webnovel

The Light 2

Suara lolongan bergema di hutan yang gelap, deru angin, dan pergerakan tumbuhan di sekitar. Berbeda dengan suasana menakutkan yang mengelilingi  Han Yiyue, di sisi lain hutan beberapa orang bergerak cepat sesuai perintah.

He Xi Huan memasuki hutan bersama beberapa orang mencari Han Yiyue. Mereka mulai berpencar secara kelompok, ada juga Lucas dan kelompok kecilnya sore tadi.

Meskipun lelah dan baru saja tiba di rumah dan merasa lelah, ketika He Xi Huan mendengar keributan di halaman samping lalu mengatahui permasalahan yang menimpa, dia sama sekali tidak tenang.

Sebaliknya, begitu mengetahui bahwa Han Yiyue tertinggal di hutan, tanpa sadar ia merasa cemas. Memang tidak begitu kentara, bahkan alasan kecemasan itu saja tidak diketahui, tetapi ia tidak bisa tenang dengan membiarkan beberapa orang saja yang mencari.

Pada akhirnya, He Xi Huan menyuruh lebih banyak orang untuk pergi, bahkan memutuskan ikut. Hal itu awalnya menimbulkan perdebatan dengan Jamie, tetapi tidak ada yang bisa menghentikannya. 

Semua orang berpikir jika dia mengambil keputusan itu karena alasan yang berkaitan dengan bisnisnya, tetapi tidak ada yang menyadari perubahan ringan di manik matanya. Selain kecemasan, terdapat juga beberapa emosi lain seperti amarah dan sedikit penyesalan. Tidak  ada alasan pasti untuk emosi tersebut dirasakan yang jelas He Xi Huan enggan untuk kehilangan Han Yiyue secepat ini. 

Dia merasa jika bocah itu, Han Yiyue, mirip dengan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Sayang, dia tidak bisa menjags orang itu dan membuatnya bertahan hingga saat ini. Karena hal itulah dia merasa tidak ingin melakukan kesalahan yang sama seperti dulu dan berusaha keras melindungi Han Yiyue tanpa sadar.

Malam ketika Han Yiyue hampir berada dalam tangan Pedro sudah cukup untuk membuatnya merasa lelah sepanjang hari ini karena memikirkan berbagai cara agar bocah itu tetap bisa melakukan pekerjaannya, tetapi juga tidak mengalami bahaya.

Seekor serigala tiba-tiba muncul dari balik semak-semak, hal itu mengejutkan mereka. Untungnya tidak ada yang kehilangan fokus, dengan cepat mengeluarkan pistol dan mengarahkan pada hewan tersenut. 

Lolongan terdengar pilu sebelum hewan itu melarikan diri dengan susah payah, meski begitu tidak ada yang  berani bersantai. Serigala merupakan hewan yang hidup berkelompok, jika ada satu akan ada beberapa lagi.

"Lanjutkan dengan cepat!" perintah He Xi Huan kemudian kembali berjalan di depan. Seolah mengetahui keberadaan Han Yiyue, He Xi Huan berjalan secara acak dan tanpa pikir panjang.

Cahaya senter menyorot mata Han Yiyue yang berada di atas pohon, membuatnya berkedip beberapa kali dan mengusap mata sampai benar-benar yakin jika memang ada orang di sekitarnya. 

Dengan suara nyaring dia berteriak, "He Xi Huan!"

Nama itu keluar begitu saja dari mulutnya, tentu karena perasaan yang menganggap bahwa si pemilik nama adalah penyelamatnya. 

Cahaya senter semakin dekat dan bergerak-gerak sebelum memaku ke arahnya dan membuatnya memejamkan mata, tetapi mulut tidak berhenti menggumamkan nama yang sama.

Kericuhan singkat terjadi, satu per satu berseru dengan semangat. "Dia ada di sini!"

Perubahan  suasana hati yang dirasakan Han Yiyue terlalu mendadak membuatnya merasa bodoh dalam beberapa saat. Teriakan di sekitar tidak didengar sama sekali, dia juga tidak bisa melihat apa-apa karena cahaya senter masih menyorot wajahnya. Burusaha menghindar dan mencari celah untuk mengintip, ketika manik matanya dapat menangkap bayangan, sosok He Xi Huan memblokir cahaya senter.

Hal itu membuat penampakannya terlihat seperti dewa dengan lingkaran cahaya di belakangnya. 

