webnovel

Won't Ever Run

Tubuh Han Yiyue segera ditopang oleh laki-laki yang menunjukkan kebaikannya sejak awal. Dia memang tidak datang untuk minum-minum dan bermain dengan banyak wanita atau pria, tidak liburan, menghibur diri, atau seperti yang dikatakan, melepas kepenatan dari pekerjaan, tetapi bukan berarti niatnya baik. Tentu saja tidak ada orang yang benar-benar baik di tempat seperti ini dan bocah malang, Han Yiyue, masih terlalu lugu untuk bisa mengerti. Bahkan Carla yang terbiasa saja dapat terkecoh dan dikirim ke luar dengan beragam trik.

Laki-laki itu, Nike, sudah memperhatikan interaksi diam-diam antara Carla dan Han Yiyue, mudah untuk memahami keterkaitan keduanya sehingga dia meminta seorang teman membantu mengalihkan perhatian Carla karena berpikir itu adalah ibu atau saudaranya. Nike tidak mengenal Carla karena dia merupakan orang baru di kota ini, pekerjaannya adalah mencari anak-anak dengan wajah rupawan dan sikap baik untuk dijual di pasar gelap.

Target yang biasa dia gapai adalah sosok seperti Han Yiyue yang tidak memiliki keluarga dan tidak diperhatikan. Kehidupan sulit serta terlantar. Biasanya tidak memiliki catatan kelahiran di rumah sakit atau dari pemerintah. Akan sangat mudah untuk memalsukan datanya.

"Bocah malang," ucap Nike sambil menggendong Han Yiyue dan membawanya keluar bar. Langkahnya tidak cepat sehingga tidak menimbulkan kecurigaan, tetapi tidak pelan juga.

Ketika mengendap-endap ke samping bangunan bar, tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Tidak ingin menimbulkan masalah, Nike meminta maaf dan kembali berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan.

Orang yang ditabrak awalnya acuh tak acuh seolah bukan urusannya, tetapi setelah mengingat lagi, dia menyadari sesuatu. Max Chen ingat jika sepatu yang dikenakan bocah dalam gendongan orang itu adalah milik Han Yiyue. Itu dibeli olehnya karena Han Yiyue berkata mereka akan pergi, bocah itu bahkan sangat bersemangat ketika mengatakannya. Mau tidak mau Max Chen membelikan hadiah perpisahan yang membuat Han Yiyue sangat senang.

Alih-alih bertindak ceroboh, Max Chen memilih mengikuti dalam diam dan mencoba menghubungi Carla untuk memastikan situasi. Wanita itu tidak bisa mengengkat panggilan maupun menjawab pesan membuat Max Chen benar-benar kehabisan kesabaran.

Dia melihat dari tempat tersembunyi, di mana laki-laki yang baru saja menabraknya memasukkan bocah dalam gendongan ke dalam mobil sementara dia mencoba memanggil seseorang dari ponselnya.

Di dalam mobil, Han Yiyue menggelengkan kepala ringan. Masih terasa berdenyut dan pandangannya agak buram, tetapi dia tahu jelas bahwa situasinya tidak sedang baik. Samar-samar mendengar suara dari sisi luar mobil membuat kesadarannya sedikit demi sedikit kembali. Dia berusaha menenangkan diri dan mengendalikan setiap tindakannya.

Untung saja Han Yiyue tidak menghabiskan seluruh roti, dia bahkan sempat memuntahkan ketika mulai merasa tidak nyaman. Setelah beberapa saat, dia berusaha keras untuk duduk di kursi mobil, memperhatikan bayangan buram berada di luar. Memanfaatkan hal itu, dia mencoba melarikan diri, membuka pintu mobil di sisi berlawanan dengan palan. Namun, karena kondisinya yang masih buruk dan tindakannya terlalu gegabah, pintu terbuka menimbulkan suara.

Nike, mendengarnya dan secara refleks menoleh. Mendapati sosok bocah berjalan keluar mobil dan berusaha melarikan diri dengan sempoyongan. Pada saat ini, seseorang lagi muncul dalam kegelapan, membekap mulut Han Yiyue yang siap berteriak. Menangkap bocah bukan hal sulit bagi tubuh besarnya yang jangkung.

"Bocah, kamu ingin menambah masalah? Kamu tidak pernah bisa melarikan diri setelah berada di tangan kami." Suara yang kasar, tetapi rendah terdengar menakutkan di telinga Han Yiyue.

Nike melirik ke arahnya dengan wajah lega, dia berkata, "Cepat, kita harus pergi dari sini. Omong-omong, bagaimana wanita itu? Dia tidak tahu apa-apa, 'kan?"

