webnovel

Bab 1 chpater 2 Blind Man

" Aku sedikit rindu dengan kegelapan itu " Eloi saat ini berada di kamarnya yang telah di tata ulang, dengan semua furniture tidak berguna di keluarkan dan hanya menyisakan ranjang, 1 lemari pakaian dan sebuah cermin raksasa berukuran 2*4 meter tepat di depan ranjang nya.

" Mana di dunia ini kurang bisa memenuhi kebutuhan mana ku, atau mungkin memang aku yang terlalu boros mana ? " Ia menatap dirinya didepan cermin yang mana tubuhnya di dunia ini berubah sesuai dengan apa yang ia latih di dalam kegelapan tak berujung.

Eloi menciptakan kloning dirinya seperti saat berada di dunia bayangan, dengan adanya cahaya yang menampilkan secara jelas fitur-fitur kloning itu tampak lebih menyeramkan.

" Hmm, Aku menyukai diriku yang ini " ia memperhatikan kloningannya, dengan aura dingin dan kejam tanpa ekspresi.

" Apakah aku selama ini terlihat seperti mu ? "

" ... " Bayangan itu hanya diam.

" Baik mari kita lihat apakah kau sebaik disana "

Eloi membungkus kepalanya dengan perban agar menutupi identitasnya ia tidak lagi harus melihat menggunakan mata nya, dengan persepsi nya yang dapat merasakan apapun dalam radius maksimal 1km² dan semakin dekat ia berkonsentrasi semakin tajam apa yang bisa ia rasakan.

Dengan mengenakan jubah hitam tanpa menggunakan atasan, ia terlihat seperti seorang petualang yang kuat dan penuh pengalaman tempur.

Pada malam itu Eloi menyelinap keluar dari rumah bangsawan Toria yang merupakan basis utama kelompok reformasi, dengan penjagaan super ketat dan patroli di sekitar ia melewati mereka dengan mudah.

Selama berada di dalam kegelapan, Eloi telah melatih apapun dalam dirinya hal itu didukung oleh melimpah nya mana dan tenang nya dunia itu.

Karena ia tidak memiliki guru selama di dunia kegelapan, dengan penelitian nya sendiri Eloi mampu merubah beberapa fungsi anggota tubuhnya karena toh saat di sana ia tidak memerlukan nya begitu pikiran Eloi.

Ia tak perlu menggunakan mata untuk melihat, ia tak perlu menggunakan mulut untuk bicara karena mampu menyalurkan gelombang mana agar menjadi suara dalam kepala penerima seperti telepati, dan yang terakhir adalah hawa keberadaan nya.

Selama di dunia kegelapan Eloi telah bereksperimen dengan mana secara ekstrim, mungkin kalau ia melatih dirinya saat berada di dunia nyata hanya kematian berulang yang akan menjadi hasil.

" Mari kita pastikan dulu lingkungan sekitar " Eloi memperluas kesadaran nya hingga batas maksimal, dan perubahan ekspresi terlihat di wajah nya dengan senyum jahat dibalik perban.

" Ku temukan kau ... " Eloi segera membuat kloning nya, dan memerintahkan untuk menangkap dua orang yang memperhatikan keadaan mansion dari jauh.

(~•~)

Di dapur mansion terlihat Clarissa mengintip dari balik pintu, dari raut wajah nya ia tampak waspada pada sesuatu atau lebih tepatnya kepada sahabatnya.

Setelah kejadian itu Clarissa sangat takut untuk berbicara dengan Elina karena sahabat nya itu sangat ahli dalam memperdaya orang dengan kata-kata nya, lebih buruk lagi bahkan sang korban akan dengan polos mengatakan semua rahasianya.

Di kalangan pekerja wanita kerajaan ia adalah seorang Dewi yang kejam, namun sebagian seorang teman ia adalah yang terbaik untuk peran itu.

" Huuhh, untung saja ia tidak ada .. " Clarissa menghela nafas lega sahabatnya tidak ada di dapur, ia melewatkan makan malam agar tidak bertemu dengan nya dan saat ini rasa laparnya sudah tidak tertahankan.

" Apa yang kau lakukan Clarissa ? " Elina datang ke dapur dengan membawa beberapa bahan masakan.