Han Yiyue terlalu bersemangat, tanpa memikirkan luka di kaki dan tubuhnya kemungkinan besar dapat terbanting ke tanah, dia melompat dari atas. Untungnya jarak He Xi Huan tidak terlalu jauh dari pohon itu dan berhasil menangkap tubuhnya.

He Xi Huan yang tidak menyangka akan tindakan impulsif Han Yiyue merasa kesal dan mengeratkan rahang ketika berkata, "Kau …."

Namun, kritikan dan keluhannya tersangkut di tenggorokan. Suara tangis terdengar dari bocah dalam pelukannya, alih-alih terdengar pilu, itu seperti teriakan putus asa. Ditambah dengan Han Yiyue yang mengeratkan pelukan, menenggelamkan wajah di dada pihak lain.

"Xi Huan, aku sangat takut. Kupikir aku akan mati dimakan …." Dia kembali terisak.

Sebesar apa pun He Xi Huan berusaha menjauhkan Han Yiyue, bocah itu terus kembali menempelkan wajahnya. Masih menangis bahkan semakin terisak-isak. Pada akhirnya, He Xi Huan mengangkat tubuhnya, menggendong, dan membawa pergi seperti koala.

Beberapa orang mungkin tidak  merasa aneh, mengingat Han Yiyue terbilang masih kecil, tetapi itu cukup aneh di mata Feng Ruo yang sejak kecil telah mengenal sosok He Xi Huan. Tidak pernah terjadi sebelumnya bahwa laki-laki itu memperhatikan seseorang begitu baik. Bukan hanya ikut mencari secara langsung, juga cukup atraktif ketika berhasil menemukan Han Yiyue, lalu menggendongnya pulang.

Ada banyak orang di sini, kalaupun alasan yang digunakan oleh He Xi Huan adalah rasa iba, dia masih bisa menyerahkannya kepada orang dan menyuruh menggendong Han Yiyue.

Sayangnya, hal itu tidak terjadi menyebabkan pikiran Feng Ruo tidak pada tempatnya. Berpikir jika ada sesuatu yang menjadi landasan dari tindakan He Xi Huan dan itu tidak sederhana. 

Berbeda dengan Feng Ruo yang memikirkan hal-hal acak di kepalanya, Han Yiyue menyamankan diri dalam gendongan He Xi Huan dan secara bertahap merasa nyaman. Membuatnya dengan mudah mengeluarkan diri dari kondisi buruk, pikiran yang tenang, dan perasaan aman berakibat pada rasa kantuk.

Dia tertidur tanpa sadar, napasnya mulai beraturan, dan tubuh sepenuhnya mengandalkan pihak lain. Sesekali ia bergerak mencari posisi terbaik. 

Ketika tubuhnya diletakkan di atas tempat tidur, Han Yiyue segera membuka matanya. Memaksa melihat sosok He Xi Huan dan menarik tangan laki-laki itu. Memasang wajah paling menyedihkan dan suara bergetar berkata, "X-Xi Huan, jangan pergi."

Kerutan muncul di kening He Xi Huan, ada ketidaksabaran di mata kebiruannya, tetapi semua itu menghilang seketika melihat mata Han Yiyue yang terlihat berkaca-kaca. Sejak awal pertemuan mereka, bahkan kejadian terburuk saat pisau berada di kulit lehernya, Han Yiyue tidak menangis. Tidak ada perasaan benar-benar putus asa selain terkejut dan sedikit takut.

Ketika di atas pohon, dia berpikir bahwa hidupnya mungkin memang tidak memiliki keberuntungan. Ia berasal dari seorang ibu yang bekerja di tempat tidak pantas, tidak mengetahui siapa ayahnya, dan selalu sendirian. Bersembunyi tanpa mengerti alasannya, tidak mendapatkan kebahagiaan seperti anak seusianya.

Semua ingatan itu tidak membuatnya ingin menangis, tetapi saat melihat sosok He Xi Huan yang sekali lagi menjadi penyelamatnya, seperti cahaya di dalam lorong gelap dan pengap. Han Yiyue tidak bisa menahan genangan air matanya, berpikir bahwa dia telah menemukan satu alasan untuk tetap berada di tempat yang sama dengan laki-laki itu. Mungkin ini merupakan keputusan terbesar dalam hidupnya dan dia tidak menyesal, selama seorang memperlakukannya dengan baik maka dia akan memperlakukan hal yang sama.

Nächstes Kapitel