Rekannya menganggukkan kepala. Memasukkan Han Yiyue dengan paksa, tidak lupa mengikat tangannya kebelakang agar sulit melarikan diri lagi.

"Aku sudah menanganinya untuk sementara. Kita bisa pergi dengan aman. Lagi pula, bocah ini tidak akan bisa ditemukan setelah dijual."

Nike mengangguk setuju. Masuk ke mobil bersama rekannya dan siap pergi. Dia melirik sosok Han Yiyue dari kaca dan merasa puas melihat wajah rupawan itu. "Bos Pedro akan sangat senang," ucapnya dengan riang.

"Ya. Bocah ini bisa dijual dengan harga mahal. Bukan hanya cocok dijadikan budak di tempat tidur pribadi, dia bahkan sangat cocok dijadikan barang dagangan di rumah bordil."

Mendengar itu Han Yiyue tanpa sadar mengepalkan tinjunya. Dia sangat takut sampai tidak bisa bereaksi. Mulutnya terkatup rapat-rapat tanpa bisa membela diri, tubuh menegang seolah telah dibekukan.

Berbeda dengan situasi di dalam mobil itu, wajah Max Chen pucat karena amarah besar. Setelah insiden usaha melarikan diri Han Yiyue, dia sadar sesuatu yang buruk akan terjadi. Segera saja menghubungi rekan-rekannya dan memberitahu mengenai masalah ini. Akan ada beberapa orang yang datang, tetapi sebelum itu terjadi, dia harus lebih dulu menolong Han Yiyue. Melajukan mobil dengan cepat dan berusaha menyalip.

Max Chen memang bukan petarung unggulan dalam kelompok mereka, tetapi kemampuan mengemudinya tidak bisa diragukan. Dengan cepat dia bisa menyusul mobil tersebut dan menyerempet, memaksa semakin mepet ke tepian jalan.

"Apa orang itu gila? Dia cari mati!" Nike berteriak di dalam mobil, terus-menerus berusaha menghindar dari mobil di sampingnya.

Mendengar kemarahan itu, Han Yiyue tanpa sadar menoleh ke samping dan mendapati mobil yang tidak asing. Diam-diam hatinya merasa lega meskipun tidak menyembunyikan lebih banyak perasaan takut. Bagaimanapun, situasi seperti ini sangat baru baginya. Dia tidak ingin masuk ke rumah bordil, dimainkan sepuasnya, dan tidak memiliki kesenangan sama sekali.

Han Yiyue tahu tempat itu karena tempat ibunya bekerja beberapa tahun lalu. Dia ingat jika beberapa kali ibunya mendapatkan luka-luka di tubuh, leher merah bekas cekikan, juga wajah lebam. Melihat kondisi itu memberikan bayangan psikologis yang buruk dalam benaknya. Ketakutan membuat kening dipenuhi keringat deras. Satu-satunya harapan adalah Max Chen.

Tepat ketika pemikiran itu diutarakan, mobil Max Chen berhasil menguasai jalanan dan berhenti tepat di depan membuat mobil mereka ikut berhenti.

Nike memukul setir dan berjalan keluar bersama rekannya. Wajah baik yang sebelumnya diumbarkan di bar telah berubah penuh menjadi tidak bersuhu. Terlihat dingin dan kejam, tetapi tidak menimbulkan penekanan besar seperti He Xi Huan.

Mengingat nama itu seolah menyadarkan Han Yiyue bahwa semua ini terjadi karena He Xi Huan. Meski begitu tidak ada kebencian di hatinya, sebeliknya, dia berharap dapat diselamatkan oleh pihak lain.

"Kamu cari mati?! Mau dipukuli sampai tidak berbentuk, hah?!" Nike berteriak sengit. Tatapan matanya tajam ketika melihat Max Chen keluar seorang diri.

"Dia hanya sendiri, tapi berani memprovokai kita." Rekannya yang berbicara dengan nada meremehkan.

Kurang dari satu menit, beberapa mobil muncul di belakang mobil Max Chen. Laki-laki bertubuh besar dengan balutan jas hitam keluar satu per satu, membawa senajata api dan pemukul bisbol.

Yang paling mencuri perhatian adalah kemunculan He Xi Huan. Laki-laki itu berwajah datar, tetapi manik mata kebiruannya memancarkan kekejaman ketika menatap mereka berdua dengan acuh tak acuh. Rokok terselip di kedua belah bibir, lingkaran asap berembus keluar sebelum menghilang dari pandangan.

He Xi Huan mengangkat sudut bibir membentuk senyuman yang dingin dan mengejek. Melemparkan puntung rokok ke depan dan berkata, "Kalian tidak pernah bisa lari dari hadapanku setelah mencoba mengambil milikku."

Nächstes Kapitel