webnovel

Keputusan Pergi

Ben yang ingin melihat mereka dari dekat. Namun Yuri menahan anaknya agar tidak bicara sembarangan. Karena wanita itu takut kalau-kalau Ken akan menuruti permintaan Ben. Tentu Ken tidak ingin membahayakan nyawa orang lain demi ingin menuntaskan semuanya dengan cepat. Selain itu, Ken tidak bisa berubah menjadi monster di keramaian. Yang terjadi bukan dia membantu orang, ia malah bisa membuat orang semakin panik. Yang secara otomatis, Ken juga akan dimusuhi oleh semua orang.

"Aku minta padamu, pokoknya jangan biarkan kita berada di sini! Jangan mendekati tempat yang ada monster itu! Kamu mungkin bisa membunuhnya tapi kamu juga akan bermusuhan dengan orang-orang bersenjata itu, kan?"

Ken tahu kalau Yuri juga berpikir sama dengannya. Memang yang harus ia hindari adalah bertemu dengan manusia ketika ia berubah menjadi sosok monster itu. Ia harus secepat mungkin memikirkan solusi, bagaimana caranya dirinya harus mendapatkan alat untuk berubah menjadi makhluk hijau itu dan bisa berubah menjadi manusia tanpa harus menunggu waktu yang lama. Jika ia masih nekat juga, maka hanya akan terjadi hal di luar kuasanya.

Ken membiarkan pasukan bersenjata itu untuk melakukan tugas memburu para monster itu. Sementara dirinya harus memikirkan cara untuk mencari tempat yang aman untuk melindungi Yuri dan anaknya yang masih kecil.

"Ibu, kenapa Ken membawa kita ke jalan yang salah? Kenapa kalian orang dewasa nggak asik begini? Apakah kau takut menghadapi monster itu, Ken? Bukankah kamu adalah super Hero penyelamat bumi ini? Masa monster seperti itu saja tidak bisa melawannya? Ayo, tunjukan pada kita semua kalau pahlawan harus bisa membela kebenaran!" seru Ben Sotaru dengan lantang.

Ken merasa anak itu terlalu membanggakan dirinya sebagai seorang pahlawan. Walaupun Ken sendiri ingin sekali menghabisi makhluk yang saat ini menyerang masyarakat di kota itu. Mereka mencari mangsa untuk bertahan hidup di bumi yang mereka tinggali. Di dalam tubuh manusia yang sudah mereka kendalikan lewat jantungnya, mengubah aliran darah menjadi berwarna hijau.

Sementara monster mengerikan itu masih menghadapi dua orang yang berusaha dengan keras untuk membunuhnya. Mereka melakukan berbagai cara dan berbagai senjata mereka gunakan untuk menghadapi amukan sang monster. Luka yang mereka derita ketika melawan para monster yang telah berevolusi itu, tidaklah ringan. Bahkan itu membuat beberapa jari sang pria itu harus terpotong karena gigitan sang monster. Walau hanya beberapa jari tangan, cukup membuatnya histeris menahan sakit karena darahnya mengucur deras.

"Akkhh! Monster sialan! Ini sangat sakit! Tidakk!" teriak pria itu sambil berlari menjauhi sang monster.

"Kau larilah! Aku yang akan menahan makhluk ini! Kita mungkin akan tinggalkan makhluk ini untuk sementara waktu! Biarkan makan satu orang, nanti kita bisa membunuhnya!" ungkap sang wanita dengan lantang.

"Apa kau gila? Untuk membunuhnya, kita tidaklah mungkin mengorbankan orang lain! Kau hadapi dulu dia! Aku akan mengobati jariku! Akhh!" pekik pria itu yang mengambil sebuah kain dari sembarang tempat badan mengikatnya di jarinya yang berdarah.

Pria itu sudah membuang senjatanya. Ia gunakan apa saja yang bisa digunakan untuk menyerang. Ia melihat besi bangunan dan memakainya sebagai senjata. Ia lalu menyerang dengan menusukan besi itu ke arah leher sang monster.

Belum serangannya sampai, tangan monster itu sudah memegang besi itu dan dengan mudah direbut. Lalu dengan ganasnya ia membanting sang pria hingga terpental di tanah. Wanita yang turut menyerang pun tidak jauh berbeda nasibnya. Kini dua pahlawan itu mengalami kesakitan yang luar biasa dan berteriak minta pertolongan.

