webnovel

Berdarah Biru Seperti Kita

Pria itu merespon, "Ah terima kasih ratu atas pujiannya. Tapi diriku bukanlah sebuah orang yang suka membuang-buang waktu. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Tata kelola perdana menteri sebelumnya begitu sangat kacau, tak mengherankan jika negeri ini juga menjadi sangat rentan dan mudah untuk dikendalikan. Di pertemuan pertama ini, aku akan menunjukkan padamu tim kabinet kerja dariku."

Mendapat respon seperti itu tentu saja membuat Camila merasa semakin di singgung olehnya. Sikap antusiasme dan kegigihan yang ditunjukkan tampak menarik simpatinya. Mereka pada akhirnya memutuskan untuk membahas hal itu pada pertemuan pertama kali ini.

***

Pertemuan keduanya berlangsung dengan sangat baik dan lancar, walau sang ratu paham bahasa yang digunakan oleh perdana menteri yang baru ini. Sosok yang sedikit mencolok dan sering mencapurkan kosa katanya dengan sindiran-sindiran halus.

Sebelum sang perdana menteri meninggalkan istana, sang ratu memastikan bahwa perdana menteri dan kelompok partainya juga harus hadir pada perayaan yang malam nanti akan dirinya selenggarakan. Jabat tangan yang terjadi di antara keduanya mengakhiri sesi pertemuan mereka secara penuh pada hari ini, setelah membahas mengenai beberapa hal termasuk tim kabinet yang akan di pimpin oleh pria berusia dua puluh lima tahun itu.

Ini baru langkah awal, tapi Camila sudah tampak kewalahan menghadapi pria yang baru pertama kali menginjakkan kaki di istana ini. Semangat mudahnya cukup begitu membara dan setiap tatapan yang dia arahkan tampak begitu menusuk.

Sikap baik yang tampil sepertinya hanyalah sebuah bentuk keterpaksaan karena mereka yang mau tak mau terikat dalam satu lingkup kerja yang sama. Tak ada yang terlihat tulus, semuanya jauh lebih parah dari yang bisa sang ratu bayangkan. Pria itu dan kelompoknya benar-benar bisa menjadi ancaman besar baginya baik sekarang atau mungkin suatu hari nanti.

Namun hal itu tentu saja takkan membuat Camila berhenti, dia akan melakukan segala cara untuk terus mengambil simpati dari sang perdana menteri. Ini baru saja pertemuan pertama, masih banyak sesi temu lainnya di setiap minggu yang akan mereka adakan. Sang ratu tentu saja bersikap otimis akan hal itu.

Dia harus berusaha menggali setiap rencana dan langkah dari pria itu, walau semuanya terkesan mustahil untuk saat ini, ketika dia menilai dari pandangan sosok itu melalui kesimpulan pertemuan pertama.

Camila menarik dan menghembuskan nafas di udara, ia sangat sadar bahwa tantangan yang datang padanya kali ini jauh lebih berat dari yang ia kira. Tapi sebagai seorang pemimpin, tak ada pilihan baginya untuk mundur. Dirinya harus menghadapinya secara penuh baik sekarang ataupun di masa yang akan datang.

Di sisi lain, Pangeran Veliz pada akhirnya membawa Putri Shaerbeek untuk menemui Anna. Beberapa hari terakhir sang pangeran sudah mengajak sang putri, akan tetapi ajakannya tersebut selalu mendapat penolakan.

Putri Shaerbeek sering kali beralasan bahwa dirinya memiliki beberapa hal yang harus diurusnya terlebih dahulu sebelum akhirnya dia mau bertemu Anna. Padahal mereka berdua tahu bahwa yang berusaha untuk masuk pada proyek ini adalah Alice itu sendiri, akan tetapi justru tampaknya terlihat seperti Adam yang memaksakan segalanya.

Dalam hati, Pangeran Adam tentu saja menaruh rasa kecurigaan yang semakin besar pada Putri Shaerbeek dan tingkahnya yang mencurigakan. Pasalnya juga, setiap kali Adam mencoba mengulik informasi dari dirinya, maka pasti mantan calon kakak iparnya itu berusaha menghindar, seakan dia tahu akan langkah dan niat sang pangeran.

