webnovel

Hello Kitty

Kakinya memang melangkah cepat, tapi mata lelaki itu sibuk mencari sosok yang harus ia temui secepatnya. Beberpa tempat yang biasanya digunakan oleh mantan pacarnya itu untuk nongkrong, tetapi tak ada tanda-tanda keberadaannya.

"Galak, aku mau ambil sepatuku sekalian. Itu sepatu kesayanganku dan nggak boleh sampai hilang atau rusak. Kalau sampai itu terjadi, akan aku jadikan kamu suami yang paling menderita selama kita nikah kontrak! Ingat, aku bisa minta tolong pada ayahmu!"

Kata-kata yang dikirim May melalui ponselnya kemarin pagi masih terngiang di otaknya. Ia harus segera menemukan perempuan yang memakai sepatu May, jika ia ingin selamat. Mengingat May adalah tipe perempuan yang berani, ancamannya tak bisa diremehkan begitu saja.

Kesal, sudah jelas. Ia benar-benar tak suka jika harus diancam menggunakan nama ayahnya. Ditambah yang mengancamnya hanya calon istri kontraknya. Ujung-ujungnya ia hanya akan di kirim Afrika jika betul-betul membuat ulah.

"Galaksi my sweety!"

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sosok yang sejak tadi ia cari kini malah datang sendiri menghampirinya. Galaksi langsung berbalik dan fokus pandangannya langsung ia jatuhkan pada kaki Ponia---mantannya.

"Nya, gue minta balik sepatu yang lo pakai?" ucap Galaksi to the point.

"Hah? Apa? Balikin! Kenapa?" tanya Ponia setengah tak percaya.

"Ternyata itu sepatu kesayangan sepupu gue," jawabnya datar.

Saat kejadian Galaksi pergi ke kampus kemarin, mobilnya sempat dipinjam oleh Ponia untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Sebab, mantannya itu biasanya diantar-jemput oleh sopir pribadi, dan saat itu sopirnya sedang ada kendala untuk pergi. Alhasil Ponia meminjam mobil Galaksi dan malah menemukan sepatu May yang tertinggal. Saat Ponia bertanya pasal pemilik sepatu, Galaksi berbohong jika sepatu tersebut milik sepupu yang kini berada di luar negeri. Makanya saat Ponia meminta, Galaksi hanya mengiyakan.

Ia pikir ia bisa mengganti sepatu May dengan meminta perempuan itu untuk mencari sendiri. Namun, peringatan di pesan May membuat Galaksi harus menagih sepatu itu.

"Terus gue pake apa dong, Gal? Masa gue nyeker," keluh Ponia dengan nada sedih.

"Lah, bukannya gebetan lo banyak yang tajir. Minta dibeliin dong!" Galaksi mengulurkan tangannya. "Cepat lepas tuh sepatu, atau gue potong beserta kaki lo, mau?" ancam Galaksi.

Mau tak mau Ponia pun melepasnya. "Gal, lo emang nggak mau tanggung jawab apa sama gue? Gue malu nih," gerutunya.

Galaksi menghela napasnya lelah. Ia mengeluarkan dompet dari sakunya lalu mengambil uang bergambar presiden pertama Republik Indonesia sekitar 5 lembar, lalu mengulurkan pada Ponia. "Nih, gue harap cukup buat nyari sepatu baru!"

Terjadilah barter diantara keduanya. Setelah Ponia pergi dengan mengucapkan terimakasih pada Galaksi, lelaki dengan gaya rambut quiff haircut itu langsung memasukkan sepatu May ke dalam tas. Saat netranya melirik jam di pergelangan tangan, ia terkejut karena sudah menunjukkan pukul 1 lewat 5 menit.

"S*al, gue telat makul Manajemen Investasi!" umpatnya lalu berlari menuju kelasnya.

***

"May, kamu kenapa melamun, sih?"

Perempuan yang ditegur itu masih juga terdiam, pandangan matanya menerawang jauh entah ke mana, sementara tangannya sibuk memutar-mutarkan garpu di mangkuk yang berisi mie kuah.

"May!" Wega menyentuh tangan May.

"Aaaa! Aku nggak mau me---" May langsung menghentikkan kalimatnya ketika hampir saja keceplosan menyebutkan kata-kata yang berbahaya. "Memakan mie ini. Ya, aku mendadak kenyang," lanjut May dengan senyum yang ia paksakan.

"Lah, bukannya kamu katanya lapar?" Wega bertanya heran.

