webnovel

Aura yang Berbeda

Illona bekerja paruh waktu di restoran cepat saji yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ia memilih tempat itu karena di sana satu-satunya tempat yang menerima anak sekolahan seperti dirinya.

Kling!

Pertanda pintu terbuka terdengar di telinga gadis yang tengah menjaga restoran kecil itu seorang diri.

"Selamat da—tang." Kata-kata sapaan yang selalu ia ucapkan kepada pelanggan yang baru masuk tiba-tiba terhenti. Matanya pun membulat melihat sosok yang baru saja membuka pintu.

"Ketemu!" Dengan napas terengah-engah, satu kata itu menyapa telinga Illona.

"Hu-hugo? Kenapa kamu di sini?" Illona bingung dan panik melihat teman barunya ada di tempat kerjanya.

Hugo yang napasnya masih terengah-engah, kini berdiri di depan Illona meski ada dinding pendek yang menghalangi keduanya. Laki-laki itu kini memesan minuman bersoda dengan es yang banyak. Dengan segera Illona menyiapkan pesanan Hugo, karena bagaimanapun, Hugo adalah pembelinya.

Setelah memberikan minuman itu kepada Hugo, laki-laki itu lantas bertanya berapa yang harus dibayarnya. Namun, Illona berkata bahwa Hugo tidak perlu membayar karena dirinya sedang mentraktir pria itu untuk ganti makan siang di sekolah tadi.

Hugo berkata pada Illona, bahwa dirinya tidak mengharap imbalan. Namun, Illona tidak mau tahu sebab dirinya merasa tidak enak hati jika harus menerima tanpa memberi.

"Hah, kamu ini memang keras kepala ya," ucap Hugo sembari memegangi kepalanya. "Ya sudah, aku terima ya? Terima kasih!" imbuh Hugo sembari tersenyum dan sedikit mengangkat gelas minumnya.

Wajah Illona memerah. Ia merasa malu karena selama hidupnya baru kali ini dia membelikan seorang pria. Terlebih lagi rasa senang karena Hugo menerimanya, membuat wajah yang memerah menjadi semakin merah.

"Oiya, Apa kamu tahu, Illona?" Hugo masih berdiri di depan Illona karena memang keadaan toko itu tengah sepi.

"Tahu apa?" tanya gadis itu penasaran.

"Kamu cantik dengan poni seperti itu, cocok untukmu!" seru Hugo. Senyum lebar menghiasi wajah tampan laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

"A-apa?" Wajah Illona semakin memerah. Jantungnya berdetak kencang saat Hugo mengatakan hal itu.

Tingkah lucu gadis itu membuat Hugo terkekeh. Ia merasa Illona sangat menggemaskan hingga membuatnya ingin menggoda gadis itu lagi. Namun, Hugo harus berhenti saat suara pintu terbuka menyapa telinga kedua remaja tersebut.

Kini Hugo berkata akan menunggu Illona di bangku yang berada paling depan dari meja kasir. Mata Illona pun masih memandang ke arah laki-laki itu hingga ia dikejutkan oleh suara pelanggan yang tengah memesan.

Saat Illona tengah berbalik untuk menyiapkan makanan, gadis itu sempat memegang poninya yang dinaikkan sembari tersenyum. Illona memang lebih rapi dengan tampilan seperti itu. Kesan suram yang selalu teman-temannya layangkan pun tidak lagi terlihat dari gadis itu. Ia benar-benar memancarkan kecantikannya dengan penampilan yang kini disuguhkannya.

Pujian dari Hugo itu, benar-benar membuat gadis yang tengah bekerja menjadi tidak fokus. Namun, Illona tidak mau mengacaukan pekerjaannya karena dia sudah berjanji tidak akan kehilangan pekerjaan itu.

"Silakan pesanannya. Selamat menikmati dan jangan lupa datang kembali!" seru Illona dengan ramah. Senyum lebar juga terlihat di wajah gadis cantik itu hingga membuat Hugo yang tengah menatapnya tertegun.

'Cantik sekali!' Matanya tidak beralih menatap Illona. Laki-laki itu tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Illona benar-benar terlihat seperti orang lain di mata Hugo. Aura dari gadis itu pun berubah dari biasa yang ia tahu di sekolah.