" Ah itu ... Tidak aku hanya sedang berpatroli dan kebetulan melewati dapur " dengan panik ia mencari alasan namun sangat tidak tepat karena ia bukan penjaga, melihat itu Elina hanya tersenyum nakal dan berjalan masuk ke dapur.

" Kau tadi tidak ada saat makan malam, mungkin tugas mu menjaga pangeran sangat berat hingga membuat mu lupa makan bukan ? " Elina mencuci sayuran bermaksud membuat makanan untuk sahabat nya yang belum makan.

" Tidak ... Ah iya maksudku, tugas itu cukup membuat ku kelelahan hehe " dengan polos Clarissa mulai masuk ke perangkap sahabat nya.

" Kau harus menjaga kesehatan mu Clarissa, siapa tau pangeran tiba-tiba membutuhkan perawatan spesial mu "

" Aku selalu siap tenang saja, tugas ini membuat ku bahag .. ah maksudku bersemangat, iya bersemangat "

" Jadi kau bahagia dengan itu kan ? " Elina hanya melirik sahabatnya yang saat ini tertunduk karena ada rasa malu di wajah nya.

" ... " Clarissa hanya menutup wajahnya dengan kedua tangan karena mengingat kejadian tempo hari.

" AHEMM, jadi kau menikmati nya bukan ? " Tanpa berhenti memasak Elina menguasai sahabat nya itu.

" Tunggu ! Kau .. apa kau mengetahui itu ? " Dengan panik Clarissa langsung mendekati Elina yang tampak tidak terganggu dengan ucapan sahabat nya.

" Lebih dari itu sayangku, aku melihatnya, semuanya xixixi " Elina terkikik dan memainkan kata-kata nya.

" Aku sudah di sana sejak awal Clarissa, namun saat aku ingin mengetuk pintu ada suara desahan dari gadis polos yang terdengar menikmati "

" Aku.. aku tidak.. ah baik, aku mengakui jadi hentikan mempermainkan ku "

" Hu hu hu, jadi Clarissa yang suci telah melepaskan kesuciannya bukan "

" AKU MASIH, kami ... Belum melakukan apapun. Kalau saja kau tidak .. aku sudah " Clarissa sedikit kesal dalam lamunan nya, namun segera ia kembali menatap Elina.

" Aduh maafkan aku, karena membuat mu masih perawan maka dari itu masakan ini adalah permintaan maaf ku yang tulus "

" Hei, kata-kata mu sangat menghina ku " Clarissa menarik pipi Elina dengan kedua tangannya.

Setelah selesai mengobrol Mereka berdua pun melanjutkan pekerjaan masing-masing di dapur itu, dan berpisah untuk tidur.

(~•~)

Di ujung tebing di atas hutan terdapat dua orang yang telah terikat sulur pohon dengan seseorang yang terbakar api hitam berdiri di depan mereka.

Namun beberapa saat kemudian datang orang lain dengan wajahnya di tutup perbedaan dan hanya menampilkan mulutnya saja.

Tanpa berkata apa-apa, Eloi yang baru hadir langsung menginjak tulang kering dari dua orang yang terikat.

( KRRAAKKK, ARHHH... )

Kedua orang itu berteriak dan menggeliat kesakitan.

" Kami akan bicara, semuanya... Kami akan memberikan informasi nya jadi tolong hentikan ! " Kedua orang itu memohon satu sama lain, namun Eloi tetap menyiksa mereka.

Suara teriakan bergema setiap saat selama setengah jam, dan terlihat keadaan mereka yang telah berantakan dengan kaki mereka hancur tanpa tulang.

" Jadi mari buat ini mudah, siapa yang mengetahui lebih banyak informasi ? " Eloi pun berbicara stelah selesai menyiksa mereka.

" Aku adalah wakil komandan korps pengintai jadi aku tau informasi mengenai target-target " pria yang lebih tua berkata.

" Tidak tuan, aku lebih berguna karena anggota pasukan khusus keluarga Velar jadi informasi internal kerjaan akan lebih berguna bagi mu " mereka saling menyatakan pangkat dan jenis informasi yang mereka tau berebut untuk hidup mereka di ampuni.

" Bagus kau akan berguna, dan kau akan menjadi contoh bagi teman mu agar lebih mudah berbicara " Eloi mendekati pria yang lebih tua, dan memerintahkan bayangan hitam untuk membuka mulut pria itu.

