda terlebih lagi saya. Tetapi menurut pendapat saya, setelah saya melihat apa yang terjadi tadi, saya rasa nona mengalami trauma dan ketakutan."

"Mungkin saja ada hal lain yang mengusik dirinya, Tuan. Sehingga membuat nona gelisah, ketakutan, marah atau yang lain. Dan yang pasti seseorang itu sangat mengganggu benaknya," imbuh Darcell mencoba memberi penjelasan⸻seolah ia mengetahui apa yang tengah menjadi pertanyaan sang tuan. Alastair menghela nafas pelan, entah sejak kapan ia menjadi seperti ini.

"Ini benar-benar, menggelikan" gumamnya pelan.

Nächstes Kapitel