Setelah pembeli itu keluar, Hugo menatap Illona tanpa berkedip. Ia pun berkata, "Apa kamu benar Illona?"

Gadis yang menatap ke arah pintu dengan cepat beralih menatap laki-laki yang baru saja berbicara. "A-apa? Apa maksudmu?" tanya Illona tidak paham dengan maksud perkataan Hugo.

Laki-laki yang tegah terduduk pun tersenyum. Dia lantas menjawab, "Kamu benar-benar semakin cantik dengan kepribadian seperti ini. Aku bahkan jadi tidak tahu mana dirimu yang sebenarnya."

Illona terdiam. Dia pun menatap Hugo dari tempatnya berdiri. Gadis itu lantas memberi tahu laki-laki di hadapannya bahwa apa yang dia lakukan saat ini adalah tuntutan bekerja. Dia juga menyampaikan bahwa dirinya tidak mau membuat pelanggan takut dengan sikapnya yang kaku.

Hugo terdiam. Tidak lama kemudian ia berkata, "Apakah tidak bisa kamu menggunakan kepribadianmu yang sekarang? Mungkin kamu akan terlihat lebih ceria."

Melihat Illona yang tidak merespon membuat Hugo tersadar bahwa kata-kata yang ia ucapkan tidak tepat. Dengan segera laki-laki itu pun meminta maaf karena terlalu mencampuri hidup Illona.

"Sudahlah tidak apa-apa. Omong-omong bagaimana kamu bisa kemari? Bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini?" tanya Illona penasaran. Ia ingin menanyakannya sejak tadi. Namun, karena ada pelanggan datang, perbincangan mereka pun terputus.

Hugo menggaruk tengkuknya meski tidak terasa gatal. Laki-laki itu pun langsung menjawab dan memberitahu Illona bahwa dirinya sudah berkeliling beberapa toko di sekitar. Ia mengatakan bahwa sejak tadi dirinya menghubungi Illona, tetapi tidak ada jawaban.

Illona pun memberitahu laki-laki itu bahwa dirinya tidak memegang ponsel saat bekerja. Dia juga bertanya bagaimana Hugo bisa kepikiran mencari di toko yang ada di sekitar. Tidak hanya itu, rasa penasaran Illona pun memuncak. Ia juga ingin tahu kenapa laki-laki itu mencarinya sampai menyusul ke tempatnya bekerja.

"Ya, pertama aku cari kemungkinan yang mudah dulu. Kamu pasti akan mencari tempat bekerja yang dekat untuk menghemat ongkos transportasi. Jadi, tujuan utamaku mencari di sekitar rumahmu. Dan untuk apa aku kemari, aku masih ingin tahu. Apa kamu benar-benar tidak ingin ikut aku pergi" tanya Hugo penuh harap agar gadis itu mengangguk setuju.

Illona menghela napas. "Maaf Hugo, aku benar-benar tidak bisa ikut. Aku pulang masih malam nanti dan sekarang tidak mungkin aku meninggalkan pekerjaanku," jawab gadis itu.

Hugo tampak kecewa, tetapi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Akhirnya laki-laki itu pun meminta maaf karena sudah memaksa. Ia kemudian berpamitan dengan Illona karena dirinya harus segera pergi.

Illona mengangguk dan melambaikan tangan. Hugo pun membalas lambaian tangan gadis itu dengan senyum yang mengiringinya.

"Sampai jumpa besok di sekolah!" seru Hugo yang sudah memegang pull handle. Meski akan segera pergi, sebenarnya Hugo masih ingin menghabiskan waktu bersama gadis cantik itu.

"Sampai jumpa! Hati-hati di jalan!" sahut Illona yang masih melambaikan tangan.

Hugo tersenyum dan membuka pintu itu. Satu kakinya pun sudah melangkah keluar. Namun, tidak lama kemudian ia berbalik dan membuat Illona yang sempat mengalihkan pandangan kembali menatap ke arah laki-laki itu dengan terkejut.

"Kamu cantik seperti itu!" seru Hugo. Setelah mengatakan itu dia benar-benar pergi. Menyisakan gadis yang tengah mematung setelah mendengar kata-katanya.

Nächstes Kapitel