"Hei, apa kau dengar suara teriakan mereka? Pasti mereka akan segera mati! Kenapa kau tidak menyelamatkan mereka, Ken? Aku tidak menyangka, kau akan setega itu!" Ben mengatakan itu pada Ken karena kecewa dengan perbuatan pria yang tidak ingin membantu.

Sementara masih banyak warga yang juga perlu diselamatkan. Ken terus melajukan kendaraan itu dan berhenti di sebuah tempat yang sudah cukup jauh. Sudah lebih dari dua ratus meter mereka meninggalkan tempat itu.

"Yuri! Jaga anakmu agar tidak menggangu! Aku akan kembali untuk menyelamatkan orang-orang itu. Kuharap tidak terlalu banyak yang telah mati. Kau bisa memakai uang di dalam mobil ini untuk mencari tempat tinggal."

Mendengar perkataan Ken, membuat Ben dan Yuri berpikiran berbeda. Ben senang karena akan ada pertarungan yang membuatnya senang. Tapi sayangnya dia tidak bisa bersamanya. Sedangkan Yuri sangat takut kalau Ken akan terluka atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Kau mau ke mana, Ken? Kita tidak bisa menyetir mobil ini! Bagaimana kita bisa membawa uang yang segini banyaknya?" tukas Yuri yang sebenarnya ingin Ken selalu di sisinya. Tapi ia rasa tidak mungkin. Ia harus hidup berdua dengan anaknya.

"Kau pikirkan caranya sendiri! Aku hanya bisa membantumu sampai di sini! Pastikan terus menjauh dari makhluk itu!" tegas Ken yang langsung keluar dari mobil. Ia merubah wujudnya menjadi monster hijau yang besar. Tinggi badan Ken mencapai dua meter.

Apapun yang terjadi, Ken harus segera bertindak dan melakukan beberapa lompatan untuk segera sampai di tempat kejadian. Ia melihat seorang pria yang kesakitan dengan satu tangan yang sudah terputus. Sementara seorang wanita yang tidak bisa bergerak.

"Akkhh! Sialan! Monster keparat! Mati saja kau!" teriak pria yang sudah bercucuran darah karena satu bagian tangannya telah dilahap oleh sang monster.

Monster itu juga sudah melukai menembus tubuh pria itu dengan kukunya yang tajam. Membuat darah mengalir di dada pria itu. Bahkan tulang rusuknya sampai hancur, membuat pria itu kehilangan nyawanya seketika.

"Akkhh ... tiidaaakk ..." lirih sang wanita, memejamkan matanya karena melihat kesadisan monster itu. Bagaimana tidak, ia melihat sendiri kuku besar itu menembus tubuh manusia dan sampai membuat tulang rusuknya remuk, terurai ke luar.

Ken yang tiba langsung memukul makhluk mengerikan itu. Dengan satu pukulan telak, membuat makhluk itu mengalami pusing di kepala. Karena pukulan itu dikhususkan untuk menyerang kepala. Setelah sadar diserang, makhluk itu tidak terima dan menghajar Ken yang sudah siap-siap untuk menyerang.

"Sialan! Siapa yang beraninya mengganggu! Dasar tidak berguna!" umpat makhluk itu dengan bahasa aliennya.

"Oh, kau yang tidak berguna sama sekali! Tidak perlu berbasa-basi lagi, mati saja kau!" seru Ken yang mengeluarkan cakar besi dari tangannya. Ia lalu menyerang membabi buta membuat lawannya terpojok.

"Hah hah hahhh ... kenapa ini? Apakah aku akan mati juga? Ah ... rasanya inilah kematian. Aku akan menghadapMu, Tuhan! Kita tidak akan tahu nasib kita. Di sana ada dua monster mengerikan. Apakah kita masih bisa selamat dari mereka?" lirih wanita yang dalam keadaan sekarat.

Melihat temannya mati secara mengenaskan, membuat dirinya terpukul. Kini ada satu makhluk lagi yang terlihat mengenakan zirah besi. Dan itu tidak biasa karena semua monster yang ada, tidak pernah dijumpai yang seperti Ken.

***

Nächstes Kapitel