" Karena kau tidak harus bicara lagi maka lidah mu tidak berguna, mari kita buang itu " Eloi dengan senyum mengerikan mengambil pisau di balik jubahnya dan menarik lidah pria itu.

Jeritan nyaring di gantikan dengan suara teriakan yang aneh dari pria yang di potong lidahnya, sedangkan untuk yang satunya hanya melihat dengan ngeri.

" Bial ann auu aii ( biarkan aku mati ) " wakil korps pengintai memohon kematian kepada Eloi, namun bukannya segera membunuh nya Eloi malah menguliti pria itu dengan kejam, memotong apapun yang bisa ia potong seperti telinga, jari, bahkan mencongkel kedua mata nya.

Kalalu saja pria itu tidak mengeliat mungkin Eloi sudah menganggap nya mati, namun karena rasa sakit yang tidak tertahankan membuat pria itu berusaha memberontak.

Selesai dengan semua itu, Eloi membawa pria yang merupakan anggota pasukan khusus keluarga Velar dengan kedua kakinya yang telah patah dan babak belur menuju dekat patroli pasukan reformasi.

" Sekarang kau merangkak lah menuju pasukan itu, aku akan mengawasi mu saat mendekati mereka dan katakan siapa kau dan tujuan mu di sekitar Tereas "

Orang itu hanya mengangguk panik, ia tidak mau berakhir seperti temannya yang datang bersamaan.

Setelah malam itu daerah Tereas dilanda kehebohan, muncul desas desus bahwa ada pria buta yang kejam mencari korban dan menyiksa nya sampai memohon kematian.

Namun Eloi yang dari pagi buta telah berlatih di halaman belakang mansion tidak terganggu dengan kabar itu, ia malah terkejut karena berita itu cukup buruk isi nya.

" Dasar publik, lebih suka melihat sisi negatif daripada positif nya " Eloi mengayunkan pedang kayu dengan sangat kuat dan tepat, membuat hembusan angin dalam setiap tebasan.

Banyak para gadis baik maid maupun pasukan penjaga terkesima dengan segala nya yang mereka lihat.

" Selamat pagi pangeran, saya cukup terkejut anda akan melawan saya besok lusa " dengan sedikit hormat pria dengan armor besi lengkap datang dari kerumunan.

" Tuan Hanz, selamat pagi " Eloi menyelesaikan tebasan vertikal kebawah, dengan tekanan yang kuat hingga membuat kawah kecil di ujung pedang nya.

" Aku melihat anda telah banyak berubah sejak pelatihan saya " Hanz yang merupakan komandan pasukan keamanan melatih pangeran selama di kastil, namun ia terkesima melihat muridnya telah banyak berkembang.

" Terimakasih atas pujiannya guru, saya harap anda tidak akan membuat pertandingan menjadi mudah " Eloi meletakkan pedagang kayu yang sedikit retak karena tebasan terakhir nya.

" Tentu pangeran, dan jangan panggil aku guru lagi. Saat ini kau mungkin telah melampaui ku " Hanz mengambil dua pedang besi latihan dan melemparkannya ke Eloi.

" Tidak, walaupun aku berkembang itu semua berkat dasar yang kau berikan komandan Hanz " Eloi menanggapi ajakan duel Hanz dan mengambil sikap bertarung.

" Kalau begitu mari kita ngobrol santai " setelah Hanz mencabut pedang nya, suara dentingan logam bergema dengan nyaring.

Penonton yang awalnya hanya wanita, kini bertambah dan membuat kerumunan orang dari berbagai macam menonton dengan meneriakkan jagoan nya masing-masing.

Salah satu wakil kapten wanita menengahi sebagai juri, dengan memberikan aba-aba untuk mulai.

Komandan Hanz mulai menyerbu ke depan dengan kuat, ia terlihat seperti banteng yang menerjang apapun yang ada di depan nya dengan memegang pedang dengan kedua tangan ia mengayunkan tebasan miring ke arah leher Eloi.

Melihat itu Eloi hanya terdiam dengan sikap berpedang seperti olahraga anggar yang membuat penonton heran dan beberapa wanita meneriakkan kata awas dengan panik, namun sesaat kemudian suara benturan logam bergema.

Ujung pedang komandan Hanz berhenti beberapa cm dari leher Eloi, juri yang bersiap mengehentikan pertandingan terhenti dengan mulutnya siap meneriakkan kata selesai.