"Ah, nggak tahu. Mungkin ini efek lagi bulanan, mood-ku jadi agak labil gitu," keluhnya. Walau kenyataannya begitu tapi yang ia ucaokan hanya alibi agar tak ketahuan galau karena pernikahan yang sudah di depan mata. Ia juga tak mungkin jujur soal dirinya yang sedang memikirkan nasip pernikahan kontrak yang tinggal 6 hari lagi. Bisa-bisa Wega heboh sendiri jika tahu.

"Ya udah, kalau gitu biar aku yang makan aja, kan mubazir kalau dibuang." Wega menarik mangkuk May ke arahnya lalu mulai memakannya.

"Ga, kamu udah ada keinginan menikah?" tanya May spontanitas.

Butuh waktu beberapa detik untuk Wega menyelesaikan kunyahannya lalu menelan. "Aku sih belum ada keinginan, May. Lagian kehidupan pernikahan itu ribet dan banyak hal yang rumit. Aku sendiri sih belum siap," paparnya. "Eh, apa kamu udah mau menikah?" Wega bertanya dengan antusias.

"Bukan!" bantah May cepat. "Aku ... aku cuma penasaran aja sih sama yang namanya pernikahan," jawabnya sembari menatap ke arah lain.

"Aku juga nggak tahu banget, tapi kalau kamu mau nikah, ya cari buku tentang nikah dong! Biar bisa jadi istri idaman," usul Wega.

May berdiri. "Ga ... kayanya aku harus cerita sama kamu deh." Ia pindah duduk di samping Wega.

"Kenapa, May?" Wega menjauhkan mangkuk mi dari dekatnya lalu menghadap ke arah May yang terlihat serius.

"Aku dijodohin, Ga."

"Apa!? Dijodohin?" pekik Wega histeris lalu menutup mulutnya sendiri karena sadar ucapannya tadi kelewat kencang. "Seriusan?" tanyanya dengan nada lebih pelan.

"Iya, dan tahu nggak, tanggal 27 besok aku beneran nikah, tapi kontrak."

"Pernikahan kontrak? Bukannya pernikahan itu merugikan perempuan, ya? Kalau kamu punya anak dan kontrak habis gimana?" Wega memijit keningnya. Ia tak rela jika sahabatnya harus mengalami pernikahan kontrak seperti itu.

"Nggak, Ga. Aku nikah, tapi kami nggak berhubungan sampai lebih kok. Hanya sekedar untuk mengikat. Kalau nggak cocok bisa cerai, dan kalai cocok bisa---" May terdiam sesaat, rasanya sulit untuk mengucapkan kalimat terakhirnya. "Bisa lanjut dan resmi menjadi pasangan seumur hidup."

"Siapa yang punya ide konyol gini sih, May? Kok kamu nggak nolak aja, kamu nggak tahu lelaki calon kamu seperti apa. Kalau dia jahat dan kejam gimana?" tutur Wega mengeluarkan pikiran negatifnya. "Masa iya nanti kamu jadi kaya istri-istri yang di sinema televisi. Pokoknya aku nggak rela!" ucapnya dengan menggebu-gebu.

"Aku sudah berusaha, Ga. Tapi malah semakin membuatku takut. Jadi aku mau coba pasrah aja. Toh aku masih punya Kimnar yang bisa menemaniku sepanjang hari," ucap May sembari membayangkan semua kegiatannya ditemani oleh Kimnar.

***

Galaksi membawa dua buah katalog ke toko tempat ia memesan cincin dan baju pernikahannya. Padahal kata sang papa, acara ini hanya akan dihadiri oleh keluarga inti dan saksi saja, tapi tetap saja beliau menginginkan pernikahan ini seperti pernikahan besar.

Sebelum menyerahkan katalog kepada pihak toko, Galaksi melihat yang menjadi pilihan dari May. Ia merasa pilihan May tak terlalu buruk, namun ada catatan kecil yang memancing rasa penasaran Galaksi.

"Di bagian dalam cincin, untuk mengampit nama Galaksi harus ada ukiran kepala Hello Kitty"

Galaksi beralih ke katalog baju pernikahan yang ternyata juga ada catatan pada setiap pilihan baju pernikahannya. Ada beberap ornamen baju yang May pinta untuk diganti menjadi bentuk Hello Kitty.

Lelaki itu langsung menerawang pada ingatan saat ia pertama kali bertemu May. May yang mengenakan jepit rambut bentuk Hello Kitty, anting bentuk kepala Hello Kitty, sepatu yang pengancingnya berbentuk kepala Hello kitty, dan ikat pinggang kecil yang melingkar di dress yang juga bergambar Hello Kitty.

"May suka sama Hello Kitty, ya?" gumam Galaksi seraya menutup katalog. "Semoga nggak suka sama hewan aslinya," imbuhnya.

Nächstes Kapitel