webnovel

Chapter 44 : Rumor Di Rumah Song

Wu Nian melihat ekpresi mereka semua, dia segera melototi mereka. "Apa yang kalian lihat? Ayo pergi sesegera mungkin. Jika tidak, Tuan Gong akan memecat kita semua."

Para pelayan segera menjadi pucat, mereka bersiap untuk pergi ke Kota. Karena ini adalah pengantaran, jadi Wu Nian secara pribadi mengantar barang ke ibu Kota. Butuh 4 hari 3 malam untuk pergi ke ibu kota. Untung jalan yang mereka lewati aman dari para bandit.

Jika tidak, dia tidak akan berani melakukan perjalanan ini. Wu Nian sudah bersiap semuanya. Dia pergi meninggalkan daerahnya ke ibu kota.

_____

Yan Mao dan Song Tianchen masuk ke dalam, mereka melihat bahwa kedua anak-anak sedang berlatih. "Anak-anak masih berlatih?"

Song Tianchen menganggukkan kepalanya. Karena kedua anak mereka ingin belajar, Song Tianchen mengajari mereka. Hal pertama adalah mereka melakukan langkah fondasi. Keduanya memegang kayu didepannya dan setengah berjongkok.

Wajah keduanya berkeringat, Yan Mao menghembuskan napasnya dengan lembut, meskipun mereka sudah mulai satu jam yang lalu, keduanya sama sekali tidak menyerah. Yan Mao menatap Song Tianchen.

"Bukankah memaksa mereka melakukan seperti ini? Jangan terlalu membebankan mereka. Tidak baik untuk pertumbuhan mereka." Yan Mao menasehati Song Tianchen. Pria tampan itu tersenyum. "Istri kamu salah, pada saat usia seperti ini adalah saat yang bagus untuk membangun fondasi mereka. Aku tidak ingin mereka menyia-nyiakan waktu yang tepat ini."

Yan Mao menatapnya dengan lembut, "Baiklah, aku akan menyiapkan sarapan untuk kalian semua. Ngomong-ngomong, apakah Ayah dan Daddy pergi ke sawah?"

Song Tianchen menganggukkan kepalanya. "Ya, mereka mengatakan bahwa ada beberapa masalah, mereka takut jika ini tidak segera ditangani, mereka tidak akan memanen apapun tahun ini."

Yan Mao menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Kalau begitu aku akan memasak sekarang."

Kedua anak itu melihat kearah Ayah dan Daddynya berbicara, mereka tidak bisa berbicara. Semakin mereka berbicara, semakin berat beban di tangan mereka. Song Tianchen melihat keduanya benar-benar antusias. Dia menarik ujung bibirnya dan tersenyum.

----

Song Tianchen tersenyum. "Kalian bisa istirahat sekarang."

Ketika mendengarkan suara Ayahnya, keduanya melepaskan beban berat di tangan mereka. Tangannya terasa sakit dan kaku. Ember air di lepas, air tumpah dimana-mata. Song Tianchen tersenyum. "Ayo duduk di sini. Kalian istirahat dulu."

Keduanya berjalan bersama, mereka duduk di sebelah kiri dan kanan. Song Tianchen menggosok kepala keduanya. "Apakah kalian menyerah?"

Tentu saja mereka berdua tidak akan menyerah, mereka menggelengkan kepalanya. Erbao menatap kearah Ayahnya. "Ayah, berapa lama kami akan memegang ini?"

Song Tianchen menyentuh dagunya, "Sampai kalian terbiasa. Ayah akan mengawasi kalian setiap hari. Jika kalian benar-benar tegap memegang ember air, Ayah akan melatih kalian berbagai gerakan."

Dabao bersemangat, "Ayah, bisakah kami sekuat dirimu?"

"Tentu, bahkan kalian bisa melampaui ayahmu." Song Tianchen memuji keduanya, dua anak itu bersemangat, dan mereka bisa mengalahkan Ayah mereka. Mereka semakin termotivasi. Yan Mao selesai memasak.

Dia melihat mereka sedang mengobrol dengan tawa, dia tersenyum senang. Dia tidak berpikir bahwa dia akan memiliki pasangan dan dua putra yang manis. Semakin banyak Yan Mao melihat, semakin dia terbiasa dengan dunia ini.

Dia bahkan menerima dirinya sebagai Ger dan bisa melahirkan anak-anak. Yan Mao sebelumnya sering membaca buku cerita di sela waktu, dia menemukan beberapa cerita yang menarik.

