Selesai mandi dan ganti pakaian, Eza menghampiri Arga yang sedang sibuk membereskan pakaian di koper, untuk dirapihkan, kemudian menaruhnya di dalam lemari yang sudah disiapkan oleh pemilik rumah sewa.
"Ga, aku keluar sebentar ke toko buat cari beberapa keperluan kita selama tinggal di sini." Pamit Eza, ia berdiri di depan pintu kamar.
"Oke hati hati, oia Eza pakainamu apa boleh nanti aku rapikan sekalian." Tawar Arga.
"Kalo kamu capek istirahat aja biar aku sendiri yang ngrapihin nanti."
Tolak Eza sambil berjalan ke arah luar. Tidak lama kemudian terdengar suara motor, yang artinya Eza sudah pergi mencari toko untuk membeli beberapa keperluan untuk mereka selama berada di sana.
Tidak butuh waktu lama Arga membereskan pakaianya sendiri. Setelelah semua miliknya sudah rapih, Arga membuka koper milik Eza. Ia akan merapihkan pakaian Eza, meski pemilik nya suduah melarang.
Barang bawaan Eza sangat banyak, lebih banyak dua kali lipat dari bawaan Arga. Yah begitulah Eza, selalu mempersiapkan semua keperluanya dengan baik. Eza tidak ingin ada yang kurang dalam segala sesuatu, enatah itu untuk pekerjaan ataupun pribadi.
Merpikan barang-barangnya, dan juga barang-barang milik Eza, ditambah setelah melakukan perjalanan jauh, membuat Arga kelelahan dan mengantuk. Tapi Arga ingat Eza belum pulang dari toko, mau tidak mau Arga menahan kantuknya, dan memutuskan untuk menunggu Eza duduk di ruang tamu.
Sesekali dia melihat ke arah jam yang menempel di dinding ruang tamu.
"Sudah malam kok belum pulang ya?" Gumam Arga.
Rasa lelah dan ngantuk sudah tak ter-tahankan lagi, Arga merubah posisi yang tadinya duduk menjadi berbaring di kursi panjang yang ada di ruang tamu. Ia men-selonjorkan kakinya merenggangkan otot-otot yang terasa kaku.
Sekuat tenaga Arga mencoba untuk tidak tidur, tapi semakin ditahan rasa kantuknya semakin menjadi. Hingga akhirnya ia menguap panjang__tanda kalo ia benar-benar sudah sangat ngantuk. Matanya pun semakin berat, hingga pada akhirnya Arga tertidur dengan pulas sebelum Eza pulang.
Selang beberapa saat kemudian Eza pulang dengan membawa beberapa barang belanjaan yang dibungkus kantong plastik besar.
Melihat pintu yang agak sedikt terbuka Eza langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia melihat Arga sedang tertidur sangat pulas dan nyenyak sekali. Eza hanya tersenyum melihat Arga yang tertidur pulas di kursi panjang, hanya mengenakan kolor dan kaus tipis.
Setelah melihat seklias wajah Arga yang tengah terdidur pulas, kemudian Eza menuju ke dapur untuk menyimpaan barang belanjaan yang baru saja beli.
Tidak lama kemudian, Eza kembali ke arah ruang tamu. Awalnya Eza berniat ingin membangunkan Arga supaya tidur di dalam kamar. Namun ia merasa tidak tega karna melihat Arga yang tidurnya sangat pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan.
Eza mengurungkan niatnya untuk mebangunkan Arga, kemudian Eza masuk ke kamar mengambil bantal dan selimut untuk diberikan pada Arga. Karena udarah Jogja malam itu sangat dingin. Eza merasa kalo Arga pasti kedinginan.
Eza mengangkat kepla Arga perlahan agar tidak terbangun, kemuidan manidurkanya di bantal yang baru saja ia ambil. Lalu ia menutupi tubuh Arga yang hanya mengenakan kolor, dan kaus tipis itu dengan selimut supaya lebih hangat.
Rupanya Arga benar-benar lelah dan sangat pulas tidurnya, Arga sama sekali tidak terbangun saat Eza memberikanya bantal dan selimat. Arga hanya mengeliat sedikit dan merasakan hangatnya selimut. Eza hanya tersenyum tipis melihat Arga yang tertidur pulas dan kemudian dia berjalan ke arah kamar.
Sesampainya di kamar Eza hanya duduk di sisi dipan. Setelah beberapa saat terdiam, Eza mengambil handphone di dalam saku celanannya. Ia berniat menghubungi tunanganya sekedar memberi kabar dan melepas rasa rindunya walau hanya melalui saluran udara. Namun beberapa kali panggilan tidak ada jawaban, Eza kemudian menutup telponya dan melemparkan HPnya ke atas kasur.
Mungkin sudah tidur, bisik Eza, karna waktu memang sudah larut malam. Kemudian Eza terlihat membaringkan badanya di atas kasur, menghadap langit-langit.
Namun dari dalam kamar yang pintunya belum tertutup, Eza melihat Arga yang masih tidur di ruang tamu.
Eza teringat kata-kata Arga yang akan tidur di ruang tamu tadi siang.
Terlihat Eza berpikir selama beberapa saat, tidak lama setelah itu ia keluar dengan membawa bantal dan juga selimut.
Eza memutuskan malam ini untuk tidur di ruang tamu menemani Arga.
Eza tidak ingin Arga tersinggung karna tidak membangungkanya, walau sebenrnya ia ingin menyuruhnya pindah di kamar tidur. Namun hanya karna takut menggaungu tidurnya, Eza terpaksa mengurungkan niatnya.
Eza juga tidak ingin mersakan enaknya tidur di kamar sendiri, sementara Arga harus tidur di luar di kursi yang sempit. Eza hanya ingin menjaga perasaan Arga ketika besok pagi dia terbangun.
Maka dari itu Eza memutuskan untuk tidur di ruang tamu.
Karna kursi panjang cuma ada satu, Eza berusaha menyatukan dua kursi pendek yang masih ada di ruang tamu. Ia menghubungankan kursi tersebut menjadi satu suapaya menjadi panjang.
Eza menaru bantal dan membaringkan tubuhnya pada korsi yang baru saja ia gabung menjadi satu. Lalu ditariknya selimut untuk menghangatkan tubuhnya. Tidak lama kemudian Eza-pun iukut terlelap dalam tidur. Ia juga sama seperti Arga, sangat lelah.
Malam pertama mereka di rumah sewa, meraka tidur di ruang tamu. Eza sengaja tidur di ruang tamu, hanya karna sebuah perasaan. perasaan peduli dan perasaan simpatik.
Dan hanya karna sebuah perasaan yang ingin menjaga perasaan.
====
Tbc