Penonton yang tegang kembali terkesima dan para wanita sedikit ngeri dengan pertunjukan itu namun jadi makin terkesima dengan pangeran mereka, Eloi yang menggerakkan sedikit pedagang nya menghalangi serangan komandan Hanz segera menepis pedagang yang saling menekan itu.

" Sebelumnya, aku berterima kasih kepada mu pangeran karena telah memudahkan pekerjaan kami " Hanz memulai percakapan dalam intensitas adu pedang mereka.

" Aku tidak .. melakukan apapun " Eloi berusaha mengelak atas tuduhan yang mengarah pada kejadian tadi malam.

" Tidak perlu sungkan, kami para atasan membahas ini dengan ratu dan pelayanan anda dan menyimpulkan bahwa ciri-ciri yang di maksud mengarah kepada anda " Hanz menjelaskan kejadian interogasi dan hal setelah nya.

" Baik saja maka " Eloi tidak menepis lagi dan mengakui.

" Namun anda cukup kejam melakukan itu semua sendirian, kami harap anda tidak terlalu terbebani rasa marah dan kebencian anda ... " Hanz dan para elit yang membicarakan tentang tindakan pangeran merasa bahwa kebencian dan dendam yang Eloi rasakan membuatnya menjadi seorang yang kejam.

" ... " Eloi hanya diam.

Mereka berdua telah beradu pedagang dalam posisi yang sama-sama kuat dengan keunggulan masing-masing,dan penonton makin ramai membuat keributan dengan sorak-sorai.

" Baiklah komandan Hanz, mari kita akhiri ini " Eloi melirik penonton yang hadir.

" Sesuai keinginan anda pangeran Eloi, datang lah dengan semua yang anda miliki " Hanz mencengkram erat pedang nya dengan kedua tangan.

Dengan posisi pertahanan Hanz berdiri di tempatnya, Eloi menerjang seperti seekor macan yang melihat mangsa besar cepat dan fleksibel.

Komandan Hanz mengayunkan pedangnya secara lurus kebawah dengan tenang yang luar biasa tepat di kepala Eloi yang masuk tepat di bawahnya, Eloi tidak berusaha menghindar dan tetap menerjemahkan masuk ke arah serangan komandan Hanz.

Namun saat tepat Hanz ingin menghentikan serangannya karena tidak ingin membunuh pangeran segera menghentikan tindakannya setelah mendengar suara teriakan wasit.

Ia kemudian sadar dan melihat bahwa pangeran Eloi tidak ada di ujung pedangnya, dan terkejut karena di depan lehernya ada sembilan pedagang yang berasal dari samping kirinya dengan wajah tajam pangeran Eloi melirik nya tajam.

" Sudah kuduga anda telah berkembang, pangeran Eloi " Hanz melonggarkan pedagang nya dan segera menunduk tanda akhir duel.

" Begitu juga anda komandan, menahan kemampuan anda sebenarnya " Eloi pun telah menyarungkan senjatanya dan memberikan sikap hormat yang sama.

Mereka berdua berbasa-basi sebentar dan mengakhiri sesi latihan tersebut dengan hasil seri.

(~•~)

Di sebuah ruangan gorden menutup setelah duel berkahir.

" Sepertinya Syafiq telah berkembang, aku merasakan aliran sihir dalam serangan terakhirnya " Sintia yang berdiri dari jendela berjalan ke sebelah ratu Aria.

" Entahlah, aku merasa dia juga telah berubah menjadi sesuatu yang bukan Syafiq yang kita kenal " Aria hanya duduk lemas di kursi nya.

" Selain ia menjadi mampu menggabungkan sihir, kepribadian nya sekarang sangat dingin dan ... Kejam " Aria melanjutkan.

" Aku harap ia tetap sama seperti Syafiq yang penuh kelembutan, namun saat seorang pria memiliki kekuatan ada harga yang ia bayar untuk itu " Sintia duduk di ujung meja ratu Aria yang penuh dengan tumpukan kertas.

" Kita hanya bisa berdoa dan membersamai nya ... " Aria mereka frustasi karena perubahan anaknya yang mungkin di sebabkan oleh kebencian dan dendam, namun yang membebani nya adalah ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu.

Nächstes Kapitel