Dia akhirnya menghela napas, untungnya aku tidak terlahir ke dunia ABO, jika aku menjadi seorang Omega, aku pasti akan mati pada saat heat.

Yan Mao memanggil mereka, "Anak-anak, saatnya sarapan."

Kedua anak itu melompat dari kursi mereka dan segera berlari ke dapur. Song Tianchen menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju dapur. Yan Mao sudah menata semua makanan. Ketika kedua bocah itu menatap makanan di depan mereka. Keduanya hampir meneteskan liurnya.

Yan Mao melototi mereka, "Hati-hati menjatuhkan liur kalian."

Kedua anak itu malu, mereka segera duduk dan mengambil sumpit mereka. Empat orang makan dengan bahagia.

____

Hari ini adalah pembangunan terakhir rumah mereka. Ini adalah rumah bata biru yang besar dan indah. Sejauh ini, hanya rumah Song Tianchen dan Yan Mao yang dibangun dengan bata biru. Pada saat yang sama, Xiang Wu juga membangun sebuah rumah.

Dia juga membangun rumah bata biru, namun tidak sebesar milik Song Tianchen. Tidak hanya dia, bahkan mereka yang pergi ke kemiliteran, mereka membangun rumah bata biru masing-masing. Hanya ada 3 pemuda yang masih belum menikah.

Beberapa mak complang datang melamar mereka. Sayang sekali, tidak dari mereka tertarik. Meskipun usia mereka sudah 19 tahun, mereka masih belum ingin menikah. Tiba-tiba desa meledak dengan desas desus bahwa mereka menghasilkan banyak uang.

Tentu saja, mereka menghasilkan banyak uang. Song Tianchen dan Yan Mao pergi ke pasar dengan kereta mereka sendiri. Mereka berencana untuk membeli babi untuk para pekerja. Mereka kembali pada saat sore hari.

Yan Mao membagi masing-masing 1 kati dan juga beberapa permen untuk anak-anak mereka. Yan Mao adalah orang pertama yang murah hati. Ketika hari hampir gelap, semua pekerja berkumpul.

Yan Mao dan Song Tianchen membagikan gaji mereka dan juga daging yang mereka siapkan. Para pekerja pulang dengan wajah cerah. Yan Mao dan Song Tianchen tersenyum. Mereka masuk ke dalam rumah.

Keesokan paginya, Yan Mao meminta Song Tianchen untuk mengumpulkan sisa rumput kering halus yang dia kumpulkan. Karena dia membutuhkan untuk media tanam. Yan Mao mencangkul tanah dan mencampurnya dengan tanah subur dan juga pupuk kandang.

Dia mencangkul tanah dan menambahkan air. Ketika tanah sudah bisa dibentuk. Dia membuat bentuk bulat, lalu menyusunnya di tempat ruang rata. Dia melihat bahwa Song Tianchen kembali.

Pria itu menatap istrinya, dia membantu sehingga pekerjaan Yan Mao lebih cepat. Yan Mao mengambil benih yang sudah di rendam dengan air ajaib. Dia meletakkan masing-masing dua biji paprika ke tanah.

Selesai dengan semuanya, dia menutupi dengan rumput kering halus, lalu menaburi diatas bibit paprikanya. Song Tianchen mengambil air seperti yang diperintahkan oleh Yan Mao. Ger itu mengambil baskom air, lalu menggunakan sendok air dan meletakkan tangannya.

Dia menyiram tangannya dengan air sehingga air bertaburan dimana-mana. Setelah menyiram bibitnya, Song Tianchen membantu Yan Mao membangun kanopi untuk melindungi bibir sehingga tidak terkena langsung sinar matahari.

Setelah selesai, Yan Mao membersihkan tangannya. Song Tianchen membantu kedua anak-anaknya belajar. Setelah latihan bela diri, mereka berdua latihan menulis dengan Ayahnya.

Yan Mao keluar rumah, lalu tangannya di tarik oleh Ger Tong. Yan Mao mengerutkan alisnya. "Tong Ge'Er, ada apa?"

"Apakah kamu belum mendengar rumor di rumah Song?" suara Ger Tong jelas bersemangat, Yan Mao menggelengkan kepalanya. "Aku selalu berada di rumah, jadi tidak tahu apa yang terjadi di rumah mereka."

Nächstes Kapitel