***

"Anna, perkenalkan ini Alice Shaerbeek. Kau pasti sudah banyak mengenal dirinya. Dan Alice perkenalkan ini Anna Braveheart," sahut Pangeran Adam saat akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk saling bertemu.

"Iya, tentu saja. Putri Shaerbeek sudah sangat begitu terkenal. Sosoknya juga merupakan salah satu panutan bagi orang-orang seperti kami," ujar Anna dengan bangga saat bertemu sang putri untuk pertama kali secara langsung.

"Ah kau bisa saja. Diriku juga mendengar beberapa hal luar biasa mengenai dirimu," kata Alice sedikit menampakkan senyumannya.

"Benarkah? Sungguh sebuah kehormatan bagiku mendengar hal itu langsung darimu," respon Anna dengan mata berbinar-binar.

Setelah saling mengenal sati sama lain, mereka semua yang tengah berada pada kantor milik Anna mulai membahas dan mendiskusikan hal-hal yang menjadi cakupan proyek dimana Anna di beri kekuasaan penuh sebagai penanggung jawab oleh sang ratu. Alice berkata dengan tegas, "Kau harus tahu bahwa proyek ini sebenarnya sangat begitu berarti bagiku."

Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Putri Shaerbeek, Anna mudah sekali tersentuh pada setiap kalimat tersebut. Sedangkan Adam justru sudah mulai merasa basi pada hal sama yang terus di bahas oleh putri dari Norwegia tersebut.

Sang pangeran bahkan menyinggung, "Oh, luar biasa sekali. Tapi jujur, aku cukup penasaran, mengapa hal ini bisa sangat berarti bagimu?

Alice yang mendengar hal itu hanya bisa menampilkan senyum manisnya yang menampakkan sedikit dari giginya yang cemerlang, tanpa membalas ucapan tersebut.

Pertemuan dengan Anna membuat keduanya menjadi tahu bahwa proyek yang mereka jalankan bersama ini ternyata akan berhasil dan sukses dalam waktu sekitar dua sampai tiga bulan mendatang dengan peresmian yang rencananya akan dilakukan secara segera mungkun. Tentu saja selama tidak ada halangan yang merintang atau menghalangi jalan rencana mereka.

Setelah menyelesaikan pertemuan untuk membahas megenai proyek ini, Putri Shaerbeek meminta izin untuk pergi terlebih dahulu, meninggalkan keduanya. Wanita itu lagi-lagi beralasan bahwa ada hal penting yang harus dirinya kerjakan di luar sana.

"Apa kau sudah harus pergi Alice? Kita baru saja akan membicarakan detail-detail tambahan lainnya," singgung sang pangeran.

"Ah iya, ada urusan mendadak yang teramat penting, yang harus aku lakukan saat ini. Maaf aku tak bisa melanjutkan pembicaraan ini," ucap Alice.

"Seberapa pentingkah urusanmu itu? soalnya aku melihat dari tadi kau terus menatap-natap ponselmu," kata Adam menyindir sang putri.

"Kalian tahu seberapa sibuknya diriku. aku tak hanya datang kemari dengan berpangku tangan. Banyak urusan lain yang juga harus kukerjakan di saat yang sama," paparnya.

"Aku percaya bahwa kau dan Anna adalah tim yang luar biasa untuk menyelesaikan ini semua. Aku akan kembali bergabung di lain waktu," tambah Alice.

Pangeran Veliz di satu sisi merasa penasaran pada gerak gerik Putri Shaerbeek yang begitu mencurigakan, sedangkan di sisi lain dirinya bersyukur bahwa dengan perginya sang putri maka dirinya dapat menghabiskan waktu untuk berdua-duaan dengan Anna. Tapi saat Alice melangkah pergi, sang pangeran segera mengirimkan sebuah pesan pada suruhannya untuk lanjut mengintai putri yang berasal dari Norwegia itu.

***

Waktu yang berjalan dan terus bergulir tanpa terasa berhasil menelan sinar cahaya mentari pertanda siang telah berganti malam. Kondisi di Istana Windsor saat ini telah dihiasi sebegitu indahnya dan di tata sesuai permintaan yang ratu telah ajukan secara pribadi.

**To Be Continued**

Bagaimana menurut kalian chapter yang satu ini? Tinggalkan gift, vote, like dan juga opini kalian di kolom komentar. Trims!

M_Jiefcreators' thoughts
Nächstes Kapitel